Akhir Kisah 3

27 1 0
                                    

Akhir Kisah 3
Terbukanya sandiwara yang dibuat oleh Kahfi dan Sonya untuk memisahkkan dan merusak hubungan pernikahan antara Hanafi dan Andari. Namun itu semua membuka jalan bagi Andari dan Hanafi untuk selalu bersama dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
“Alhamdulillah ya bang, kita bisa melalui semua sandiwara ini. Ternyata Allah masih sayang dengan kita bang”. Ucap Andari.
“iya dek. Alhamdulillah. Semoga dengan adanya kejadian ini, kita bisa lebih berhati – hati dan harus saling jujur satu sama lain”. Pungkas Hanafi.
“iya bang. Aku setuju dengan pendapat abang. Kita harus saling jujur satu dengan lainnya”.  Tambah Andari
“Abang janji sama kamu, abang bakal berubah. Abang akan berusaha untuk jujur pada adek, dalam hal apapun itu”. Ucap Hanafi.
“Andari yakin dan percaya sama abang”. Ucap Andari.
Banyak usaha yang dilakukan oleh Kahfi dan Sonya dalam upaya merusak hubungan antara Hanafi dan Andari. Banyak rencana yang sudah siap untuk mereka luncurkan.
“semua rencana sudah siap dilaksanakan, tinggal tunggu tanggal main. Hahaha”. Ucap Sonya.
“Tepat. Tapi ingat, Andari tidak boleh lecet sedikit pun”. Ingat Kahfi pada Sonya.
“Aman. Semua bisa di kendalikan. Tapi rencana kita kali ini harus berhasil”. Pungkas Sonya.
Kejujuran dan kebersamaan itulah yang di terapkan oleh Andari dan Hanafi untuk melewati semua ujian dalam kehidupan yang sedang mereka alami. Banyak upaya yang sudah di lakukan oleh mereka berdua dan memang prinsip itulah yang membawa mereka berhasil melalui hal tersebut. Hadirnya Renata sebagai sosok perempuan di masa lalu Hanafi merupakan ujian yang harus di hadapi oleh Andari.
Di saat Andari dan Hanafi sedang menikmati saat berlibur di pantai, secara tidak sengaja sosok Renata datang dan langsung memeluk Hanafi tanpa ada perasaan canggung sekalipun.
“Hehehe. Kenapa ini??”. Hanafi kaget.
“Sayang kok gitu sih?”. Rayu Renata.
“maaf, mbak siapa ya? Kok tiba – tiba meluk suamiku?? Gatal mbak, sampai – sampai suami orang dipeluk?”. Ucap Andari dengan nada yang tinggi.
“hei, anda siapa? Hanafi ini mantan gue, jadi jangan sok polos kamu!”. Kata Renata sambil mendorong Andari dan menyebabkan kepala Andari terbentuk pohon di sekitar pantai.
“Astaugfirullah. Renata cukup!! Kamu udah gila ya? Aku sudah menikah dengan bidadari surga yang sangat baik untukku, jadi jangan kamu masuk lagi dalam kehidupanku”. Tegas Hanafi.
“kamu nggak apa – apa sayang??”. Tanya Hanafi padaku.
“nggak apa – apa bang. Insya Allah Andari kuat untuk melawan wanita gatal ini, dasar PELAKOR!!”. Emosi Andari semakin tak terkendali lagi menghadapi perempuan seperti Renata.
“apa PELAKOR?? Yang pelakor itu kamu, sebelum perjodohan konyol kalian, aku dan Hanafi udah tunangan”. Ungkap Renata lagi.
“apa benar itu bang?? Kenapa waktu itu abang nggak cerita sama keluarga kita bang?”. Tanyaku pada Hanafi.
“jujur aja deh Hanafi sayang. Sekalian semua hal yang kita udah kita lakuin sama – sama”. Kata Renata sambil mengedipkan matanya pada Hanafi.
“iya dek, benar. Tapi abang bersyukur karena abang di jodohkan dengan kamu. Seorang istri yang baik untuk dunia dan akhirat. Bukan seperti Renata, yang matre dan mau moroti harta saja”.
“Alhamdulillah. Aku juga bersyukur punya suami seperti abang”. Jawabku sambil memeluk Hanafi.
Melihat Hanafi dan Andari yang nampak semakin tidak bisa di adu sama sekali, membuat Renata termakan api cemburu. Renata adalah sosok mantan kekasih Hanafi sebelum ia bertemu dengan Andari. Renata sendiri juga baru dipindah tugaskan untuk bekerja di tempat Hanafi bekerja sehingga ia semakin tidak canggung untuk merebut Hanafi dari Andri.
“He Andari, kamu nggak usah senang dulu oke, perlu kamu ketahui mulai besok aku bakal kerja bareng dengan Hanafi. Aku saranin mending kamu banyak – banyak berdoa deh, biar Hanafi nggak kecantol sama aku. Hahaha”. Ucap Renata.
“oo jelas, aku bakal terus berdoa pada Allah agar suamiku dijauhkan dari godaan orang – orang seperti kamu”. Jawab Andari.
“tenang dek. Abang nggak bakal lagi untuk terpengaruh dengan Renata. Dan kamu Renata, mending kamu pergi dari sini!!!”. Usir Hanafi.
“ingat kalian harus pisah. Aku pastikan itu”. Ancam Renata sambil meninggalkan Andari dan Hanafi.
“bang, kok aku jadi takut dengan ancaman Renata tadi. Kalau dia benar – benar nekat untuk memisahkan kita gimana??”. Ucap Andari.
“dek, abang yakin kita bisa menghadapi semua ini. Allah bersama kita. Jadi kita harus bisa melewati ini semua”. Tegas Hanafi lagi.
Dengan bertambahnya sosok Renata dalam kehidupan Andari dan Hanafi, berarti rumah tangga Andari dan Hanafi berada di kewaspadaan. Hal tersebut terjadi lantaran bukan hanya Sonya dan Kahfi saja yang ingin merusak hubungan keduanya melainkan juga Renata.
“awas Andari. Besok kamu akan berakhir kehidupanmu di dunia ini. Hahaha”. Gumam Renata
Keesokan harinya, Renata dengan sigap untuk melancarkan rencana yang sudah ia siapkan untuk menghabisi Andari.
“bang, Andari duluan berangkat ke sekolah ya, udah agak kesiangan soalnya. Nggak enak kalo telat sama guru – guru yang lain”. Pamit Andari pada Hanafi.
“dek, kamu bareng sama abang aja. Abang juga udah mau berangkat. Tinggal pakai sepatu abis itu berangkat”. Pinta Hanafi.
“mmm. Ya udah deh bang. Aku tunggu abang”. Kataku mengiyakan.
“tunggu ya”. Timpal Hanafi.
Sekitar 3 menit Andari menunggu di dekat garasi, akhirnya mereka berangkat ke tempar kerja. Di perjalanan, timbul firasat khawatir Hanafi pada istri kesayangannya. Kekhawatirannya itu tidak lupa ia sampaikan pada  Andari.
“Dek. Abang kok khawatir sama kamu. Kenapa ya?? Abang merasa kamu bakal ninggalin abang dek”. Ucap Hanafi.
“Bismillah bang. Insya Allah nggak bakal terjadi apa – apa bang. Dan kalaupun akan terjadi apa – apa sama Andari, mungkin ini sudah di atur oleh Allah. Abang terlalu mencemaskan Andari, makanya sampai kebawa suasana seperti itu”. Balasku.
“abang doakan semoga adek aman. Dan hati – hati dek. Kabari abang kalo ada yang macam – macam sama adek”.
“aku duluan ya bang”. Kataku sambil turun dari mobil.
“kok manggilnya abang terus deh, sesekali panggil sayang gitu. Hehe”. Gurau Hanafi.
“iya sayang. Kamu hati – hati di jalan dan jangan mikirin Andari, ingat fokus kerjanya”. Gurauku.
“iya siap adek sayang. Kalo mikirin adek tu, harus tiap saat deh. Kan adek penyemangat abang”. Tambahnya.
“Andari duluan ya bang, assalamualaikum”. Pamitku sambil mencium kedua tangannya.
“waalaikumusallam warohmatullahi wabarokatuh”. Balas  Hanafi sambil meninggalkan Andari sedangkan Andari sudah memasuki gerbang sekolah.
Tak lama setelah itu, jam pelajaran pun di mulai. Seperti hari biasanya Andari selalu berbareng menuju kelas dengan mbak Eliza menuju lantai 3 di sekolah yang mereka ajar.
“Mbak, makin hari Andari perhatikan mbak makin gemuk deh”. Gurauku.
“salah kamu dek. Body mbak kayak gitar Spanyol gini, kamu bilang gemuk. Liat dari mana kamu dek”. Balas mbak Eliza.
“liatnya dari depan mbak. Tuh nampak pipi mbak makin tembem, emang hari ini berat badannya naik berapa kilo mbak?”. Bisikku pada mbak Eliza.
“kemarin berat badan mbak 78 kg dek. Pas pagi tadi udah 80 kg”. Jelasnya.
“tuh kan benar. Naik 2 kg berarti mbak. Wadau... nggak kebayang”. Tambahku.
“nggak kebayang apa dek?”. Tanya mbak Eliza.
“nggak kebayang besok berat badan mbak naik lagi. Hahaha”.  Gurauku lagi.
“bisa aja kamu dek, bergurau terus sama mbak. Mbak duluan ya. Eh kamu di kelas mana ngajarnya?”.
“ aku ngajarnya di kelas XII mipa 8 mbak”.
“Habis ganti jam??”. Tanya Mbak Eliza lagi.
“habis itu di kelas XII Mipa 5”. Jawabku.
“istirahat nanti barengan ke ruang guru oke. Mbak tunggu. Soalnya mbak habis ini ngajar di lantai 2 kelas XI Ips 1”. Ucap mbak Eliza.
“oke siap mbak”.
Setelah itu, aku bergegas menuju ruang kelas yang akan aku ajar. Tepatnya di ruang kelas paling ujung di lantai 3. Nampak semua siswa dan siswi di ruangan tersebut sudah dengan semangat untuk mengikuti pelajaran yang akan di sampaikan.

☆☆☆☆☆

Eits... ini baru sepenggal cerita loh, versi lengkap ceritanya ada dalam versi buku.

Jangan lupa vote dan komennya.

Menghapus Jejak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang