"...meta panggil dokter sekarang!!" Panik Alden ketika mendengar suara elektrokardiogram berbunyi tak biasanya, menandakan bahwa keadaan Adira terancam.
Almeta yang melihat itu semua hanya diam mematung seketika, seolah dunia senyap tanpa suara.
Alden menyadari bahwa tak ada pergerakan sama sekali, "META AYOO CEPETANNN!!!"
Tersadar dengan apa yang abangnya itu katakan, almeta langsung keluar memanggil dokter dan suster yang berada disekitarnya. Tak lama Dokter Bram dan suster Bila juga dua suster lainnya yang menangani Adira pun datang berlarian menuju kamar.
"Tolong kalian tunggu diluar, biar kami semua yang tangani non Adira." Suster Bila mendorong halus Alden keluar dengan keadaan Alden masih menangis frustasi.
Almeta membantu Alden duduk, "Plis banget lo harus tenang bang, Adira bakal baik-baik aja kok." diberikannya pelukan setidaknya Alden bisa lebih tenang walaupun sedikit.
Beberapa menit kemudian pintu kamar Adira terbuka, Alden dan Almeta langsung berdiri melihat Adira tertidur lemah dibrankar yang didorong para suster. "Adira mau dibawa kemana suss?!" panik Alden.
Suster Bila tidak menghiraukan pertanyaan dari Alden dan tetap membawa Adira yang entah akan dibawa ke ruangan mana. "Apa yang terjadi dengan Adira dok? Dia gapapa kan? Adira mau dibawa kemana dok?.." tanya Alden berturut-turut kepada Dokter Bram yang kini berdiri di depan pintu kamar rawat Adira.
"Bang tenangin diri lo dulu, sabar." tenang Almeta disela Alden yang terus menanyakan keaadan Adira kepada Dokter Bram
Dokter Bram menghela nafas berat. "Kini Adira kondisinya sedang kritis, kami harus menanganinya lebih lanjut untuk mengetahui apa yang membuatnya hingga kritis, kini ia akan dibawa ke ruang ICU. Tolong berdoa terus dan kami akan berusaha untuk nak Adira." lalu dokter menepuk bahu Alden dan pergi untuk penanganan lebih lanjut.
Tanpa aba-aba, kini air mata turun begitu saja di pipi Almeta juga Alden yang mengacak rambutnya frustasi. "Gua udah gagal, gua gagal jagain Adira.........."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken
Fiksi RemajaCerita seorang gadis mencoba melawan penyakit leukemia yang di deritanya dengan senyuman juga tawa untuk menyembunyikan banyak rasa sakit. Menghibur orang lain dengan begitu hebatnya. Padahal dalam dirinya pun tengah hancur, menahan sebuah rasa saki...