09 | Jati diri sebenarnya

89 33 3
                                    

Keluhan itu akan membuat awak melemah, sadarlah bahwa kamu itu mampu untuk menyerangnya


"Rose? Kamu kenapa?" tanya pria bermahkota kepada Rose.

Sahutan tak terdengar sama sekali, rasa heranlah yang menimpa para tamu yang datang. Sang raja pun menghampiri Rose yang tengah berdiri kaku tanpa kedipan mata.

Tatapan Rose menatap pada seorang lelaki berbadan tinggi disertai dengan wajah sempurna seakan-akan membelah bumi ini. Sang raja memerhatikan tatapan gadisnya itu membuat ia terkekeh kecil.

"Rose!" ucap sang raja sambil mengulurkan tangannya ke arah tangan milik gadis itu.

"Eh-eh kok ada ayah, eh maksudku kok ayah di sini, ehh maksudnya kok..." ucapan Rose tepotong oleh perkataan milik sang raja.

"Ayah tau ini!" tebak sang raja dengan mata minimnya.

Pipi Rose semakin merona dengan merahnya, cocok untuk dipandang apalagi gadis berambut pirang itu cantik, Tak kalah dengan sang pangeran.

"Maksud ayah?" kejut Rose.

Mata minim milik ayahnya itu masih nampak dalam matanya. Tak kuasa lagi untuk melihatnya, apalagi dilihat oleh para tamu.

"ehh ayah sebaiknya kita pergi menuju meja pertamuan." seru Rose tersipu malu.

Gadis dan lelaki bermahkota itu kemudian menghampiri para tamu. Seketika mereka duduk di atas bangku berbahankan kain merah empuk dan kayu berukirkan bunga mawar.

"Mari kita mulai pertemuan ini." ucap sang raja pemimpin pertemuan ini.

Ketika pertemuan di mulai, pandangan Rose tak bisa lepas dari wajah milik pria tersebut. Pipinya selalu merah merona ketika melihat pria itu.

Tak tahan lagi, gadis berambut pirang itu ingin pertemuan ini segera di akhiri. Ketika pria itu melirik wajahnya menuju gadis berambut pirang.

Kepalanya di tundukan malu dengan jari jemari yang selalu mengepal kedinginan.
Tahap demi tahap acara pun telah mencapai pertengahan namun ada sesuatu yang aneh. Tiba-tiba terasa goncangan kecil.

Anehnya, goncangan itu lama kelamaaan semakin kencang. Akhirnya acara pertemuan itu di hentikan untuk sementara.

Ketika para tamu melangkahkan kakinya menuju pintu kayu bercorak mawar tersebut. Suara langit-langit hancur terdengar begitu keras di sertai dengan objek-objek yang berjatuhan.

Semuanya menghindar dari area tersebut, tak terlihat langit-langit lagi mereka hanya melihat langit yang disertai awan mendung. hanya sebagian dari langit-langit yang selamat.

Para tamu di paksa keluar ruangan tersebut melewati pintu belakang.

"Rose, cepat kita pergi!?" ujar sang raja risau.

Mata gadis itu tak bisa hentinya menatap monster bertentakel dua belas itu. Mereka saling memandang satu sama lain namun karena kemarahan monster itu membuat kontak mata dengan Rose terputus. tengtakelnya di arahkan pada gadis berambut pirang itu.

Dug,,,dug,,,dugg

"Rose!! Cepat bangun Rose!" risau sang raja.

Ia sangat ingin menghampiri gadis yang tergeletak itu namun usahanya gagal karena tentakel monster itu selalu di kibaskan.

Akhirnya Rose bisa menatap kembali situasi sekitarnya dari kegelapan.
Rose pun bangkit dari tempat ia berdiri yang di penuhi dengan benda-benda.

"Hentikan!!!" jerit Rose begitu keras.

Tak di sangka Rose mengeluarkan sihirnya dengan menghentakan kakinya di atas koridor ruangan tersebut.

Lantai berubah menjadi hitam, dinding semakin rapuh orang-orang yang ada di ruangan itu kabur selagi ada kesempatan.

Kecuali sang raja, ia khawatir akan terjadi sesuatu pada gadisnya itu.

"Ayah! Pergilah dari sini aku tak apa, CEPAT!" jerit Rose pada ayahnya.

Tanpa berpikir panjang, pria bermahkota itu meninggalkan tempat dimana ia berdiri.

Rose terus mengalirkan kekuatannya, semakin lama ia menggunakan sihirnya, monster itu terlihat semakin melemas. Tentakelnya sulit untuk di gerakkan apalagi tubuh besarnya itu.

Ia membeku layaknya patung batu yang tak bisa bicara. Suara dari makhluk itu tak terdengar lagi.

"A-a-a-pa yang terjadi?" ucap Rose kaget.

Rupanya Rose baru tersadar, makhluk itu lama kelamaan semakin transparan. Muncullah cahaya-cahaya layaknya glitter yang membuat monster itu hilang dari permukaan tanah tersebut. Cahaya glitter itu hilang tertiup angin.

Hati dan jantung gadis berambut pirang itu masih berdebar dengan kencang. Entahlah apa yang terjadi dengan makhluk berbadan besar itu.

Gedung ruang pertemuan itu hancur, ambruk tak tersisa bahkan dinding-dindingnya.

Kepala milik gadis itu terasa berputar, satu menit kemudian ia tak bisa menglihat situasi sekitarnya. Sisanya hanya terlihat gelap.

***

"Rose? Rose? Rose? Bangun!"

Itulah suara yang pertama kali gadis berambut pirang itu dengar. Matanya di kedipkan lalu bangkit dari ranjang dimana ia pingsan.

"Akhirnya kamu sudah bangun." risau sang ratu.

"A-pa yang terjadi?" tanya Rose.

"Tadi kamu pingsan di ruang pertemuan." jelas lelaki bermahkota itu.

Rose mendiam, ia berusaha mengingat kejadian yang minimpa dirinya.

"Monster itu? Dimana?" tanya Rose risau.

"Kamu hebat Rose, kamu bisa mengalahkan monster besar itu dalam sekejap, ibu bangga denganmu." puji sang ratu pada anaknya.

Ceratnya mulai tersenyum, ia senang apa yang di katakan oleh wanita bermahkota itu.

"Begitu juga dengan ayah, ayah bangga dengan kamu Rose. Kamu sudah tumbuh dewasa, saatnya bagimu untuk aku bebaskan. Maafkan ayah, ayah telah mengurungmu di dalam istana ini. Temukahlah jati diri yang sebenarnya." ujar lelaki bermahkota itu mengelirkan air matanya.

Gadis berambut pirang itu menggelengkan kepalanya sambil mengeluarkan air matanya dari kelopaknya. Gadis itu senang apa yang telah ia dengar oleh dirinya sendiri.

"Tidak ayah, maafkan Rose juga ya. Rose sudah berbuat salah pada ayah." ujar gadis berambut pirang itu.

Kedua-duanya saling berpelukan. Rasa cinta itu telah mengalir pada hati mereka berdua. Hanya cintalah yang bisa melelehkan hati yang membeku.

"Terima kasih ayah." ucap gadis itu terharu.

Hei hei teman-teman, gimana nih ceritanya? Seru gak?
Selamat membaca semuanya semoga kalian bisa terhibur dengan ceritaku ini 🌹

Salam Hangat
||Maman

ROSESITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang