30. Terungkap

25.8K 1.6K 2.3K
                                    

⚠️TOLONG UNTUK MEMBACA NOTE DIAKHIR⚠️

⚠️TOLONG UNTUK MEMBACA NOTE DIAKHIR⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"GIMANA sekolah kamu?"

"Yeah berjalan kayak biasa."

Renjun menjawab ogah-ogahan tanpa mandang sosok tadi yang bertanya, fokusnya terarah sama makanan didepannya, yang jujur aja gak terasa enak dilidahnya. Bukan karena makanannya, tapi karena pertanyaan beruntun yang dari terus dipertanyakan padanya.

"Bentar lagi ujian, 'kan?"

"Hn."

"Udah tau nanti kuliah mau ngambil jurusan apa?"

Mata Renjun memicing natap sosok disampingnya dari semenjak dia duduk dimeja makan udah bertanya tak tentu arah. Renjun tau, meski intensitas pertemuan mereka terbilang jarang, sangat jarang tapi ayahnya bukan sosok orang yang mau melakukan hal basa-basi sialan kayak gini, lelaki itu selalu to the point yang malah terlihat semena-mena.

"Belum, masih mikir."

Ayahnya mengangguk dan terlihat puas? Lelaki paruh baya itu tersenyum dan menyimpan peralatan makannya, "bagus, kamu gak usah mikir mau masuk jurusan apa karena ayah mau kamu ngambil bisnis, entah mau kuliah dimanapun selama kamu ngambil bisnis bakal ayah biayai dan dukung."

Nah 'kan, ada udang dibalik gerombolan udang.

Renjun mendengus, minum airnya dengan rakus, "kenapa gue harus ngambil bisnis? Yang mau kuliah 'kan gue, bukan situ."

Wow, sungguh hal langka melihat ayahnya gak terganggu sama omongannya yang gak sopan, malah lelaki itu cuma tersenyum kecil.

"Ayah butuh penerus, Renjun. Perusahaan ayah bukan perusahaan kecil, ayah mau kamu ngambil jurusan bisnis dan mulai belajar tentang perusahaan selama kuliah, biar langsung bisa ngegantiin posisi ayah."

"Kenapa bukan bang Winwin?" Kedua alisnya menukik, sekarang Renjun tau kemana arah pembicaraan sialan ini terjadi, "dia anak pertama dan dia yang seharusnya paling punya banyak potensi buat jadi penerus segala tetek bengeknya perusahaan yang gak gue minati."

Ayahnya berdecih, "jangan ngelawak. Winwin gak bisa diandalin, dia ngambil jurusan teknik mesin yang gak ada apapun hubungannya sama perusahaan, ayah mau kamu yang jadi penerus apa yang udah kakek bangun dari dulu."

Renjun membanting peralatan makannya diatas meja sampai mereka tersentak, bahkan ibunya yang dari tadi cuma diam mulai bersuara.

"Renjun, yang sopan nak."

Mendengus kasar, Renjun natap tajam kepala keluarga Huang itu dan berdesis, "udah cukup kalian ngehancurin masa kecil gue, gue gak akan ngizinin kalian ngehancurin masa depan gue. Apapun yang bakal gue pilih nanti, apapun masa depan yang bakal terjadi nanti, kalian gak punya hak buat ikut campur." Kursi jatuh dengan keras saat Renjun berdiri, dia natap kedua orang tuanya dengan sorot menantang, "dan udah diputuskan kalo gue gak bakal ngambil jurusan bisnis dan gak bakal jadi penerus perusahaan."

AnimalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang