Ayah menjualku kepada seorang bandar narkoba..
Bagaimana bisa seorang ayah tega menjual putrinya, apalagi semua itu dilakukan hanya untuk memenuhi hasratnya sendiri.
Rumah mewah yang kami tempati satu keluarga terjual begitu saja, harta benda yang terkumpul selama bertahun-tahun habis tidak bersisa, bahkan ayahku yang semula menjabat sebagai presedir sebuah perusahaan kini sudah di berhentikan, seluruh pemilik saham dan dewan direksi melakukan konferensi untuk melengserkan ayahku karena dianggap sudah tidak kompeten.
Tidak lama setelah itu, ibu pergi meninggalkan kami dan memilih hidup bersama laki-laki kaya.
Aku tidak membencinya, tidak ada yang tahan hidup dengan suami seorang pecandu seperti itu. Aku hanya menyesalkan ketika ibu benar-benar meninggalkan aku untuk hidup bersama ayah.Miris, tapi itulah kenyataanya. Bahkan aku harus pindah ke sekolah swasta biasa. Tidak ada mobil mewah yang menungguku di gerbang sekolah british high school, tidak ada lagi barang-barang mewah bahkan ke sekolah saja aku berjalan kaki.
Dulu, pintu akan otomatis terbuka ketika aku menempelkan sidik jariku, dan sekarang aku harus memasukkan kunci rumah yang kadang sangat susah di putar karena mungkin di dalamnya di penuhi karat.
Dulu, lampu akan otomatis menyala ketika aku memasukki setiap ruangan di rumahku, dan sekarang aku harus menekan saklar yang serabut kabelnya sudah mencuat.
Dulu, ketika musim dingin lantai rumah kami akan otomatis menghangat, tapi sekarang lantai rumah kami bahkan tidak rata.
Dulu aku sangat bahagia, aku seorang putri yang tidak perlu melangkah kaki untuk sekedar mengobati rasa haus. Aku hanya perlu menepuk tanganku dua kali maka seseorang akan datang melayaniku.
Dulu, berjalan-jalan keluar negri rasanya sangat mungkin meskipun aku berangkat tanpa ada rencana.
Aku hanya perlu memesan tiket, membayar semuanya melalui sebuah sentuhan di layar ponsel.'Dulu', satu kata itu terdengar sangat menyedihkan bahkan lebih sedih daripada lagu yang diputar di acara perpisahan.
Kini kami tinggal di rumah kontrakan yang terdapat dua kamar tidur dan satu kamar mandi serta dapur yang sangat kecil bahkan lebih pantas disebut sebagai sarang kecoa.
Rumah itu sudah dua bulan belum terbayarkan, mungkin kami akan segera diusir.
Tapi sungguh, aku sudah tidak ada uang tabungan saat ini. Bahkan untuk makan saja aku akan memakan sisa makanan di tempatku bekerja.
Ayahku begitu menawan dan pantas dibanggakan, dia pekerja keras namun semua itu runtuh ketika narkoba sudah menyambangi.
Terdengar menyedihkan, tapi nyatanya hidupku jauh lebih baik di tangan seorang bandar narkoba daripada di tangan ayahku.
Pukulan, teriakan, dan hal-hal kasar lainya sangat membuatku frustasi.
Teringat ketika aku pulang dengan tidak membawa uang, ayahku menamparku hingga aku jatuh terduduk.Aku hanya seorang pekerja paruh waktu di sebuah cafe yang aku lakukan sepulang sekolah. Bagaimana bisa aku harus membawa uang untuk dia belikan narkoba.
Perlu diingat! Aku hanya pekerja paruh waktu, gajiku terhitung setiap jam dan itu akan di bayarkan di akhir bulan.
Malam itu hujan begitu deras, ayah membawaku menuju sebuah tempat yang berada di tengah kota Busan, dari luar penampakanya mirip seperti rumah tinggal biasa yang memiliki tiga lantai.
Ayah bilang, hidupku akan lebih baik tinggal bersama orang ini. Aku hanya perlu menuruti perintah orang yang rela mengeluarkan uangnya untuk membeliku.
Apa aku akan di jual ke tangan laki-laki yang dipenuhi oleh nafsu bejat? Berapa usianya? Apa lebih dari 40 tahun? Bagaimana perawakanya? Apa seperti seorang ajushi.
Ayah membawaku masuk kedalam rumah itu, bukan, bukan rumah. Tapi tepatnya sebuah bar yang di penuhi dengan botol2 alkohol, pria yang sedang duduk berdampingan tanpa jarak dengan seorang wanita serta musik yang menusuk telinga.
Seseorang pria muda yang aku prediksi usianya 22 tahun menghampiri ayah, sedang aku hanya bisa menangis bahkan terisak hampir seperti orang tersedak.
Pria itu berwajah tegas, dengan struktur wajah yang memiliki paduan sempurna. dia begitu tampan.
Pria itu memberi sekantong plastik yang aku sendiri tidak tau berisi apa. Mungkin saja setumpuk uang?.
"Aku serahkan ini dan kau serahkan putrimu" ucap pria yang memiliki suara bariton itu.
"Yah..yah... aku akan mengambil ini, dan dia sebagai gantinya" ucap ayahku sembari mengambil kantong itu hingga berpindah ke tanganya.
Pria itu menarik tubuhku, mensejajarkan aku dengan tubuhnya.
Ayahku pergi meninggalkanku dengan teganya tanpa mengucap kata perpisahan sedikit pun.Kini, aku berada di dalam lingkaran kehidupan bersama pria yang tidak aku kenal.
Apa dia akan menjadikanku seorang jalang?.
Tubuhku mendadak kehilangan tumpuanya dan semuanya terasa gelap begitu saja.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
1. DESTINY || Completed✔
Fanficayah menjualku kepada seorang bandar narkoba. dan hidupku terselamatkan dengan sebuah takdir yang baru Created 11/05/2020 -coming soon 13/05/2020- full stories