04 | Sedih

113 34 6
                                    

"Berjuanglah untuk melakukan sesuatu. Jangan hanya mengandalkan kekuatan orang lain saja."

Setelah Rose bersiap - siap, kemudian ia pergi menuju ayahnya. Lebih tepatnya ia berada di taman.
Ketika Rose hampir sampai di taman. Terlihat satu orang laki - laki dan satu orang perempuan. Itu adalah Sang raja dan sang ratu. Perbincangan mereka seperti begitu serius. Ia menelan ludahnya ke dalam tenggorokkan, sekujur tubuh Rose bergetar di sertai dengan keringat dingin. Ia mulai melangkah satu demi satu langkah. Gumpalan takutnya di tahan dalam - dalam.

"Rose?" ucapan itu membuat Rose kaget dan membeku.
"Silahkan duduk." lanjut sang ratu
Rose hanya mengangguk dan segera menghampiri kursi kosongnya. Ia kemudian mengambil secangkir teh melati. Teh melati adalah teh kesukaan Rose, mengapa? Karena wangi dari teh melati sangatlah harum dan menyengat.
"Rose, ayah ingin bicara denganmu?"
Rose menelan ludahnya kembali di sertai tangannya bergetar di sertai keringat dingin. Tanganya sengaja di sembunyikan, ia takut jika ia menyentuh sesuatu yang ada di atas meja itu.
"I-i-ya?" ucapnya gugup
"Apakah kau pernah melewati gerbang istana ini?" Kata - kata sang raja membuat Rose takut. Ia tak bisa menjawab apa - apa. Mulutnya seperti di kunci tak bisa berbicara sama sekali.
"Kumohon jangan pertanyaan ini, aku harus menjawab apa?" batinnya berkutik tak karuhan.
Tanpa di sengaja Rose menyetuh kursinya. Seketika warna hitam di kursi itu mulai menyelimutinya. Merambat dan merambat secara perlahan - lahan. Itu pun Rose tidak tahu.
"A-a-anu" Tiba - tiba sang ratu memotong percakapan antara raja dan anak.
"Sudahlah Chris, kenapa kamu bicara seperti itu? Kata kamu, kita bakal bicarain tentang penobatan?"
"Hooshhh" ucap batinnya lega. Rambatan hitam itu mulai terhenti, ketika Rose melihat ke bawah rupanya kursi itu berubah menjadi warna hitam, untung saja hanya sebagian dari kaki kursi itu. Ia sangatlah beruntung karena rambatan itu bisa terhenti. Namun hatinya masih bergetar mendengar kata 'Penobatan'.
"Penobatan? Penobatan apa? Kok aku gak tau?" ucapnya penasaran sambil menggaruk kepala.
"Sekarang kau telah berumur 18 tahun. Saatnya kau di tobatkan menjadi Putri kerajaan secara resmi." penjelasannya membuat ia seperti mematung, diam dan diam tanpa suara.
"Kapan dilaksanakannya penobatan itu?" ucap Rose pada ibunya.
"Besok"
Seketika Rose yang sedang mendaratkan tehnya ke mulut, ia tersedak mendengar ucapan itu.
"Oho- oho- oho, apa besok? Kenapa besok?kok dadakkan?" Keluhan Rose membuat mata sang raja menatap gadis cantik itu.
"Ini demi kerajaan kita!" hentakkan sang raja.
Rose hanya mengangguk di sertai dengan wajah murung.Tak lama kemudian, Rose pergi dari tempat itu. Ia menutupi mukanya dengan telapak tanganya dan pergi menuju ruangannya.


•••

Suara tangisan terdengar begitu lembut. Walaupun suara tangisan itu amat kecil, telinga Una tetaplah peka. Ia mendengar tangisan Rose dan segera menghampirinya. Ketika Una hendak membuka pintu ruangan Rose tiba - tiba ada yang memegang pundaknya.
Seluruh badannya mematung tak tau harus bagaimana. Namun dengan rasa penasarannya, ia malah mengajukan pertanyaan dengan mata menatap lurus pintu.
"Ka-ka-kau si-siapa?" kepalanya enggan untuk di putar, suara ludah yang di telan begitu keras di dengar.
Tak ada jawaban untuk pertanyaanya, tak ada jalan lain, ia berusaha memutar kepalanya. Betapa kagetnya dirinya melihat pemuda berjaket hitam di sertai dengan masker hitam itu.
Untung saja Una bisa menahan ketakutan itu. Ketika di perhatikan rupanya itu adalah adiknya
"KAII!KAII!KAII, KENAPA KAMU NGAGETIN AKU?" Kai itulah nama adik laki - laki Una.
"Hah? Kamu kenapa?kamu ngomong apa?" ketika itu ia membuka maskernya dan melepaskan earphone yang tersumpal di telinganya.
"ASTAGA KAI, PANTES KAMU GAK JAWAB - JAWAB."

Plak plak plak

Suara tempisan Una, begitu keras. Hingga Rose tersadar ada orang di balik pintunya
"Haduhh, sakit tahu." ucapnya meringis kesakitan.
"Bodo amat, salah kamu sendiri."
Una meninggalkan Kai di sana. Kakinya melangkah dengan anggun menuju pintu kamar Rose.
Setelah ia sampai di bibir pintu, melihat Rose yang sedang duduk di ranjangnya dengan menekuk kakinya dan menetupi wajahnya dengan telapak tangan.

Una merasa senasip dengan Rose.
Ia melangkahkan kakinya menuju Rose yang sedang meneteskan air mata.
"Rose?" ucapan Una membuat Rose menunjukkan kembali wajahnya yang dipenuhi air mata.
"Kamu harus kuat jalani ini semua, kau jangan menyerah tetaplah berusaha suatu hari nanti pasti membuahkan sebuah hasil." lanjut Una.
Hati Rose tersentuh akan semua kata - kata yang di ucapkan sahabatnya.
Rose menunjukkan wajah bahagianya kepada Una. Una membalasnya dengan senyumnya itu. Setelah itu Una pergi dari ruangan Rose, ketika sudah di luar ruangan Rose, mata teralihkan dengan sosok pemuda bernama Kai yang sedang duduk di taman sambil menikmati musik kesukaannya.

Ia mengendap - endap mendekati adiknya itu. Terdengar suara nyanyian Kai yang begitu merdu. Ia terus menyanyi dan menyanyi. Una semakin kesal akan itu semua. Ia berada di belakang Kai dan segera meraih kuping kai selanjutnya diputar keras - keras. Earphone Hitam Kai terlepas dari Kupingnya, Kai terjatuh dari kursi tempat ia duduk tadi.

Rose melihat kejadian itu dari balik jendela. Tanpa di sadari, rupanya ia tertawa, kejadian lucu itu membuat seperti kenangan yang tak pernah dilupakan.

"Haduhh, sakitt Aaaa Unaa sakit tauuuu...." Ringisan adiknya itu membuat Una tertawa dan segera ia bawa ke kamar adiknya.
Lenyaplah sosok Kai dan Una di mata Rose.
Seketika pandangannya teralih. Pandangannya tertuju kepada bunga ajaib bercorak mawar.
Ia mengambil kuas dan cat, ia mulai menggunakan kuas itu, ke sana dan ke sini. Menciptakan sosok ayah dan ibunya sedang minum teh dan di lembaran halaman yang lain terdapat sosok Una yang sedang memutar telinga kai.
Rose hanya tertawa kecil melihat semua kejadian tadi. Tiba - tiba Rose kaget, melihat buku itu kembali bersinar seperti biasanya. Seperti ingin menunjukkannya sesuatu, lalu Rose teringat dengan kata - kata yang berada dalam buku itu. Ia tak mengerti apasebenarnya makna dari kata itu.
Ini akan menjadi misteri di kemudian hari.

Happy reading🎉🎊🎉
Terima kasih sudah baca ceritaku
Jangan lupa mampir ya
"Kenangan Tak Terlupakan

Sekian dan Terima kasih

Salam Literasi📚📖
Jumat|O8 Mei 2020





ROSESITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang