PRAHARA

38 4 0
                                    

Hidup yang dijalani semua itu adalah hal yang sudah di rencanakan oleh Sang Pencipta. Begitulah kehidupan yang dijalani oleh Andari dan Hanafi. Rumah tangga yang di gadang - gadang oleh Andari susah untuk menjadi harmonis ternyata semua itu salah. Sejauh ini kehidupan rumah tangga mereka amat bahagia lantaran karena adanya saling percaya dan jujur satu dengan yang lainnya.

"Assalamualaikum dek Andari". 

Terdengar suara Hanafi sambil mengetuk pintu yang baru pulang dari kerja. Sudah beberapa hari ini memang Hanafi sering pulang telat dan aku tidak tau dan juga tidak bertanya pada nya karena memang nampak dari wajahnya ia nampak lelah. Namun ini sudah kali ketiga dan jam pulang kerjanya pun sudah jauh lewat dari jam kerja. 

"Waalaikumusallam bang. Sebentar.". Kataku sambil membuka pintu.
"Ya Allah, abang nampak lelah kelihatannya. Ya udah Andari siapin makan malam dulu untuk abang". Tambahku.
"Iya dek, abang mandi dulu tapi". Sahut Hanafi.

Tidak lama setelah itu, Hanafi bergegas ke kamar sedangkan aku menyiapkan makan malam. Sebagai seorang istri,tentu wajar kalau ia curiga dengan suaminya sendiri lantaran sudah beberapa hari ia pulang terlambat. Tiba - tiba ada pesan masuk di handphone Hanafi. Ku beranikan untuk membuka pesan itu, saking penasaran dengan pesan itu.

"Kira-kira, itu pesan dari siapa ya? Tapi kalo aku buka handphone abang Hanafi, takut dia marah padaku". Gumamku dalam hati.

Ku beranikan untuk membuka pesan itu dan ternyata pesan itu dari Tono. Tapi anehnya kenapa gaya pesan Tono itu seperti cewek pada umumnya. Mulai timbul perasaan curiga pada suamiku. 

"Kamu udah sampai di rumah mas, ? Jgn lupa makan dan istirahat mas. Ttd milikmu". Isi pesan tersebut.

Aku semakin heran, tidak banyak cowok yang perhatian sama cowok, malahan ini melebihi cewek. 

"Kenapa Tono bisa chat bang Hanafi dengan perhatian begini yah?, jangan - jangan bang Hanafi.... ya Allah. Astaugfirullah aku nggak boleh suudzon dengan suamiku sendiri". Kataku penasaran

Tak lama setelah itu, Hanafi keluar dari kamar. Segera ku letakan kembali handphone Hanafi dan pura - pura tidak tau apa - apa.

"Kamu kenapa dek, sakit??". Tanya Hanafi padaku.
"Eh nggak apa - apa bang."  Balasku.
"Ya udah, mari makan dek". Ajak Hanafi.

Masih menjadi tanda tanya besar bagiku siapa sebenarnya sosok Tono yang mengirim pesan itu pada Hanafi.

"Kamu kok diem aja dek, ada masalah di sekolah?". Tanya Hanafi penasaran.
"Nggak bang, mungkin Andari kecapekan aja". Jawabku.
"Ya udah, Andari istirahat aja. Ntar abang nyusul". Usulnya.
"Iya bang.". Jawabku.

Ketika aku menuju kekamar, terdengar suara telepon masuk di Handphone bang Hanafi. Secara tak sengaja aku dengar percakapan antara Hanafi dengan orang yang ada di handphone Hanafi.

"Hahaha, iya abang baru selesai makan nih, kalo Sonya sendiri udah makan belum??". Terdengar sedikit oleh ku percakapan antara Hanafi dengan orang itu.

"Tadi Tono, sekarang Sonya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi ya Allah." Gumamku dalam hati. 

Setelah itu, aku langsung masuk ke kamar untuk istirahat. Terbayang dan terus terbayang di pikiranku dengan semua yang terjadi. 

Tepat jam 03.00 aku terbangun dari tidur. Tidak lupa untuk sholat tahajjud ketika aku terbangun dari tidur. Setelah selesai sholat, timbul kembali rasa penasaranku pada suamiku. 

Nampak terlihat, handphone Hanafi ada di atas lemari kamar. Ku beranikan untuk membuka handphone suamiku karena rasa penasaranku padanya. Ku buka secara perlahan hanphone Hanafi dan kulihat siapa yang sebenarnya menelpon suamiku tadi malam. Dan nampak di telpon tersebut Tono yang menelpon Hanafi semalam. Tapi aku dengar semalam Hanafi bilang itu Sonya.

Menghapus Jejak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang