chapter 7

47 16 7
                                    

"aww" ringisku pelan sembari mengompres pipiku yang membiru akibat tamparan dari mama.

Ada yang mengalir dari hidungku, aku mengelapnya dengan tanganku ternyata itu darah. Apa aku mimisan lagi?

"Non mimisan banyak banget!" teriak bibi histeris yang baru saja memasuki kamarku.

Aku melihatnya melalui kaca, ternyata darah yang keluar dari hidungku semakin banyak.

Kepalaku pusing, semuanyaaa gelap dan—

****

Aku terbangun dengan kepala yang masih sangat sakit, bau obat yang sangat menyengat masuk ke dalam hidungku.

"Apa aku dirumah sakit?" tanyaku ketika aku baru sadar.

Ku lihat bibi memasuki ruanganku sembari membawakan semangkok bubur dan segelas susu.

Bibi mengusap rambutku, "tadi non pingsan jadi bibi sama Pak Parto bawa non kesini," ucapnya.

Kemudian bibi menyodorkan segelas susu untuku, "minum dulu non."

Aku menerimanya dengan tanganku yang sedang di infus.

"Non, Bibi telfon tuan dulu ya?" tanya bibi yang masih berdiri di sampingku.

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Assalamualaikum tuan, ini anu non Sabil sakit sekarang masih di rawat di rumah sakit," ucap bibi ketika sudah tersambung dengan Papa.

"Saya tidak peduli, lagian kenapa harus di bawa kerumah sakit? Suruh cepet pulang! Kasian duit saya terbuang hanya karna untuk biaya rumah sakit."

Aku bisa dengar suara papa dari telfon, karena Bibi sengaja mengeraskan volumenya.

Kemudian bibi menatapku dengan kasian, sepertinya ia takut jika aku akan sakit hati akibat ucapan papa lewat telfon.

Aku hanya tersenyum, aku sudah biasa.

"Yasudah tuan," ucap bibi kemudian mematikan sambungan telefon nya.

"Aku udah sembuh kok Bi, besok aku udah bisa pulang, lagian gak enak kalo lama-lama di rumah sakit." ucapku dusta disertai dengan senyum kecil.

Bibi mengusap kepalaku lembut, "yasudah non kalo emang maunya gitu, bibi pulang dulu ya? Nanti sore kesini lagi, jangan lupa buburnya dimakan."

Aku mengangguk kecil, kemudian bibi pergi meninggalkanku.

Sebenarnya kepalaku masih terasa sangat sakit, tapi aku rasa lebih baik aku dirawat d di rumah saja, dari pada di rumah sakit hanya akan menghambur-hamburkan uang papa.

Aku berniat untuk tidur sembari menunggu bibi menjemput.

Belum sempat aku memejamkan mata, tiba-tiba saja ada notif dari handphoneku.

Aku membukanya, ternyata itu chat dari Diana.

Diana
Eh tau ga, tadi Garka nanyain kenapa kamu ga berangkat, kek nya tu orang suka sama kamu deh😂

Aku menyipitkan mataku, membaca ulang chat dari Diana.

Apakah benar Garka suka denganku?

Me and my broken heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang