P5. Me

7.5K 417 24
                                    

warning: part ini hanya untuk orang bernyali psychopath... Aku kentang aku mundur.

Gea menghela nafasnya berkali kali. Bahkan sulit baginya untuk fokus pada buku favorit nya. "Ayo berpikirlah Gea" ujarnya dengan frustasi. Ucapan Vero padanya seolah berputar tanpa henti.

"Mulai hari ini lo jadi pacar gue. You're Mine!"

Gea menjerit frustasi kata itu seolah keluar dari pikirannya. Seorang psychopath baru saja menyatakan Gea sebagai miliknya. Yang berarti masa SMA Gea akan berakhir naas.

"Ge, bagaimana bisa orang ber IQ 147 seperti lo kalah dengan cowok jarang belajar itu huh?" ujar Gea pada dirinya sendiri "Lo harus cari cara Ge, atau hidup lo gak pernah tenang" ia pun mengacak muka sambil menendang meja belajarnya.

Gea menutup matanya sejenak. Sebelum akhirnya ponsel Gea berdering. Ia menatap panggilan dari nomor tak dikenal itu dan mendadak firasat nya mengatakan itu Vero.

Ia membiarkan panggilan itu berakhir. Berselang sesaat sebuah pesan pun masuk.

"Angkat!, atau lo bakalan gue hukum!"

Meski hanya sebuah pesan tapi Gea seolah merasakan jika kata tajam itu keluar secara langsung dari mulut Vero. Dan bulunya pun ikut merinding.

Ponselnya berdering kembali dengan nomornya sama. Namun Gea enggan untuk menganggkatnya. Hingga panggilan untuk ke sembilan kalinya.

"Sekali lagi lo gak angkat, gue pastiin besok lo gak bisa mendengar selama lamanya!"

Pesan itu langsung membuat nyali Gea runtuh. Dengan cepat ia mengangkat panggilan selanjutnya.

"Ck, beraninya lo mengabaikan telfon gue!" ujar Vero dengan tajam untuk awal panggilan.

"Sorry, gue tadi tidur" bohong Gea dengan suara yang ia buat-buat seolah bangun tidur.

Terdengar helaan nafas remeh dari Vero "Tapi lo harus tetap dihukum" ujarnya.

"Luka di tangan gue aja belum kering, dan lo masih mau nyakitin gue huh?!" entah keberanian dari mana Gea berucap seperti itu.

"Waw" Vero tersenyum sinis di seberang sana "How you dare?" ujarnya tajam.

Gea menelan ludahnya dan menyesali perkataannya "Maaf, gue gak maksud ngomong begitu" lirih Gea.

"Trus maksud lo?"

"Ver, gue mohon... Jangan hukum gue. Sakit Ver" lirih Gea yang berhasil membuat hati Vero luruh.

"Makanya lain kali kalo punya mulut itu dijaga" bentaknya "Yaudah, lo mau tidur kan?, gue cuma mastiin lo baik-baik aja" Vero berucap dengan sangat lembut.

"Gue matiin, mimpi indah sayang" Vero pun menatikan panggilan yang membuat Gea bernafas lega.

Disisi lain Vero tengah menatap ponselnya. Sebuah layar yang telah ia ubah menjadi foto Gea. Menatapnya sambil tersenyum indah.

"Bagaimana bisa cewek secantik lo ada di dunia ini?" ia pun tak henti memandangi foto Gea "Andai lo bisa jadi cewek yang patuh, Gue pasti gak bakalan nyakiti lo"

"Arrgg" Vero tiba-tiba saja menjerit kesakitan "Ahh sial, jiwa psychopath gue meningkat" Vero pun bangun dari kasurnya dan bergegas pergi ke ruang bawah tanah.

Ia mengambil sebuah pesawat telfon dan menyetel frekuensi nya "Bawa dia ke ruang bawa tanah!" perintah Vero saat seorang menjawab pesawat telfonnya.

Hanya butuh beberapa menit, seorang pria dengan setelan hitam pun masuk ke ruang bawah tanah dengan seorang gadis berpenampilan kacau.

"Cepat ikat dia!" pria itu pun mengikuti perintah Vero dan mengikat gadis itu di sebuah papan berdiri yang biasa Vero gunakan untuk menyiksa korbannya.

"Jangan sakitin aku" lirih gadis itu. Vero malah mengeluarkan smirknya sambil menatap pisau kecil di tangannya.

"Lo pikir lo siapa?" ia mencekam dagu gadis itu "Lo itu udah jadi mainanan gue, jadi terserah gue mau gue apaan" ujarnya.

Vero mengarahkan pisaunya ke pipi gadis itu "Apa lo masih ingat sama pipi ini huh?" Vero mengelusnya dengan pungungung pisau. "Ver, maafin aku" lirih gadis itu.

"Pipi lo ini bikin gue jijik" ujar Vero dan menyayatkan pisau nya disana. Membuat banyak garis tak beraturan. Darah pun mulai keluar, diikuti rintihan gadis itu.

Setelah puas bermain di pipi itu Vero pun beralih ke bahu "Bahu lo, Ck dasar cewek murahan" Vero mengambil sebuah korek dari sakunya. Menyalakan dan memanaskan pisaunya di sana.

Saat pisau itu berubah warna menjadi merah, Vero langsung menyayatkan nya di bahu gadis itu.

"Aaaarrrrhhhh, Vero sakit" rintihnya.

Vero malah tertawa dan makin dalam menyayatkan pisau "Oh iya, gue punya permaianan baru buat lo" ia berjalan ke arah meja perkakasnya.

Mengambil sebuah pengejut listrik disana "Dari angka satu sampai sepuluh, pilih angka yang lo suka" tanya Vero. Gadis itu malah menggeleng, membuat Vero naik pitam "Pilih!!" bentaknya.

"Empat" jawab gadis itu "Oke, gue bakalan atur listriknya di level empat" Vero mengatur alat itu lalu mengarahkannya ke wajah "Dari semua bagian di wajah lo, pilih bagian yang paling lo gak suka"

Gadis itu terdiam sejenak, hingga ia menjawab bibir menjadi hal yang paling ia tidak suka. Vero tertawa "Nice choice"

Tanpa aba-aba Vero langsung meletakan alatnya di bibir gadis itu. Menyalakannya hingga listrik pun menyengat di sana. Rintihan pun tak henti namun Vero malah tertawa.

Vero mematikan alatnya dan menatap gadis itu tajam. "Ini masih permainan awal Vara" ujarnya dan pergi dari ruangan bawah tanah.

Ps: Tembus 100 like, bakalan Up besok...

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang