16~TEMAN BARU

945 80 1
                                    

"Permisi" Aku mengetuk pintu ruangan dengan perasaan sedikit takut. Berharap semoga bukan monster, iblis, atau vampir yang akan membukanya.
.
.
Third Person POV.

Tiga gadis cantik tengah berkumpul di ruang tamu yang terdapat didalam ruangan asrama mereka hingga bunyi ketukan pintu dan suara seseorang mengalihkan pembicaraan.

"Ada tamu tuh. Kamu yang buka gih" Ucap gadis bermata amber dengan rambut pirang pada gadis yang lainnya.

"Kenapa harus aku?" kilah gadis bernetra ungu dengan warna rambut senada dengan warna matanya.

"Biar aku saja" Gadis berambut hitam dengan iris merah darah berjalan ke arah pintu dan segera membukanya.

"Siapa?" Tanya gadis berambut hitam pada gadis yang baru saja mengetuk pintu ruangannya.

"Aku Abigail, murid baru disini. Kata Miss Carin aku akan menempati ruangan 302 ini bersama kalian" tutur gadis itu dengan sopan.

"Masuklah"

Zia Abigail POV.

Sesuai perintahnya, aku melangkah masuk dan bergabung bersama dua gadis lainnya yang tengah duduk santai di sofa.

"Hay. Rupanya kita kedatangan teman baru ya" Gadis bermata Amber menarikku untuk duduk diantara mereka.

"Siapa namamu?" Tanya gadis bernetra ungu.

"Namaku Zia Abigail" jawabku sekenanya.

"Apakah kau seorang putri?"

"Ataukah seorang Dewi?"

"Atau mungkin kau seorang Vampir sepertinya" Tanya gadis bermata amber itu kemudian mengarahkan dagunya pada orang yang tadi membukakan pintu untukku.

Apa? Jadi aku akan tinggal bersama Vampir? Oh tidak. Aku tidak ingin menjadi santapanya suatu waktu.

"Hey kenapa diam saja?"

"Eh_aku...hanya manusia biasa" Jawabku sedikit tertunduk, aku hanya takut ketika aku mengatakan ini mereka tiba tiba menggigitku, atau bahkan membunuhku dengan tragis. Mengingat bahwa tempat ini adalah dunia sihir.

"Ohh" Ucap keduanya bersamaan.

Jadi hanya itu reaksi mereka? Apa mereka tidak berniat mengubahku menjadi katak atau sejenisnya?

"Kalian?" Tanyaku ragu, dengan maksud agar mereka memperkenalkan diri.

"Namaku Vivian Laurels. Aku putri dari kerajaan Areez. Aku pengendali air dan Udara" Ucap gadis bermata amber itu, gadis ini terlihat paling ceria diantara teman temannya yang lain.

"Namaku Lucy Alterio. Kau boleh memanggilku Lucy. Sebenarnya aku adalah seorang Dewi" Tutur gadis bermata ungu.

"Ya, dia adalah seorang Dewi, lebih tepatnya sang Dewi Bintang. Tapi aku tak mengerti kenapa dia menyembunyikan itu dan lebih memilih tampil dengan mata ungunya" lanjut Vivian seperti sedang mengejek.

"Heh. Ini bagian dari penyamaranku" Lucy menjitak keras jidat Vivian.

"Hanya karna kau ingin tinggal bersamaku? Harus aku akui, bersahabat denganmu sejak kecil membuatku sedikit bosan" Vivian memalingkan wajahnya dari Lucy.

"Kenapa seperti itu?" Tanyaku pada Vivian.

"Lucy memang tidak ingin identitasnya sebagai Dewi terbongkar disini, karena para Dewi akan sangat di istimewakan dan dipisahkan dari murid Academy lainnya. Huh aku juga tidak paham dengan jalan pikiran gadis ini" untuk kedua kalinya Vivian mendapat jitakan dari Lucy.

"Gadis ini memang sangat cerewet Abigail, kau harus memakluminya" Aku terkekeh dengan penuturan Lucy yang pasti membuat Vivian sangat kesal.

"Tapi bagaimana caramu menyamar menjadi putri seperti Vivian? Bukankah kemampuan seorang Dewi akan sangat berbeda dengan para putri?" Aku mulai penasaran dengan teman baruku ini.

"Yaps. Kau benar. Itulah mengapa aku selalu belajar cara mengendalikan air dari Vivian"

"Dan aku sangat kesulitan mengajari seorang Dewi bintang cara mengendalikan air. Jelas saja cahaya bintang sedikit meredup" Ejek Vivian untuk kesekian kalinya.

"Dasar kau ini. Lihat saja nanti, aku tidak akan membantumu mengetahui takdir baikmu lagi"

Ya. Lucy memang memiliki kemampuan membaca takdir, hampir sama seperti seorang peramal.

"Dasar peramal gadungan" Ledek Vivian.

Bughh.

Sebuah bantal baru saja mendarat di wajah Vivian.

"Aku bukan peramal tuan putri" hardik Lucy.

Gelak tawa tercipta diantara kami bertiga. Tanpa sadar kami melupakan seseorang

"Aku tinggal sebentar" Suara gadis itu terdengar sangat dingin.

"Mau kemana?" Tanya Vivian sebelum gadis bermata merah darah beranjak dari tempatnya.

"Menemui Miss Alina" Ucapnya kemudian menghilang.

Valeria AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang