🐬 3/5 🐬

2.7K 489 99
                                    

Kau merengut di sepanjang perjalanan menuju pusat perbelanjaan. Hari ini adalah hari minggu, tadinya kau berniat untuk bermalas-malasan di rumah atau tidur seharian di kasur tercintamu. Tapi tidak, kau tidak melakukannya disaat tiba-tiba Haru menelepon untuk mengajakmu keluar.

Tumben sekali dia menggunakan ponselnya.

Kau tentu saja senang bukan main, karena kau mengira mungkin saja Haru akhirnya menyadari perasaanmu padanya. Tapi sepertinya, realita yang kau dapatkan tak seindah ekspektasi yang kau bayangkan.

Haru memang mengajakmu keluar, tapi bersama yang lain juga. Itu artinya, ini bukan kencan.

Oh ya dewa, ingin rasanya kau berteriak sekarang. Kena pHp itu tidak enak lho

Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya kalian sampai di tempat yang kalian tuju. Sebuah pusat perbelanjaan dimana mereka menjual pakaian renang di dalamnya.

Yap, kau tidak salah baca. Tempat yang kalian tuju memang bukan kafe atau tempat kece lainnya. Melainkan toko pakaian renang. Katanya sih mereka melakukan ini untuk Rei. Karena menurut Nagisa, Rei selalu gagal dalam latihan itu karena pakaian renangnya.

Tapi, memang apa hubungannya? Sungguh, kau tidak mengerti jalan pikiran junior berambut kuningmu itu.

Kau hanya duduk diam setelah tiba disana, melihat teman-teman satu klub-mu yang kini malah sibuk memilih pakaian renang untuk diri mereka sendiri. Sepertinya mereka lupa pada niat awal mereka datang kemari.

"Bagaimana menurutmu?"

Kau menoleh saat Haru tiba-tiba bertanya. Dia berdiri di depanmu dengan tangan memegang celana renang laki-laki yang kini ditunjukkannya padamu.

"Bukankah itu sama seperti yang kau punya?" Tanyamu heran. Karena sungguh, celana itu memang sama seperti yang Haru punya. Bahkan corak dan warnanya pun sama, begitu pula dengan ukurannya.

"Ini berbeda." Jawab Haru yakin.

"Itu sama, Haru." Sahutmu tak kalah yakin.

"Beda."

"Sama."

"Beda."

"Itu jelas sama. Apakah selain tidak bisa melihat perasaanku, kau juga tidak bisa melihat warna dan bentuk dengan jelas?!"

Suasana mendadak hening setelah kau berkata dengan nada yang cukup tinggi pada Haru. Kau bisa melihat Makoto, Nagisa, Rei, dan Gou yang kini memperhatikan kalian berdua dengan tatapan berbeda-beda.

Ah, sial. Apakah kau baru saja mempermalukan dirimu sendiri?!

"Apa maksudmu?"

Pertanyaan Haru berhasil membuat rasa malumu seketika berubah menjadi sebuah kekesalan.

Lihat? Setelah mengatakannya dengan cukup jelas, Haru bahkan belum menyadarinya juga!

"Bukan apa-apa. Aku akan menunggu kalian di luar saja." Setelah berkata demikian, kau segera bangun dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Mengabaikan panggilan Makoto dan Nagisa yang terus memanggil namamu.

.
.
.
.
.

Langkah kakimu yang tanpa arah akhirnya membawamu ke sebuah taman tak jauh dari pusat perbelanjaan. Kau mendudukkan diri di bangku taman sebelum menghela napas panjang.

"Haru bodoh! Tidak peka! Mati saja sana! Arrghh!" Kau berteriak kesal. Tanganmu mengacak rambutmu hingga membuatnya berantakan.

"Kukira orang gila mana yang berteriak di taman ini. Ternyata hanya kau, si gadis ubur-ubur."

Peka dong! || Nanase Haruka [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang