14 | Incantation

38 11 1
                                    

Tetaplah bersabar, itulah kunci untuk membuka pintu yang terkunci.

⚜⚜⚜

Kedua gadis itu, tercengang. Kedua bola mata mereka membulat. Seluruh tubuh nampak diam layaknya patung. Mereka tak habis pikir melihat rumah tua yang mereka datangi, setika lenyap dalam hitungan menit.

"Una? Kita gak salah liat kan?"

Una, mengangguk. Ia tak mau mengucapkan sepatah katapun. Raut wajah gadis berambut sebahu itu memerah ketika di amati oleh sahabatnya itu.

"Rose! Kita pergi!" ujar Una seraya menarik lengan kanan milik gadis berambut pirang.

Kedua gadis itu nampaknya akan kembali ke kerajaan. Anehnya! Sikap Una akhir-akhir ini cenderung penakut di bandingkan dengan minggu-minggu lalu.

Namun, Rose berusaha untuk tetap menjaganya. Meskipun untuk mengorbankan dirinya sendiri.

⚜⚜⚜

Kini, tubuh kedua gadis itu terbaring di atas ranjang besar yang empuk dan halus layaknya bulu kibas.

Mereka berdua tampak letih. Keringat mereka berdua selalu bercucuran di tambah dengan wajah yang memerah.

"Rose? Apakah kamu sejak awal memang sudah curiga pada rumah itu?"

Rose mengangguk kecil. Ia tak dapat mengira, bahwa rumah itu akan lenyap dari kedua bola matanya. Sejak awal, gadis itu telah mencurigai sosok wanita tua itu.

Sayang sekali, yang mereka tahu hanya sekedar. Bahwa ia adalah seorang penyihir. Itu saja tidak lebih.

Tubuh Rose bangkit dari atas ranjang, Una hanya memandang Rose bangkit dari tempat itu saja. Lama kelamaan, kelopak mata gadis berambut sebahu itu tertutup dengan perlahan-lahan.

Gadis berambut pirang itu, melirik Una seraya tersenyum manis merah merona. Ketika Rose berdiri dari ranjang, tanpa di sengaja gulungan daluang jatuh dari kantungnya.

"Eh? Apa itu? Gulungan itu?" ujar Rose sembari meraih gulungan yang ada di koridor tersebut.

Kini, gulungan daluang berada di tangannya. Ia penasaran dengan isi gulungan tersebut. Namun, ia tak berani untuk membukanya.

Mungkin, ia akan membukanya pada saat yang tepat.

⚜⚜⚜

Tok...Tok...Tokk

Sosok gadis berbaju pelayan itu, tengah berdiri di balik pintu tersebut seraya memengang satu gelas susu hangat Ia menatapi gadis berambut pirang itu dengan penuh tatapan.

Una pun melangkahkan kakinya, dari tempat ia berdiri. Ketika hendak menaruh segelas susu itu di meja. Nampaklah gulungan kertas yang tengah di genggam oleh Rose.

Gadis itu pun, mendekati gadis yang tengah tertidur lelap di ranjangnya. Namun, bukan Rose yang di tatapnya akan tetapi gulungan kertas itu.

Wah, itu apa ya? Jadi penasaran! batinnya bergumam.

Tak lama kemudian, gadis berambut pirang itu bangkit dari ranjangnya. Ketika posisi Rose mengarah ke samping tepatnya menuju arah Una.

ROSESITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang