6

796 63 5
                                        

Pagi ini kak Tae Hyung mengajakku bertemu ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini kak Tae Hyung mengajakku bertemu ibunya.

Kak Tae Hyung bilang ibunya adalah perempuan hebat dan sangat berarti untuknya.

"Aku sangat menyukai masakkan ibuku"

"Aku bahkan tidak tahu apa ibuku bisa memasak".

Selama bertahun-tahun barang sekalipun belum pernah aku memakan masakan ibuku. Aku iri denganya.

Sungguh.

"Kita akan membeli bunga terlebih dahulu, ibuku sangat menyukai bunga"

"Bunga apa yang ibumu suka kak?"

"Bunga aster, ibuku bilang jika bunga aster lambang dari kecantikan, pesona serta kesabaran".

"Aku tidak tahu bunga apa yang ibuku suka"

"Apa hubungan kalian begitu buruk?"

"Tidak tahu, aku tidak tahu hubungan kita seperti apa selain hubungan formalitas yang tertulis di buku kelahiran. Tapi sungguh aku sangat menyayanginya, aku ingin memeluknya setidaknya sekali dalam hidupku"

"Sejauh itu?"

"Entah bagaimana penilaianmu kak, aku sering mencuri baju ibuku untuk sekedar aku hirup aroma tubuhnya yang tersisa. Sangat nyaman, mungkin seperti itu rasanya di peluk seorang ibu. Benar kan?"

Tidak ada jawaban, seolah ucapanku hanyalah angin lalu.

Aku tidak mendramatisir keadaan, untuk apa? Bahkan sebuah drama yang sering aku tonton pun akan kalah dengan cerita kehidupanku.

Kini, motor hitam yang dia kendarai berhenti di sebuah tempat yang sangat sejuk, terdapat hamparan karpet hijau alami sepanjang edaran pandanganku.

"Kita harus membeli bunga dulu sebelum menemuinya"

"Komplek perumahan di sini sangat sejuk kak, pemandanganya sangat bagus, tapi aku cukup takut menemui ibumu"

"Tenanglah, ibuku sangat baik. Kau tak perlu cemas"

Kak Tae Hyung meninggalkan motornya dan berjalan menghampiri toko bunga yang ada di seberang jalan.

"Lama tidak melihat anda tuan"
Begitu sapaan yang keluar dari seseorang yang bisa aku tebak jika dia pemilik toko bunga ini.

"Yah, tolong beri aku bunga seperti biasa"

"Baik tuan"

Dengan patuh orang itu melayani keinginan kak Tae Hyung seperti sudah memahami apa yang dia inginkan.

Mungkin, ini tempat langgananya.

"Nona cantik sekali"

"Terimakasih" aku melempar senyum sebagai ucapan terimakasih atas pujian yang diberikan pemilik toko bunga tersebut.

"Apa nona kekasih tuan Tae Hyung?"

"Bukan.. bukan... aku hanya temanya"

"Oh, wajah kalian begitu mirip, maaf jika saya salah mengira anda kekasih tuan Tae Hyung, mungkin kalian berjodoh kalian begitu serasi"

Sontak tatapanku teralihkan menatap Kak Tae Hyung yang berdiri di sebelahku dengan memasukkan kedua tanganya kedalam saku jaket bombernya.

"Ambil saja kembalianya untuk bibi"

"Terimakasih tuan, semoga keberuntungan menyertai anda"

"AAMIIN...."

Dengan lantang aku merespon doa yang di panjatkan bibi itu.

"Kak, beri aku uang 10 ribu won!"

"Untuk apa? Tidak ada penjual makanan di sini".

"Aku tidak membeli makanan, sudah berikan saja".

Segera kak Tae Hyung memberikan uang 10 ribu won untukku, mungkin agar aku cepat diam dan dia tidak malu didengar bibi toko bunga.

"Bi, ini untuk bibi.. tolong doakan ibu kak Tae Hyung menyukaiku"

"Aigooo nona, kau sangat menggemaskan. Ibu tuan muda pasti menyukai gadis baik sepertimu"

"Jinjaaa??.. terimakasih bi"

"Terimakasih bi" ucap kak Tae Hyung yang aku artikan sebagai salam perpisahan untuk bibi toko bunga.

Aku mengikuti langkah Kak Tae Hyung yang begitu cepat, sangat merepotkan untukku sekedar mensejajarkan langkahku denganya.

"Kak, kita memasuki komplek perumahan ini dengan berjalan kaki? Kenapa meninggalkan motormu di depan?"

"Kau ingin membawa motor kedalam makam?"

"Ma-makan katamu? Kau tidak bilang akan membawaku ke makam. Aihhh"

"Kau tidak membaca tulisan di depan jika ini kawasan makam? Dasar gadis bodoh"

Kak Tae Hyung memukul kepalaku dengan dua siku jarinya. Tidak sakit tapi aku akan membalasnya nanti, di balik kulit kepalaku ada aset yang harus aku lindungi sekalipun tidak berguna.

Kak Tae Hyung duduk dengan berjongkok di depan sebuah nisan yang aku yakini adalah makam ibunya, karena dapat aku lihat jika kak Tae Hyung meletakkan bunga aster itu di samping makam ibunya.

"Bu, aku datang. Aku merindukanmu... sangat"

Aku hanya menatap apa yang di lakukan kak Tae Hyung, mengusap nisan, menciumnya, mencabut rumput liar dan memejamkan matanya.

Entah apa yang dia lakukan, aku tidak mengerti kenapa dia memejam.

"Kau tidak ingin menyapa ibuku?"

"Bagaimana aku harus memanggilnya?"

"Ibu"

"Ibu, aku teman kak Tae Hyung, anakmu ini sangat baik denganku, aku yakin itu ajaran darimu. Meskipun terkadang menyebalkan dan suka mengaturku dan aku yakini jika itu bukan ibu yang nengajarkan"

"Hyaaa, jangan sembarangan mengadu!"

Aiggooo kak, aku berkata jujur. Kau baik dan menyebalkan. Sudah seperti perpaduan yang sempurna.

"Berdoalah untuk ibuku"

"Berdoa? Aku tidak tau caranya berdoa kak"

Sontak Kak Tae Hyung menatapku dengan penuh rasa terkejut. Entah apa yang membuatnya terkejut. Yang jelas aku sedang berkata jujur jika aku tidak tau cara berdoa.

"Baiklah, ikuti aku. Genggam tanganku. Pejamkan matamu. Sampaikan harapan terbaik untuk ibuku di surga"

Aku mengikutinya, memejamkan mataku dan....

"Ibu, terimaksih sudah melahirkan pria yang begitu baik untukku. Pria yang melindungiku setiap saat, pria yang khawatir jika aku pulang tidak tepat waktu, pria yang mengajariku ketika aku tidak bisa menyelesaikan tugasku. Semoga tuhan memberimu tempat yang begitu indah. Ibu pasti sedang melihat aku dan kak Tae Hyung berpegang tangan sekarang, ini pertama kalinya aku berdoa, pertama kalinya aku memejamkan mata dan aku harap ibu bahagia di sana"

*****

1. DESTINY || Completed✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang