12. Lie

3.8K 286 28
                                    

   Aku baik jadi up sekali 2 :)


   Gea duduk di tepi ranjang Vero dengan kaki dan tangan yang terus menggigil. Ia menatap tangannya, meski sudah dicuci darah Vara seolah masih berada disana. Ia menjadi gadis pengecut. Bagaimana bisa ia diam saja saat seorang tengah dibunuh di depannya.

    Gea hanya bisa berharap Vero tak melihatnya saat itu. Ia benar benar takut saat ini. Benar benar waktu yang tidak tepat baginya. Semoga tuhan berpihak padanya kali ini.

   Pintu kamar terbuka, membuat jantung Gea berdetak lebih cepat. Vero yang memasuki kamar dengan keadaan benar benar bersih. Bahkan terlihat tak terjadi apa pun.

   "Lah, Lo ngapain disini?" kaget Vero saat melihat Gea yang tengah duduk masih dengan seragam sekolah lengkap.

    "G-g-gue bosen di rumah" jawab Gea sedikit tergagu. Vero hanya mengangguk lalu berjalan ke arah lemari.

   "Udah lama disini" tanyanya. Sontak Gea menggeleng "Gue baru sampe kok"

   Lagi lagi Vero mengangguk dan duduk disebelah Gea "Lo habis dari mana?" tanya Gea berharap Vero memberikan kejujuran "Dari warung" jawab Vero yang membuat Gea sedikit tersenyum sinis.

   "Yaudah, gue mau pulang" ucap Gea tiba-tiba karena jantungnya tak sanggup berada di samping pembunuh itu. Gea berdiri dan hendak menjauh, namun Vero lebih dahulu menarik tangannya.

   Vero ikut berdiri dan menepis jarak diantara mereka. Ia tersenyum sinis "Gadis pembohong" ujarnya tajam dengan mengeraskan genggaman tanganya. Gea sedikit merintis.

   "Hukuman apa yang pantas kali ini huh?" kali ini mata Vero menajam, benar benar seperti iblis "G-gue ngelakuin kesalahan apa?" tanya Gea.

   "Lain kali kalo mau ngilangin bukti itu harus teliti" ujar Vero sambil menunjuk sebuah noda darah di kerah baju Gea. Kaget, tentu Gea sangat kaget. Ia kira cuma tangannya yang terkena.

   "Gue udah larang lo buat masuk ke sana"

   "Maaf Ver, gue cuma penasaran" lirih Gea.

   "Penasaran?... Segitu penasaran nya sampe melanggar perintah gue?" cengkraman Vero makin mengeras.

   "Sakit Ver" rintih Gea.

   "Yaudah, karena lo penasaran jadi gue bakalan nunjukin lo ruangan itu" ujarnya sambil tersenyum sinis dan menarik Gea keluar kamar. Gea hanya bisa pasrah saat cowok itu membawanya keruangan mengerikan itu.

   "Kebetulan lo ada di sini. Jadi gue bisa main deh" Vero tertawa kecil, benar benar seperti iblis dengan mata hitam yang menajam "Duduk disini!" Vero tanpa perasaan mendorong Gea hingga punggung nya menabrak kursi cukup keras.

   "Sakit?" tanya Vero saat gadis itu merintih "Lo gila, lo gak punya otak!" maki Gea karena kesal. Vero lagi lagi hanya tersenyum "Lo bukan manusia, lo itu iblis yang gak punya perasaan. Lo bajingan!"

   Plakk

  Satu tamparan keras tepat mengenai pipi Gea. Sangat keras hingga Gea merasakan panas menjalar disana "Gue bajingan!.. Iya gue bajingan!" bentaknya sambil tertawa sinis.

   "Cih, lo pikir gue takut sama bajingan kaya lo huh?" Gea bangkit dari kursinya dan menatap tajam mata Vero "Lo main main sama gue?" tanya Vero.

   "Dasar bajingan!"

   "Sekali lagi lo nyebut gue kaya gitu, gue pastiin lo nyesal!" ancamnya.

    "BA-JING-AN"

   Plak.. Plak.. Plak..

  Gea mendapatkan tamparan berkali kali di kedua pipinya. Sangat sakit, bahkan sekarang menyebabkan darah keluar dari hidungnya. Bukan hanya itu, Vero juga menjambak rambutnya dengan keras.

   "Tarik omongan lo atau gue habisin lo sekarang juga!"

   "Cih" Gea meludahi wajah Vero "Gue lebih baik mati dari pada harus berurusan sama lo bajingan" entak keberanian apa yang didapatnya hingga berani melawan Vero.

    Emosi Vero naik sampai ubun-ubunnya. Tangannya kini terkepal kuat ingin memukul wajah Gea. Dan benar saja, satu pukulan kerasnya mendarat di wajah Gea, ia menendang perut Gea hingga Gea terjungkal dan terbentur kursi. Tak bertahan lama, hingga akhirnya Gea kehilangan kesadarannya.

    Seolah belum puas, Vero menarik rambut Gea sangat kuat hingga gadis itu berdiri "Gue benci gadis yang gak patuh" ujar Vero dan membenturkan badan Gea dengan keras ke dinding.


    Gea membuka matanya perlahan. Tubuhnya seakan mati rasa saat ini. Dia menatap sekeliling, dimana dia sekarang?.

   "Kamu udah bangun!" wanita paruh baya kaget saat melihat Gea "Kamu siapa" tanya Gea, wanita itu tersenyum "Saya perawat Ansi, yang merawat kamu hari ini" ujarnya.

    "Saya ada di mana?"

    "Kamu berada di rumah sakit saat ini"

    "Rumah sakit?" perawat itu menganguk "Apa saya boleh tau kenapa saya berada di sini?" Gea ingin memastikan.

   "Kamu baru saja jatuh dari tangga. Lalu mengalami luka dan tulang tangan mu patah" kali ini Gea kaget. Vero benar benar keterlaluan padanya. Kenapa tidak mati saja langsung?.

   "Patah tulang?, kenapa tidak mati saja" ujar Gea sambil tersenyum sinis. Perawat itu cukup takut dan meninggalkan Gea sendirian.

    Gea menatap betapa malang dirinya. Alat medis diseluruh tubuh dan juga patah tulang. Tidak bisakah bajingan itu langsung Membunuhnya saja?.

   Gea menatap ponselnya yang berada di atas meja. Lalu mencoba menggerakkan tangan kirinya untuk mengambil. Ia rasa tangan kanannya yang patah, karena tangan kirinya baik baik saja.

   Mengagetkan, apa dia baru saja tak sadarkan diri selama seminggu?.

   "Setidaknya gue bisa ngerasain saminggu tidur bebas" ujarnya.

   Tak lama seorang dokter pun datang. Dokter wanita yang langsung tersenyum manis pada Gea "Gimana perasaanya hari ini?"tanyanya sambil memeriksa denyut jantung Gea di monitor.

  "Biasa" jawab Gea

  "Apakah kamu mengalami sakit di badan?"

   Gea tersenyum "Seharusnya aku mati. Bukan menyedihkan seperti ini"

   "Yak, jangan bicara seperti itu. Masih ada orang yang mengharapkan mu untuk bertahan"

   "contohnya?" tanya Gea karena tay tidak akan ada yang peduli padanya saat ini. Bahkan orang tua nya tak dapat dipercaya lagi.

   "Setidaknya bertahan lah untuk pacar mu"

   "Pacar?, menyedihkan sekali" ejek Gea

   "Hey, pacar mu setiap hari datang kesini, menjaga mu, bahkan ia menangis saat mengantar mu kesini" jelas dokter itu.

   "Aku yakin dokter salah lihat"

   "Yak, aku tak salah lihat. Dia cowok tinggi dengan wajah tampan. Sangat tampan, hingga aku jadi sering ke sini"

    Gea tersenyum, dia tau pasti siapa yang dikatakan itu. Pasti Vero "Kalau dokter mau ambil lah" ujar Gea. Dokter itu terkejut.

    "Tapi aku saran kan menjauhlah selagi bisa" ujar Gea sinis. Dokter itu tersenyum kecut dan pergi dari ruangan Gea.

   "Gadis tak sopan" kesel dokter itu.

   100 vote = next chapter

Masih ada yang Bilang Vero kurang sadis.. Gue ajak baku hantam.. Serius nih wkwkwk..

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang