Suara derap sepatu terdengar begitu sunyi di sebuah lorong sekolah. Pemiliknya berjalan dengan pelan dan nampak tak bersemangat. Siapa lagi kalo bukan Gea yang tengah memakai seragam olah raganya. Ia benci olahraga, benci akan kegiataannya dan seorang cowok yang selalu hadir di lapangan dengan wajah sok nya.Benar, saat jam olahraga lah semua siswa brandalan itu mulai berisik di lapangan. Vero dan teman-temannya. Gea menghela nafasnya, seharusnya hari ini ia berada di uks dan berpura-pura sakit dengan tangan yang masih diperban. Namun sial nilai olahraganya terlalu anjlok, membuatnya harus berurusan dengan bola basket lagi.
"Wah.. Wah.. Wah.. Putri kesayangan kita baru saja datang" ujar Mark dengan nada mengejeknya dan membuat semua mata beralih ke Gea. Gea hanya menatap Mark sekilas dan tersenyum sinis lalu masuk ke barisan.
"Lo liat senyum sinisnya?" bisik Mark pada Vero sambil bergadik ngeri. Vero memainkan alisnya "Biasa aja" bantah Vero setelah menatap Gea yang kini mengikuti gerakan pemanasan. Vero cukup lama memandangi Gea bahkan sampai mengabaikan suara peluit dari pak Burhan pertanda pemanasan selesai.
"Hari ini kita akan berlatih basket dalam berpasangan, kalian bebas menetukan pasangan kalian. Ingat, pasangan tersebut akan terus berlaku sampai pengambilan nilai akhir" pak Burhan meniup peluitnya lagi agar para murid mulai mencari pasanga.
Vero yang masih menatap Gea tiba-tiba terkejut saat Mark menepuk pundaknya sangat keras "Ngelamun aja nyet, entar kesambet" ujarnya lalu menggandeng tangan Vero. Vero langsung menepisnya "Apaan lu? Kaum LGBT lo?" kesal Vero dan berjalan meninggalkan Mark. Ia berjalan mendekati Gea lalu menatap gadis yang tengah di kerumuni banyak cowok itu.
"Ngapain rame-rame?" ujar Vero sangat tajam yang langsung membuat para cowok itu menatapnya. Salah satu dari mereka malah menatap Vero dalam "Gue udah nyajak dia duluan" ujar Nabil sambil memberikan kode tatapan pada Gea.
Vero tersenyum lalu menaikan alisnya sebelah "Terus gue peduli gitu?" ujar Vero tajam dan menarik tangan Gea agar mendekat ke arahnya namun Nabil dengan cepat menarik tangan gadis itu ke arah berlawanan "Dia sama gue" bantah Nabil.
"Cih.." kesal Vero dan memainkan lidahnya "Pokoknya dia sama gue" jawab Vero.
"Kalian apa-apan sih?" kesal Gea dan menarik tangannya dari mereka "Gak usah keganjenan deh" Gea langsung meninggalkan mereka dan berjalan ke arah Iqbal si kutu buku.
"Bal, gue barengan sama lo ya" ujar Gea dan langsung mengambil bola basket di tangan Iqbal dan memantulkannya dengan sebelah tangan.
Vero langsung berdecis tajam dan pergi dari sana dengan tangan yang mengepal. Ia mengambil bola basket dan menarik Mark dan Noah bersamanya ke dalam lapangan basket "Yang merasa cowok gue tantang main tiga lawan tiga!" sorak Vero yang membuat kerumunan murid langsung berdesak desak lari ke tepi lapangan.
"Gue main" ujar Nabil dengan santai sambil merangkul dua orang temannya sebagai lawan Vero.
"Lo? Maaf gue gak bisa lawan cewek" ujar Vero merendahkan Nabil yang membuat cowok itu naik pitam. Jelas semua orang yang tengah berkumpul di tepi lapangan ikut tegang dengan tatapan tajam mereka. Namun beda halnya dengan Gea yang duduk di kursi penonton sambil memainkan ponselnya "Kalo takut mah bilang aja" ujar Gea cukup keras yang membuat tatapan semua orang tertuju padanya.
"Tinggal main aja susah" sambung Gea lagi yang langsung membuat Vero berdecis tajam. Vero menatap Nabil sekilas "Satu babak dan siapa yang menang bisa dapatin gadis belagu itu" ujar Vero sambil menunjuk Gea dengan tangan kirinya."Kok gue sih?" bantah Gea dengan cepat namun sayang, Nabil lebih dahulu menyepakati hal itu.
Pertandingan pun dimulai. Bola pertama langsung jatuh ke tangan Nabil. Ia mendrible bola itu beberapa kali dan akhirnya melemparkannya pada Ferdian, Ferdian menggiring bola itu ke ring namun dengan cepat Vero menghalangnya dan merebut bola itu. Menggiring nya hingga daerah lawan dengan mudah bahkan saat dua orang dengan menghalang nya. Gerakan Vero yang cepat tak dapat diprediksi bahkan tembakan pada tripoints nya meluncur dengan mulus ke dalam ring. Dan sontak semua orang bersorak akan itu. Vero mengibaskan rambutnya tepat di hadapan Gea. Menunjuk gadis itu dan menggerakan tangannya ke leher seolah akan membunuh Gea lalu tersenyum sinis.
Bola pun kini beralih tuan akibat Vero yang terlengah. Bola berada digiringan Tim Nabil namun dihadang oleh Noah. Sia-sia, Nabil lebih cepat mengilak dan melakukan layup ke ring. Bola pun mencetak points. Pertandingan pun semakin sengit di menit-menit akhir. Vero dan Nabil yang hanya berselisih satu point saat ini semakin memanas. Sorakan riuh pun makin menjadi-jadi. Tiga detik terakhir bola pun melesat dengan cepat ke ring Nabil. Membuat pemilik ring langsung mengumpat sedangkan Vero tersenyum bahagia sebagai pemenang.
"Lo" tunjuk Vero pada Gea "Jadi babu gue" sambungnya. Gea berdecis "Mimpi lo" Gea bangkit dari kursinya lalu berjalan menjauh keluar lapangan. Vero langsung membuang sembarangan bola basket di tangannya dan berlari menyusul Gea.
"Babu ya babu" ujar Vero sambil mencengkram tangan Gea yang tidak berperban dengan keras dan menarik gadis itu agar menghadapnya "Jangan coba macam-macan" ujar Vero dengan senyum sinisnya. Gea mencoba menghempas tangan Vero namun tenanganya tidak cukup kuat karena perbannya menandakan tangannya belum sembuh.
"Lepas gak" ujar Gea dengan tatapan sinis. Vero malah tersenyum "Kalo gak mau?" ujarnya.
Gea mendadak terpekik membuat Vero nendadak kaget "Ahhh.. Tangan gue sakit" rengek Gea. Vero menatap tangannya lalu dengan cepat melepaskan tangannya dari Gea. Gea tersenyum "Dasar bodoh" ujar Gea dan langsung berlari meninggalkan Vero.
Vero menggeram kesal dibuatnya. Ia hendak menyusul gadis itu namun niatnya urung saat Luna datang dan langsung merangkul tangannya "Vero main basket kok gak bilang-bilang ke Luna sih?,kan Luna mau nonton juga" rengek Luna dan menarik Vero menjauh dari banyak orang.
"Luna kesel, masa Vero main basket buat ngerebutin cewek aneh itu sih?" Luna menghentakan kakinya bak anak kecil. Vero tersenyum lalu mencubit pipi Luna pelan "Gue cuma mau jadiin dia babu kita" ujar Vero sambil mengacak rambut Luna.
"Tapi kan gak harus direbutin gitu"
"Demi harga diri Lun" jawab Vero cepat lalu berjalan dahuluan ke kantin.
Luna yang sadar akan jalan Vero yang cukup cepat langsung melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa agar tak tertinggal cowok itu "Tungguin Luna ih" panggilnya.
Vero tak begitu mengacuhkan Luna. Ia terus berjalan dengan tangan yang terkepal kuat dan rasa marah yang tak kuat untuk ia bendung. Ia ingin sekali menghukum gadisnya, Gea.
Next chapter = 100 vote
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend
Horror"Naughty Girl should be punish right?" "T-t-tapi aku cuma mel--" "Wanna play with me baby?"