Maaf telat update.. Soalnya lagi sibuk revisi di akun sebelah... Sekali lagi maaf..
Selamat membaca..
Suara rintihan terdengar mengiris di dalam ruangan gelap yang dipenuhi pecahan kaca setiap sisinya. Beberapa kali suara hantaman di dinding terdengar hingga akhirnya satu satunya orang di ruangan itu terduduk dan meringis. Badannya penuh akan luka dengan darah yang mulai kering sebagian dan yang masih mengalir.
"Bodoh!" ia memukul cermin di depannya dengan sangat kuat hingga untuk kesekian kalinya cermin itu pecah.
Tangisan nya pecah diiringi deru nafas berat. Tubuhnya benar benar berantakan saat ini, bahkan tiap sudutnya dihiasi luka. Ia membenturkan kepalanya lagi dan lagi kedinding dengan kuat. Membuat darah mengalir ke wajahnya.
"Maafin gue" Vero kembali menangis saat lintasan wajah kesakitan Gea memenuhi kepalanya.
Semuanya benar benar diluar kendali Vero saat itu. Ia sama sekali tidak berniat menyakiti gadisnya itu namun emosinya seolah membabi buta hingga tanpa sadar terlampiaskan pada Gea saat itu.
Flashback on
Malam semakin mencekam di tengah hutan. Dua pria yang sedang metanap satu sama lain dengan sinis tampak tak peduli dengan betapa menyeramkan tempat mereka berdiri sekarang. Tangannya sama sama mengepal dengan deru nafas tak beraturan.
"Lo itu gak lebih dari anak haram. Bersyukur tuhan baik sama lo" suara itu menusuk telinga Vero dengan tajam. Membuatnya makin bergetar hendak menghujani pria berbalut baju hitam itu dengan pisau.
"Banyak omong lo brengsek" kesal Vero sambil mengarahkan pisaunya ke arah pria itu.
"Seharusnya gue habisin lo dari kecil. Sekarang lo malah tumbuh jadi pembunuh kayak gue.. Lucu hahaha" pria itu tertawa tajam sambil berdecis dan meludah "Gue gak nyangka kalo Ferdian dengan bodohnya mau membesarin anak haram kek lo"
"Jaga mulut lo bangsad" Vero berlari ke arah pria itu dan langsung menghujami pisaunya namun sayang kecepatannys bisa diakali musuh. Pria itu mengelak dari pisau Vero dan memberi pukulan tepat di perut Vero "Sial" decis Vero.
Vero langsung membalas pukulan pria itu. Menciptakan bunyi pukulan bertubi tubi di tengah hutan. Mereka saling memukul dengan kekuatan yang bisa dibilang seimbang. Sama-sama terluka dan menimbulkan darah. Namun sial, satu tendangan kuat mendarat di perut Vero membuatnya tersungkur ke tanah dan meringis. Tidak sampai di situ, ia juga mendapatkan beberapa kali tendangan di kepalanya saat tersungkur. Membuat Vero cukup tak berdaya.
"Lo pikir lo siapa huh?.. Lo lupa? Kemampuan kejahatan yang sekarang lo punya itu adalah warisan dari gue. Lo harus ingat, bagaimana pun lo itu anak gue" Pria itu berjongkok dan memegang muka Vero dengan kuat.
"Lo itu bukan anak Ferdian melainkan anak gue. Rita mama lo itu gak lebih dari jalang. Ingat itu" pria itu meludahi wajah Vero dan pergi meninggalkan Vero yang kesakitan di tengah hutan.
"Laki-laki brengsek" umpat Vero saat pria berperawakan empat puluh tahun itu pergi.
Flashback off
Vero meringis kesakitan untuk kesekian kalinya. Saat ini ia benar benar takut kehilangan Gea. Pikirannya masih saja terlintas di malam saat ia menggendong Gea yang penuh darah dan luka. Nafasnya sangat lemah hingga saat sampai di rumah sakit ia harus menjalani empat kali operasi berat.
"Ge.. Gue benar-benar minta maaf" lirihnya dengan air mata mengalir.
Suara dering ponsel membuat Vero menatap ke kasurnya. Melangkah dengan tertatih tatih ke sana "Apa apa?" ujarnya saat mengangkat panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend
Terror"Naughty Girl should be punish right?" "T-t-tapi aku cuma mel--" "Wanna play with me baby?"