Gea mengetuk penanya berkali kali ke meja. Menimbulkan bunyi yang cukup bising di perpustakaan. Pikirannya tak sepenuhnya berada pada buku biologi di depannya. Sebagian dari pikirannya mengulang saat ia melihat Vero dengan Luna. Hatinya terasa aneh meski otaknya menyangkal jika ia sedang cemburu sekarang. Semuanya terlalu rumit."Lo kenapa sih Ge? Tumben banget gak antusias gini" Tanya Sasa sambil menepuk pundak Gea pelan.
"Gak apa-apa kok" bohong Gea.
Sasa hanya bisa tersenyum lalu mencari topik pembicaraan "Oh iya Ge, semenjak lo sakit banyak banget yang terjadi di sekolah kita" ujar Sasa antusias "Apa aja?" tanya Gea sambil menutup bukunya.
"Semuanya mulai aneh senjak Vara meninggal" Gea terlonjak "Vara meninggl?" kaget Gea. Sasa mengangguk "Kematiannya aneh,hampir semua tubuhnya dupenuhi luka dan paling anehnya orang tua Vara malah menutupi kematian itu" Sasa menggigit penanya"Setelah kepergian Vara, struktur yayasan sekolah langsung berubah. Orang tua Vero terhapus begitu aja dari daftar yayasan dan mengagetkan nya lagi donatur utama sekolah kita beralih ke orang tuanya Luna"
Sasa mulai merendahkan suaranya "Dan setelah itu terungkap jika sebenarnya orang tua Vero gak pernah donasi di sekolah ini, melainkan itu Vero sendiri. Orang tua jya udah meninggal sepuluh tahun lalu" Gea mendengarkan cerita Sasa dengan seksama. Ia cukup kaget saat mengetahui jika orang tua Vero telah lama tiada.
"Dan yang paling anehnya. Vero dan Luna sekarang pacaran" nada bicara Sasa seolah tak percaya sedangkan Gea bersikap biasa saja dengan itu "Wajar aja sih kalo mereka pacaran" bantah Gea.
"Ge... Lo harus tau, Vero itu gak pernah suka sama Luna dari dulu tapi semenjak orang tua Luna jadi donatur terbesar mereka langsung Boom!, jadian" cerita Sasa dengan dramatis.
Gea hanya tersenyum lalu bangkit dari duduk nya "Udah ya ceritanya, gue laper" ia pun langsung meninggalkan Sasa begitu saja di perpustakaan dan berjalan ke kantin.
Lagi-lagi Gea berhenti mendadak. Kali ini ia berhenti tepat di depan pintu kantin. Matanya menatap Vero yang tengah asik berpacaran dengan Luna. Jelas senyum terukur di wajah Vero.
"Apaan sih Ge, lebay deh" Gea berusaha mengabaikan itu. Ia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kantin. Kedatangan Gea di kanting langsung mendapat sorotan dari banyak pasang mata. Kantin yang tadinya ramai akan bising tak jelas kini malah ramai karena sapaan pada Gea.
Lagi-lagi Gea hanya tersenyum lalu mengambil makanannya. Ia berjalan sambil menatap sekeliling mencari meja kosong. Namun sial matanya bertemu dengan mata Vero. Bertatapan sebentar hingga Vero memalingkan wajahnya. Gea menghela nafas lalu melanjutkan langkahnya menuju meja paling sudut dan duduk di sana.
Ia sesekali menatap Vero yang tengah asik tertawa bersama dengan teman-teman nya dan juga Luna. Gea merasa hatinya ingin menjerit tapi entah untuk apa. Hingga akhirnya Gea memilih untuk menggenggam sendoknya dengan kuat. Ia menyantap nasi goreng itu dengan ogah-ogahan. Hingga ketenangan nya terusik oleh cowok yang tiba-tiba saja duduk di depannya.
"Hai!" sapa cowok itu pada Gea sambil tersenyum.
Gea mengerutkan kening "Lo siapa?" tanyanya karena tak mengenal cowok itu.
"Widih.. Masa gak kenal sama gue" ujarnya cowok itu sambil menyeka rambutnya kebelakang "Gue Mark Starling, cowok tertampan di sekolah ini" ujarnya. Gea hanya mengangguk santai, sebenarnya ia tau cowok ini siapa namun ia tak begitu peduli. Mark, salah satu teman Vero.
"Sendirian aja.. Mau di temenin?" goda Mark.
"Gak makasih" tolak Gea.
"Cewek cantik gak boleh sendirian. Nanti diganggu fakboy"
Gea Lagi-lagi menghela nafas kesal "Gue lagi gak mood. Mending jauh-jauh deh!" kesal Gea sambil menatap tajam Mark. Mark malah tersenyum lalu memainkan lidahnya kesal.
"Ver, cewek lo galak juga ya!" sorak Mark yang membuat Vero langsung menatap Gea "Takut gue"
Untuk beberapa saat mata Gea dan Vero bertemu kembali dan lagi-lagi Vero memalingkan wajahnya dengan ekspresi kesal "Bukan cewek gue, gak level" balas Vero sambil bersorak.
Sontak ucapan itu membuat banyak orang di sana ternganga. Kalimat pedih yang baru saja diutarakan di depan puluhan orang. Setidaknya itu cukup membuat Gea malu dan emosinya tersulut. Gea mengepalkan tangannya dengan keras.
"Opss.. Nice shoot" ujar Mark sambil tertawa dan kembali ke kursinya bersama Vero.
"Sialan" umpat Gea lalu beranjak dari kursinya. Berjalan dengan emosi ke meja Vero dan langsung menampar cowok itu dengan keras "Lo pikir gue setara sama lo? Gak brengsek" ujar Gea tajam dan keluar dari kantin.
Seisi kantin sontak terdiam. Beberapa dari mereka mengabadikan kejadian itu dengan ponsel. Luna langsung berdiri dan bersorak "Hapus sekarang juga atau kalian gue keluarin!" ancamnya.
Gea berjalan dengan cepat sambil menggigit bibir bawahnya dengan kuat menahan tangis. Ia benar-benar tak mengira jika Vero akan merendahkannya seperti itu. Dia memyakiti Gea untuk kesekian kalinya. Gea mengusap wajahnya saat air mata jatuh semakin banyak. Ia berlari dan terus berlari hingga berhenti di gudang sekolah.
Air matanya langsung pecah di sana. Hantinya seolah tertusuk begitu dalam. Ia membenci Vero, membenci cowok brengsek yang mengambil ciuman pertamanya itu. Ia terus menangis, meluapkan semua sakit hatinya.
Di lain sisi Vero tengah menyentuh pipinya dan tersenyum sinis. Lalu menatap kerumunan murid di sana dan mengumumkan sesuatu.
"Gue tegasin ke kalian.. Pacar gue hanya Luna.. Hanya Luna" ucapnya lalu merangkul Luna ke dekapannya.
Gea tau mungkin perkataannya pada Vero saat di rumah sakit sedikit tajam, tapi haruskah Vero berkata seperti itu padanya?. Di depan banyak orang yang langsung membuat Gea seolah murahan.
Gea menendang barang-barang di depannya sambil menyeka air matanya. Ia kesal dengan banyak hal, termasuk dirinya. Tidak seharusnya ia menangis karena cowok itu. Tak ada gunanya. Gea pun langsung tersenyum sinis dan merapikan seragamnya.
"Lo bodoh Ge" ujarnya dan berjalan keluar dari gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend
Horror"Naughty Girl should be punish right?" "T-t-tapi aku cuma mel--" "Wanna play with me baby?"