Hijrahku Kemauanku bukan Karenamu

64 8 0
                                    

Setahun sudah, ku jalani proses hijrahku untuk mendekatkan diri dengan sang Ilahi. Tetap ku jalani hidup ini walaupun tidak se mulus yang aku bayangkan. Hadirnya sosok Kahfi nampak membuat aku semakin semangat dalam menjalankan hijrahku. Bukan hanya pandai dari segi pengetahuannya saja tentang materi perkuliahan yang ia sampaikan, ia juga pandai dalam segala hal termasuk dalam urusan agama. Inilah yang membuatku dan memotivasiku untuk selalu istiqomah dengan keputusanku yaitu untuk hijrah kejalan Allah swt.

"Assalamu'alaikum kahfi, maaf mengganggu waktunya, kamu kahfi yang menggantikan pak Lukman mengajar mata kuliah tadi kan??" Begitulah chat ku pada kahfi. Aku memberanikan untuk chat Kahfi karena aku penasaran apakah Kahfi yang asisten dosen itu adalah Kahfi yang chat aku malam kemarin.

"Waalaikumsallam,  iya betul. Kamu Andari kan komti kelas yang aku ajar menggantikan pak Lukman?"
"Iya, aku Andari. Komti kelas yang kamu ajar"
"Andari..." Kahfi mencoba mengingat Andari itu yang mana.
"Oh, kamu Cewek yang duduk paling depan yang pakai niqab itu kan.". Jelas Kahfi.
"Iya betul,". Jawabku.

Tujuanku untuk chat Kahfi cuman ingin mengabarkan bahwa aku sudah menjalankan kewajibanku sebagai komti kelas untuk membuat grup yang di suruh oleh Kahfi sendiri. Bukan hanya itu saja, tugasku sebagai komti kelas juga banyak. Semua tugas dari setiap dosen pasti di kumpulkan padaku termasuk tugas kuliah dari Kahfi, jadi nggak heran kalau aku dekat dengan Kahfi.

Keesokan harinya, aku datang ke kampus agak tergesa - gesa. Karena ada tugas yang sudah di print out ketinggalan di dalam kelas. Saking tergesa - gesanya. Aku menabrak Kahfi yang saat itu Kahfi membawa beberapa buku bacaan, ya kalau ku lihat sekitar 5 buah buku.

"Braaaakkk" aku tidak sengaja menabrak Kahfi. Tentu saja buku yang di bawa oleh Kahfi berjatuhan akibat aku tabrak.

"Astaugfirullah, afwan. Maaf nggak sengaja". Aku minta maaf.
"Iya nggak apa - apa". Balas nya
"Eh kamu Kahfi, maaf ya nggak sengaja soalnya aku buru - buru". "Iya nggak apa - apa Andari".

Secara spontan, sebelum aku pergi ke kelas, aku bantu Kahfi dulu untuk mengumpulkan buku yang dia bawa. Saat mengumpulkan buku itu, aku tertarik pada satu buku yang di pegang oleh Kahfi. Buku itu berjudul " Ajari aku Untuk Hijrah". Tentu saja dari judulnya aku sangat tertarik untuk membaca bukunya.

"Eh, buku itu punya kamu Kahf?". Tanyaku sambil menunjuk buku yang aku maksud.
"Buku ini?" Sambil menunjukan cover buku itu padaku.
" iya, ini buku aku, ini buku yang pertama sekali aku baca saat aku memutuskan untuk hijrah, ya kira - kira 3 atau 4 tahun yang lalu. Kenapa kamu mau baca?". 
"Mau banget malahan. Aku sangat tertarik dengan buku itu".
"Dalam buku ini banyak sekali hal yang bisa kita ambil apalagi untuk meningkatkan kita akan kewajiban dan ingat selalu pada Allah SWT." Pungkasnya.
"Kalau kamu mau baca, ini bukunya". Kahfi memberikan buku itu padaku.
"Ya udah aku pinjam dulu bukunya Kahf. Pas selesai nanti langsung aku kembalikan".

Aku makin kagum dengan sosok Kahfi. Selain pandai, dia juga sholeh dan paham dengan ajaran agama. Pokoknya aku kagum dengan Kahfi.

"Assalamualaikum Andari, bagaimana menarik bukan isi buku tadi?". Begitulah chat Kahfi hari ini. Setelah tiga jam baru aku buka handphone ku. Aku sampai lupa buka HP karena saking asyik nya membaca buku yang aku pinjam dari Kahfi.

"Waalikumusallam. Maaf baru sempat di balas Kahf, soalnya ke asyikan baca buku yang aku pinjam sama kamu tadi". Jawabku.
"Oh, iya nggak apa - apa. Lanjutkan aja membacanya". 
"Iya Kahf". Jawabku

Butuh waktu satu minggu untuk menyelesaikan membaca buku itu. Karena aku sampai 2 kali membaca buku itu dan tidak membosankan. Keesokan harinya, aku datang agak lebih cepat satu jam dari biasanya. Hal ini aku lakukan guna mengembalikan buku yang aku pinjam sama Kahfi.

Nampak dari kejauhan. Aku melihat Kahfi yang sedang menuju ruang perpustakaan. Aku langsung menemui Kahfi dan mengembalikan buku itu.

"Kahfi. Tunggu". Panggilku.
"Eh kamu Andari, ada apa?".
"Ini Kahf. Aku mau ngembaliin buku yang ku pinjam sama kamu beberapa hari yang lalu, dan tau nggak buku ini bagus banget, masih ada buku yang lain nggak??"
"Kalau buku - buku yang lain kayaknya masih ada. Nanti aku carikan." Tutur kahfi.
"Kamu mau ke perpustakaan kan?, ya udah aku boleh ikut nggak,".
"Iya nih. Aku mau ke perpustakaan mau nyari buku lagi. Ya udah ayo bareng". Ajak Kahfi.

Aku pun ikut dengan Kahfi untuk mencari buku di perpustakaan. Sampailah kami di ruang perpustakaan dan mulai mencari buku. Sambil mencari buku aku berbincang sedikit dengan Kahfi. 
"Kahf, kamu udah lama ya Hijrah?" Tanyaku.
"Alhamdulillah, udah lama, 3 atau 4 tahun yang lalu." Jawab Kahfi.
"Eh Kahf, aku kagum sama kamu, udah pintar, baik, sholeh lagi". Kataku. Kahfi hanya tersenyum mendengar aku berbicaea seperti itu.
"Kamu itu ilmu nya udah banyak, tapi kamu nggak bosen2 untuk terus belajar dan belajar".
"Jadi gini ya Andari, belajar itu bagiku tidak ada kata bosan, sebab sudah menjadi kewajiban setiap umat muslim untuk menuntut ilmu".
"Masya Allah. Aku setuju sama kamu Kahf."
"Aku mau nanya Kahf, alasan kamu untuk hijrah itu kenapa Kahf, kalau boleh tau". Tanyaku.
"Jadi gini, beberapa tahun yang lalu, aku kan ibaratnya nggak terlalu mendalami ilmu agama, hal itu terjadi karena aku lalai dalam menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim karena terhalang dengan percintaan. Waktu itu, kira - kira masih sma, aku pernah jatuh cinta dan pacaran dengan teman Sma ku. Nah pas menginjak sekitar 2 tahun pacaran, mantan nya cewek itu ngajak balikan dengan dia dan dia bilang sama aku bahwa aku cuman pelariannya, nah di situ aku berpikir untuk mengakhiri hubungan yang kami jalani. Aku terus mengevaluasi diri apa saja yang telah aku lakukan selama ini dan termasuk dalam urusan agama aku bisa di bilang lalai dengan kewajibanku. Jadi aku memutuskan untuk tidak pernah larut dalam masalah ini, aku mulai membuka lembaran baru dan berusaha meninggalkan dan melupakan semua yang terjadi dengan cara Hijrah untuk menjadi lebih baik lagi. Dan Alhamdulillah usahaku berhasil. Tapi perlu kamu ketahui aku Hijrah bukan karena diputuskan oleh cewek tapi karena kemauanku sendiri".  

Aku hanya terdiam mendengar alasan Kahfi untuk Hijrah ke jalan yang benar. Dan aku terheran, kenapa cerita yang di alami Kahfi hampir mirip dengan cerita yang aku jalani. 
"Kahf, boleh nggak kalau aku minta ajari bagaimana caranya agar aku tetap istiqomah dalam hijrahku dan  mengikuti langkah hijrahmu," pintaku pada Kahfi.
" boleh, sangat boleh malahan. Aku pasti siap membantu kamu. Tapi perlu kamu ingat  Hijrah itu harus datang dari kemauanmu  sendiri bukan karena orang lain atau putus cinta". Tambah Kahfi.

Kulihat Jam tanganku, sudah menunjukan pukul 10.05 .
"Astaugfirullahaladzim, aduh aku udah telat lima menit masuk kuliah ni". Kataku.
"Ya udah kamu masuk ke ruang kelas. Nanti dosen nya marah.". 
"Eh, bukannya sekarang itu jadwal saya ya masuk ke kelas kamu kan?". Tambah Kahfi.
"Astaga, iya Kahf.". 
"Ya udah, kamu duluan sana, nanti bilang sama teman teman di kelas jangan ada yang ribut. Nanti saya nyusul.". 

Tak lama kemudian aku pergi bergegas masuk ke dalam kelas. Dan sekitar lima menit setelah itu, Kahfi juga masuk ke kelas untuk mengajar mata kuliah menggantikan Pak Lukman.
 
Aku tidak percaya ternyata hari ini aku mendapatkan pelajaran yang paling dan sangat berharga. Aku menemukan orang yang bisa mengajariku untuk bisa tetap istiqomah dalam berhijrah. Dan aku yakin Kahfi bisa membantuku untuk menjalankan Hijrahku dan aku yakin aku hijrah karena kemauanku sendiri bukan karena orang lain, sama seperti yang Kahfi katakan.

                        ☆☆☆ 

Menghapus Jejak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang