Reborn

903 82 11
                                    

Rasanya kaya hidup lagi, di raga yang beda.

"Gue Yori. I-Yo-Ri." Lelaki berkaus hitam itu memberikan penekanan saat mengeja namanya, "Lo sering ngeledek gue karena nama gue kaya cewek. Padahal nama lo juga kaya cewek."

Rasanya aneh. Banget.

Pikirannya yang sejak tadi berlarian entah kemana, akhirnya kembali pada satu titik saat sebuah tangan melambai dihadapan wajahnya beririnan dengan suara yang memanggilnya, "Mai?".

"Manggilnya, nama?" Ia memang melamun, namun bukan berarti ia tak mendengar ucapan lelaki di hadapannya itu.

Iyori tersenyum dan memajukan wajahnya, tentu membuatnya tidak nyaman dan menggerakan tubuhnya menjauh, "Lo biasa manggil gue, abang sayang."

Ia pun tersenyum beriringan dengan senyuman di bibir Iyori. Entah, dari berapa banyak yang sudah menemuinya, Iyori yang terasa begitu nyaman untuknya. Mungkin karena Iyori adalah satu-satunya yang tidak memandangnya dengan tatapan aneh.

"Masa?"

Senyum Iyori semakin mengembang sebelum akhirnya ia menjulurkan tangannya menyentuh puncak kepala lelaki yang mengenakan pakaian rumah sakit itu. Seketika suasananya berubah. Rasanya tidak nyaman dan Iyori menangkap itu semua. Jadi ia menarik tangannya kembali.

"Lo boong ya? Gak Amnesia kan lo? Buktinya gue gak bisa boongin lo." Lagi, Iyori masih dengan senyuman teduhnya. Namun lelaki yang baru menjalankan operasi itu masih tidak terbiasa diperlakukan sedekat itu dengan orang yang masih terasa asing untuknya.

"Iya, dokternya boong kayanya." Jawabnya.

Setelah tawa singkat mereka, ada hening yang terasa begitu dingin. Hening yang juga lelaki itu rasakan dengan beberapa orang yang menemuinya. Ia menarik kembali ucapannya. Nyatanya ia tak pernah bisa benar-benar merasa nyaman, saat tidak ada satu kenangan pun di pikirannya.

"Maika." Suara Iyori mulai terdengar lagi, dengan nada yang begitu dingin. Bahkan sudah tidak ada rasa hangat samasekali disana. Membuatnya semakin bertanya, sebenarnya bagaimana sosok seorang Iyori ini?

Ia memberikan jeda cukup lama yang entah bagaimana Maika juga tak ingin memecahnya. Hingga di detik berikutnya lelaki itu tersenyum, namun bukan senyuman hangat yang sedari tadi ia berikan. Ini berbeda. Iyori terlalu abu-abu untuk Maika baca.

Hingga ucapan berikutnya yang keluar dari bibirnya membuat Maika semakin terbungkam.

"Gue harap, lo gak pernah inget apapun."

Iyori, apa bisa gue percaya sama lo?

You Better Not RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang