🐬 4/5 🐬

2.6K 474 17
                                    

Ada yang aneh dengan Haru, Makoto yakin itu. Sejak mereka pulang berbelanja dua hari yang lalu, sikap Haru jadi lebih pendiam dari biasanya. Catatan waktunya juga menurun, meskipun masih lebih baik dari yang lain.

Apakah terjadi sesuatu ketika Haru menyusulmu? Karena waktu itu Haru kembali ke toko tanpa dirimu bersamanya. Memang kau mengirimi Makoto pesan bahwa kau pulang duluan, tapi tetap saja pemuda bermata hijau itu penasaran.

Tadi pagi pun kau tidak berangkat bersama Makoto dan Haru seperti yang biasa kalian lakukan. Ibumu mengatakan bahwa kau sudah berangkat ketika kedua temanmu itu datang ke rumahmu.

Kemarin juga begitu.

Sebenarnya ada apa? Kenapa kau seolah menghindari mereka? Atau lebih tepatnya ... Haru? Tapi, kenapa kau menghindari Haru? Bukankah kau menyukainya? Atau ... Mungkinkah kau sudah menyerah karena ketidakpekaan Haru akan perasaanmu?

Makoto tidak pernah bisa mengerti akan sifat perempuan, terlebih dirimu. Kenapa harus memakai cara kode-mengkode seperti itu disaat kau bisa saja mengungkapkan perasaanmu dengan sangat jelas pada orang yang kau sukai.

Haru itu tidak peka, Makoto akui itu. Mungkin Haru bahkan tidak mengerti dengan apa yang sedang dirasakannya sendiri. Seperti saat di kelas tadi, ketika Makoto bertanya apakah Haru baik-baik saja.

Meski Haru mengatakan bahwa dia baik-baik saja, tapi Makoto yakin kenyataanya tidak seperti itu.

Tapi apa yang bisa Makoto lakukan? Dia tidak mungkin memaksamu ataupun Haru untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian berdua.

"Nee, minna. Pulang sekolah nanti, ayo kita makan es krim. Aku yang traktir!"

Suara Nagisa yang penuh semangat membuat Makoto tersentak dari lamunannya.

"Ide bagus, Nagisa-kun." Sahut Rei seraya membenarkan letak kacamatanya.

"Maaf, teman-teman. Sepertinya aku tidak bisa ikut bersama kalian."

Nagisa merengut mendengar kalimatmu, "Eeeeeh?! Kenapa? Ga seru kalo [Name]-chan ga ikut!"

"Maaf, Nagisa. Aku ada janji dengan orang lain."

Makoto bisa melihat Haru menatapmu ketika kau berkata demikian sebelum ia kembali berkutat dengan makan siangnya.

Nah, kan. Sudah pasti ada yang tidak beres dengan Haru. Dan kini Makoto tau apa penyebabnya.

.
.
.
.

Bel pulang berbunyi begitu waktu menunjukkan pukul 3 sore. Kau segera membenahi barangmu dan akan segera keluar kelas jika saja Makoto tidak memanggil namamu.

"[Name], tunggu sebentar."

Kau menoleh pada Makoto yang kini berjalan menghampirimu, "Ada apa, Makoto?"

Makoto tersenyum kecil sebelum menunduk untuk membisikkan sesuatu yang sukses membuat bola matamu nyaris keluar saat itu juga.

"Apa? Kau yakin? Entahlah, Makoto. Aku-...."

"Percayalah padaku, [Name]."

Kau menimang-nimang sejenak sebelum menganggukkan kepala. "Baiklah. Tapi jika kau salah, aku akan berhenti."

Setelah itu, kau pun kembali melanjutkan langkahmu yang sempat tertunda. Tanpa sedikitpun menoleh pada Haru yang sedari tadi memperhatikanmu tanpa pernah kau tau.

Words : 427Minggu, 10 Mei 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Words : 427
Minggu, 10 Mei 2020

Words : 427Minggu, 10 Mei 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Peka dong! || Nanase Haruka [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang