Gea memainkan kakinya di dalam kolam sambil mengunyah permen karetnya. Sepatu sekolahnya ia biarkan basah terendam kolam sekolah. Keadaan sekolah yang sudah kosong membuat Gea merasa sangat tenang. Setidaknya ia bisa bersantai di sini saat semua temannya telah pulang. Matanya menatap air dengan datar diikuti pikiran yang mulai tak karuan.
Gea mengeluarkan ponselnya lalu mengambil sebuah foto kakinya yang terendam air itu. Ia tersenyum saat melihat hasil potretnya, lumayan berbakat. Gea langsung membuka instagram nya dan memposting foto itu dengan caption yang cukup simple tapi bermakna dalam.
'Tak dalam namun dapat menghentikan nafas'
Gea tersenyum setelah mengunggah gambar itu. Gambar pertama yang ia posting setelah beberapa bulan menghilang dari sosial media. Sontak postingannya mendapat banyak respon dari pengguna medsos. Mulai dari yang menanyakan keadaan Gea sampai hujatan kecil tentang dirinya karena masalah di kantin yang tersebar luas.
"Tenggelam saja kau gadis murahan" Gea tersenyum miris saat membaca komentar itu. Bagaimana bisa tuhan memberikan mereka jari tanpa kendali.
Matanya beralih menatap notifikasi yang baru saja muncul. Sebuah Dm dari pengguna bernama 'divo.dhrm'. Gea langsung mengernyitkan kening, mungkinkah itu dokter Divo?. Gea memeriksa pesan itu dan benar saja itu adalah dokter Divo.
"Hai Ge, apa kabar?" tulis Divo di pesan itu. Gea tak langsung membalasnya, ia malah mengunjungi profil Divo. Satu foto Divo dengan jas putihnya dan satu foto sepasang cincing di jari dua tangan yang berbeda. Rasa penasaran membuat Gea menekan foto cincin itu.
"Inside my heart is you- Gisti" gumam Gea saat membaca caption nya. Terdengar romantis, membuat Gea ikut tersenyum. Gea memagang pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Telinganya mendadak mandenging.
"Aarrrggghhh sakit" rintih Gea sambil meremas roknya.
Sakitnya semakin bertambah saat sebuah lintasan memori menyerang Gea. Lagi-lagi memori saat kecelakaan mobil itu terlintas namun kali ini Gea terkaget saat melihat orang yang ia panggil Dhirham di memori itu malah memiliki wajah yang sama dengan Divo.
Gea terpekik lalu tanpa sengaja menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Denyut kepalanya semakin menjadi-jadi tak kala air mulai menyusup ke mulut dan hidungnya. Gea tak dapat bernafas, dirinya seolah diantara dua hidup hingga akhirnya semua gelap.
Dia menatap Gea dengan manis sambil tersenyum. Seolah senyumnya tak pernah lagi terukir, senyum terakhir yang membuat Gea meneteskan air matanya.
"Kamu harus lari.. Aku mohon lari Gis" cowok itu mendorong Gea untuk keluar dari mobil.
"Gak.. Aku gak bakalan ninggalin kamu" Gea malah menggenggam tangan yang telah penuh darah itu.
"Gisti.. Aku mohon pergi sekarang sebelum orang itu nemuin kamu"
"Tapi aku gak bakalan ninggalin kamu Dhirham" kini air mata Gea mulai membanjir membuat Dhirham juga ikut menangis.
"Kamu gak boleh tertangkap, karena cuma kamu yang tau semua kejahatan itu Gis.. Aku mohon lari" Dhirham melepaskan genggaman nya "Aku bakalan baik-baik aja"
"Aku gak mau" tolak Gea.
"Pergi Gisti, sekarang!!" bentak Dhirham yang membuat Gea mau tak mau harus keluar dari mobil yang remuk itu.
Gea berlari dengan cepat menembus hujan ke tengah hutan. Tak ada yang ia lihat, semua gelap. Gea terus berlari sampai akhir ia berhenti dan berjongkok sambil menangis.
"Aku benci kalian" soraknya lalu memukul tanah berkali kali.
Gea kembali bangkit dan berlari. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti. Ia terbelalak "Gisti?, bukankah aku Gea?"
Uhukk
Gea menghirup nafas sebanyak-banyaknya, ia hampir saja mati tenggelam. Lagi-lagi ia terbatuk dan mengeluarkan beberapa air dari mulutnya.
"Kok gue ada di sini sih?" Gea menatap heran ruangan uks sekolah. Bagaimana bisa ia berada disini padahal beberapa detik yang lalu ia tenggelam di kolam sekolah.
Gea meraba seragam sekolahnya. Seragamnya lembab, lalu apa yang terjadi?. Gea menatap sekeliling hingga matanya terhenti di jam yang menunjukan pukul Lima sore "Gak mungkin, gue pasti halusinasi" ujar Gea tak percaya karena seingatnya ini masih jam empat sore. Gea langsung mengambil ponselnya yang terletak di meja dan melihat jam "Lima?".
Gea mengacak mukanya lalu bangkit dari ranjang. Ia semakin heran saat tasnya yang tadi ia biarkan di kelas kini beralih tempat ke meja penjaga uks yang kosong "Gue yakin ada yang gak beres" Gea langsung mengemas barangnya dan berlari ke luar Uks. Bagaimana pun ia tak dapat memastikan orang yang telah menolongnya berniat baik atau bukan. Ia terus berlari hingga ke gerbang sekolah lalu meninggal srkolah begitu saja.
Ia mengacak muka sambil mengingat kilasan yang ia dapat tadi "Gue yakin orang yang bernama Dhirham itu pasti Dokter Divo"
"Wajah mereka seratus persen mirip. Gue harus cari dia agar semua masalah ini selesai" Gea memainkan jarinya sambil berpikir "Tapi gue harus rahasiain mimpi ini dari dia agar gue tau langsung dari mulutnya" Gea langsung mengambil ponselnya dan membuka aplikasi instagram. Ia mencari nama Divo disana dan mengetik beberapa kata. Namun tangannya langsung berhenti saat mengamati username Divo.
"Divo.dhrm?" lirihnya saat membaca username itu "Dhrm, dhirham?" Gea langsung membelalakan matanya tak percaya.
"Gue makin yakin" ujar Gea dan mempercepat jarinya mengetik pesan pada Divo.
'Dok, apakah Dokter bisa menemui aku di cafe cempaka dekat sekolah besok?'
Setelah mengirim pesan itu Gea langsung memanggil taksi yang lewat "Ke jalan cendrawasih kode 259 pak" ujarnya pada sopir.
Sopir itu menatap Gea denga bingung "Tapi neng itu kan di luar kota ini" ujar sopir itu meyakinkan Gea atas tujuannya "Iya pak, saya ada janji di sana" jelas Gea "Disitu cuma ada hutan dan pemakaman neng" Gea menatap bapak terkaget "iya tau pak" sopir itu mengangguk dan menjalankan mobil menembus kota.
Lima jam sudah berlalu di dalam mobil. Jalanan yang tadinya ramai kini berangsur-angsur sepi karena mulai menuju pedesaan. Tak lama mobil itu berhenti di tepi jalan "Mobil saya cuma bisa sampai sini neng, selebihnya jalanan berbatu"
Gea menatap jalan di depannya. Memang benar, jalan itu berbatu dan juga mulai ditutupi semak-semak "Yaudah pak, saya turun disini" Gea memberikan biaya taksi dan turun dari mobil. Ia menatap sekeliling, aneh menurutnya. Di ujung jalan itu semak-semak tumbuh dengan rimbun namun jalanan yang sekarang ia injak seolah sering dilewati mobil karena tanahnya yang mulai mencukam mengikuti pola ban mobil.
"Gue yakin ini tempatnya" ujar Gea setelah memastikan jika tempat ini sama dengan tempat yang ia lihat di mimpi nya itu. Tempat di mana ia mengalami kecelakaan bersama orang bernama Dhirham.
Gea melangkahkan kakinya dengan pelan ke dalam hutan. Hutannya lebat, seperti tak ada yang pernah ke sana. Namun mata Gea terkejut saat melihat sebuah rumah kayu bertingkat dua yang sangat megah. Rumahnya sangat bersih dan terawat. Membuat Gea yakin rumah itu dihuni orang.
200 vote = next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend
Horror"Naughty Girl should be punish right?" "T-t-tapi aku cuma mel--" "Wanna play with me baby?"