14~DIMENSI LAIN

1K 81 1
                                    

Zia Abigail POV.

Aku berada di sebuah tempat yang mirip dengan cerita dalam negeri dongeng.

Sebuah kastil berwarna putih cerah dengan atap dan pilar pilar berwarna biru muda. Sangat besar dan megah tentunya.

Aku memberanikan diri untuk masuk kedalam. Ini sangat menakjubkan. Desain iterior istana nampak berkilau dengan perpaduan permata mulia.

Penglihatanku tertuju pada seorang bayi yang berada dalam gendongan seseorang. Mungkin ibunya. Aku baru sadar ternyata disini sedang digelar  sebuah pesta yang meriah.

Pria berbadan tegap dengan mahkota yang bertengger rapi di kepalanya, naik ke atas mimbar dan mulai menyampaikan sesuatu.

"Untuk Rakyatku sekalian, Sekarang kalian sudah memiliki putri kecil bernama Valeria Cressida. Putri yang akan menjadi penerus tahta kerajaan ini. Aku berharap agar kalian dan kita semua bisa menjaga dan melindungi putri bersama-sama"  ucapnya sebelum turun dari atas sana..

Valeria Cressida? Nama itu terdengar tidak asing di telingaku. Aku berjalan kearah seseorang yang mereka sebut Ratu.

"Kau adalah putri yang luar biasa. Aku harap, kelak kau akan menjadi menyelamat dunia putri ku" Ia berbicara kepada gadis kecil yang sedang di gendongnya.

Hey. Lihatlah mata gadis itu persis seperti mataku. Dan rambutnya? Itu sangat mirip dengan warna gradasi rambut ku saat itu.

Aku kembali ke helaman depan istana. Kenapa semuanya berubah? Kemana putri kecil itu?

Raja dan Ratu. Aku melihat mereka sedang melawan seseorang berjubah hitam.

Hilang. Mereka dibawah pergi oleh iblis itu, seandainya bisa, aku ingin menolong mereka. Namun untuk bergerak dari tempat ini saja aku tidak sanggup.

Selanjutnya apa lagi? Kenapa waktu disini cepat sekali berubah? Aku masih berdiri di tempat yang sama namun dengan suasanya yang berbeda.

Kerajaan dibelakangku tiba tiba menghilang. Aku mendongak dan mendapati kelompok butiran air yang menghitam.

Siapa dia? Kenapa dia terus menyebut nama itu?

"Valeria. Aku harap kau baik baik saja putri"

"Hanya kau yang mampu mengembalikan semua ini."

"Kau adalah Valeria Cressida Zunair, Putri yang sangat luar biasa"

"Ku harap engkau akan kembali disaat yang tepat"

Lagi lagi aku tak mengerti ucapannya. Perkataan orang orang disini terdengar ambigu.

Oh Dewa. Dimana aku sekarang? Sebuah hutan? Apa disana?

Aku berjalan mendekat kearah sepasang suami istri yang berpakaian lusuh. Oh tidak. Apakah itu bayi yang tadi aku lihat? Mereka mencurinya? Ataukah mereka sedang menyelamatkannya?

Hey. Itu mama dan papaku. Jadi siapa bayi itu?

Third Person POV.

Kringgg, kringg. Kringg....

Suara alarm membangunkan sang empunya dari mimpi yang terasa nyata.

"Apa yang barusan aku lihat?" Gadis bernama Abigail mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Sayang. Keluarlah, seseorang sedang menunggumu diluar"

"Sebentar mah" Abigail segera keluar untuk menemui orang yang dimaksud sang mama .

"Sia__Rio?" Ia sedikit terkejut melihat pemuda itu.

"Selamat pagi Zia" Shera menyapanya dengan senyum manis.

"Shera? Mau apa? aku sedang tidak ingin berdebat sekarang"

"Aku tidak ingin berdebat denganmu teman. Justru aku ingin mengjakmu pulang sekarang" Shera berucap dengan santai namun mampu membuat Abigail mengerutkan kening bingung.

Zia Abigail POV.

"Pulang?" tanya-ku memastikan.

"Iya. Ayo berangkat" Shera menarik tanganku tanpa ijin. Ia terlihat sangat gembira.

"Kemana? Ini rumahku Shera" aku melepaskan tangan Shera yang sedari tadi mencekalku.

"Tapi ini bukan tempatmu Zia" Shera menghembuskan nafas berat.

Mama dan papa menghampiri kami di teras depan. Mata mereka terlihat berkaca kaca.

Mama dan papa memelukku tanpa suara, kemudian menyerahkan kotak yang kemarin.

"Kenapa kalian menangis?" Papa dan mama hanya menggeleng pelan seraya tersenyum.

"Pergilah sayang. Mereka sudah lama menunggumu" Mama dan papa mengecup keningku dan berlalu pergi dari hadapan kami.

"Ma, Pa. Kalian mau kemana? Tunggu Abigail, aku akan menemui kalian setelah semuanya selesai"

Shera kembali menarik pergelangan tanganku hingga kami tiba di suatu tempat.

"Kenapa di taman?" aku menatap Rio dan Shera bergantian.

"Nanti juga kau akan tahu. Kami duluan" Ucap nya lalu menghilang.
.
.
.

Dimana aku sekarang? ini  sangat menakutkan, hawa disini terasa mencekam.

Gelap.

Sepi.

Sunyi.

Hanya ada hembusan angin, suara tumbuhan, dan desiran ombak.

Rasa dingin menjelma bak duri duri kecil dan menusuk kulik ku. Perasaanku semakin tidak enak.

Semoga ini bukan kutukan yang dikirimkan para dewa

Namaku Zia Abigail. Usiaku? Ah___ berapa usiaku? Tunggu. Kenapa hanya namaku saja yang aku ingat? dan sekarang kenapa aku bisa ada di tempat yang menyeramkan ini? Seingatku aku sedang berada ditaman pagi tadi.

"Dewa, tolong aku" Aku mulai kehabisan akal. Ini sungguh diluar dari nalarku. Jika ini hanya kilasan menakutkan yang datang saat aku tidur, kumohon bangunkan aku sekarang.

Aku tertunduk dibawah pohon besar yang mungkin masih sejenis pohon beringin. Ribuan Bulir air mulai merambat kedalam pori pori ku. Badai besar, Kilatan petir.

Silau.

Kelopak mataku terkatup saat sinar putih nan terang memenuhi dimensi ini.

"Siapapun yang mendengarku, ku mohon. Tolong aku sekarang"

Aku memejamkan mata sekuat mungkin. Menepis seluruh prasangka buruk yang dalam hitungan detik bisa saja menerkamku.

Tak ada siapapun disini

Kelopak mataku samar terbuka saat kurasa kilatan cahaya putih besar itu sudah berakhir.

Apalagi ini?

Sebuah gedung besar nan megah menjulang tinggi dengan lima lantai dan halaman yang terlihat sangat luas.

Aku mendongak saat mendapati posisi berdiriku saat ini tepat di depan gerbang masuk bertuliskan,

"Valeria Academy"

Terasa tidak asing bagiku, tapi apa?.

Valeria AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang