13 | Gulungan Daluang

45 19 3
                                    

Kembalilah bangkit layaknya tanaman layu di siram dengan air.

"Selamat datang nona," ujar wanita tua tengah berdiri menunggu kehadiran mereka.

Gadis berambut pirang itu terhenti dari langkahannya. Ia menatapi sosok yang ada di hadapannya. Terasa aneh saja dengan sosok tersebut akan tetapi entah mengapa.

"Terima kasih nek," balas Rose ramah.

Wanita tua itu, membalasnya dengan senyuman miring. Seperti ada yang mengganjal di mata gadis tersebut. Namun, ia mengabaikannya saja layaknya membuang sampah pada tempatnya.

"Nek? Apakah ada ruangan untuk temanku ini?" tanya Rose.

"Boleh, mari ikut denganku!" ujar wanita tua itu.

Gadis berambut pirang itu, menuntun tubuh munggil sahabatnya tersebut sembari membuntuti wanita tua yang ada di hadapannya.

Sampailah mereka di sebuah ruangan, tepatnya di lantai dua. Ketika memasuki ruangan tersebut, terasa ada yang mengganjal. Hawa sekitar ruangan begitu dingin.

Dinding-dindingnya terdapat gantungan topeng mistis. Cahaya sekitar pun begitu redup.

"Silahkan nona baringkan saja di sini," ujar wanita tua tersebut.

Rose menganggukan kepalanya. Ia membaringkan tubuh Una yang begitu lemah. Kini, Una belum sadar juga mungkin akibat goresan pedang tadi.

"Nek, apakah ada obat untuk menyembuhkan luka Una?" ucap Rose pada wanita tersebut.

"Tunggu sebentar, saya lihat dulu," balas wanita tua.

Wanita tua itu mendekat ke arah sebuah lemari tua. Di bukalah lemari yang telah di penuhi gumpalan debu beserta jaring laba-laba.

Rose memandang ke sekitarnya. Ia merasa aneh dengan tempat ini. Baru pertama kali, ia menemukan rumah di sebuah hutan berbahaya ini.

"Ketemu!" seru wanita tua girang.

Gadis berambut pirang tersebut melekati wanita tersebut. Ia menjulurkan tangannya kepada tangan wanita tua yang sudah di julurkan sejak tadi.

"Oleskanlah obat ini ke bagian yang terluka!" ujar wanita tua dengan muka datarnya.

"Baik, terima kasih."

Wanita itu mengangguk saja. Saatnya gadis berambut pirang itu menyelamatkan nyawa sahabat baiknya itu.

Ia pun membukakan obat tersebut kemudian di julurkanlah obat itu pada tangan Una.

Ajaib! Tak lama kemudian, sayatan luka di tangannya. Tiba-tiba lenyap begitu saja, hingga bekas lukanya juga lenyap tanpa tersisa.

Rose takjub dengan apa yang ia pandang sekarang ini. Bagaimana mungkin obat oles seperti itu bisa menyembuhkan luka dengan cepat? Namun, ia abaikan saja. Yang terpenting adalah kesembuhan sahabatnya itu.

***

"Una! Akhirnya, kamu sadar juga," ujar Rose girang.

Gadis berambut pirang itu langsung melekap pada sahabatnya itu.

"Rose? Ini di mana?" tanya Una.

ROSESITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang