Happy Monday and happy Reading
Sebuah mobil mewah berhenti dengan ugal-ugalan di depan sebuah kafe. Membuat banyak pasang mata terkaget. Meski kafe itu terletak di tempat yang jarang orang ketahui namun kafe itu ramai pengunjung.
Vero keluar dari mobil itu dengan tangan yang terkepal kuat. Bagaimana tidak, setelah seharian mencari Gea akhirnya Vero mengetahui Gea ada di cafe ini.
Ia menendang pintu cafe hingga beberapa kaca di sana ikut pecah "Keluar, atau semua orang di sini dalam malasalah" ancam Vero karna tak mendapati Gea.
Namun Gea tak kunjung keluar. Ia lebih memilih bersembunyi di bawah meja kasir. Vero berdecak sebal lalu mengeluarkan pistol dari belakangnya. Menendang meja disana hingga terlempar jauh dan patah. Lalu menarik salah satu pengunjung di sana dan meletakan pistol itu tepat di kepalanya.
"Gue hitung sampe tiga, kalo gak keluar dia bakalan mati"
Gea menelan ludahnya kasar. Dia tidak ingin gadis yang berada dalam pengawasan pistol Vero itu mati. Tapi ia juga tak ingin dirinya mati.
"Satu"
Tak kunjung ada pergerakan.
"Dua"
"Tig--"
Braaak
Pistol yang dipegang Vero langsung terhempas jauh. Sebuah tendangan yang tepat mengenai pergelangan tangannya.
"Cih, jangan sok jagoan jadi orang" ujar Vero sambil menatap remeh cowok yang baru memendangnya itu.
"Dasar banci, cuma berani pakai senjata" cowok itu malah terdengar menantang Vero "Yaudah ayo tanpa senjata" terima Vero.
Cowok itu berdecis sesaat dan mengambil posisinya "Gea punya gue" ujarnya yang membuat emosi Vero meningkat.
Tanpa aba-aba Vero langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Levin "Gea cuman punya gue!" gertak Vero.
Tak terima dengan pukulan Vero, Levin pun melayangkan pukulannya tepat di pipi Vero. Disusul pukulan lainnya namun dengan cepat ditangkis Vero. Pukulan demi pukulan pun terus terjadi di kedua pihak. Baik Vero atau Levin hampir sama imbang dengan wajah yang sama-sama mengeluarkan darah.
Pukulan terakhir membuat Levin terjatuh. Bisa diakui Vero lebih kuat dalam hal perkelahian. Vero mendekat ke Levin. Meletakan kakinya di atas perut cowok yang menahan sakit itu.
"Gea lo keluar sekarang atau dia mati" ujarnya sambil terus menekan kakinya di perut Levin. Levin menjerit kesakitan "Lari Ge, jangan pikirin gue" lirih Levin.
Gea menggigit bibir bawahnya cemas. Bagaimana pun ia tak ingin Levin sahabat terbaiknya terluka.
"Vero hentiin" sorak Gea sembari keluar dari bawah meja "Gue bakalan ikut sama lo, tapi stop sakitin Levin" pintanya.
Vero tersenyum sinis "Segitu pentingnya cowok ini bagi lo" Vero menjauhakan kakinya dari perut Levin "She is mine!" dicis Vero tajam dan menendang perut Levin sangat keras.
Vero berjalan ke arah Gea. Menarik tangan gadis itu dengan kasar lalu membawanya keluar cafe. Vero membuka pintu mobilnya dan mendorong Gea untuk masuk dan menutup pintu dengan keras.
Vero menyalakan mobil dan langsung tancap gas. Tak ada percakapan di sana. Hanya ada Gea yang menahan takut karena mobil Vero yang melaju lebih dari seratus kilometer.
"Ver gue takut" lirih Gea. Namun Vero berlaga tuli dan malah menambah kecepatannya. Mobil pun melaju dan menyelip tanpa henti bahkan meberobos lampu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend
Horror"Naughty Girl should be punish right?" "T-t-tapi aku cuma mel--" "Wanna play with me baby?"