🐬 1/5 🐬

3.8K 529 155
                                    

"Selamat pagi, Haru!"

Kau tersenyum riang begitu Haru keluar dari dalam rumahnya dengan seragam lengkap dan tas yang tersampir di bahu pemuda bermata biru itu.

"Tadi aku mendengar suara Makoto. Kemana dia?"

Pertanyaan itu sedikit melunturkan senyum di wajahmu.

Ada yang panas, tapi bukan api. Ya, itu adalah suasana hatimu saat ini.

Aish, Makoto lagi, Makoto lagi. Sebenarnya mereka ini sahabat atau sepasang suami isteri sih? Harmonis banget perasaan

"Ah, Makoto sudah berangkat duluan. Katanya dia lupa belum mengerjakan PR, jadi dia akan mengerjakannya di sekolah." Jawabmu penuh dusta.

Tentu saja dusta. Karena faktanya, kau sudah meminta -atau lebih tepatnya menyuruh- Makoto untuk berangkat lebih dulu. Untunglah Makoto mengerti, bahkan tadi dia sempat memberimu semangat.

Semangat untuk apa?

Tentu saja untuk memperjuangkan cintamu pada anak ikan -maaf maksudku pada anak laki-laki maniak air ini. Apakah Makoto mengetahui perasaanmu pada Haru? Mungkin iya. Lalu apakah Haru juga menyadarinya? Menyadari perasaanmu padanya? Kalau untuk pertanyaan ini, dengan tegas kau akan menjawab TIDAK!

Ya, tidak. Haru tidak menyadarinya, bahkan ketika kau sudah memberinya beribu-ribu kode dengan begitu jelas.

Entah dia memang tidak tau, atau pura-pura tidak tau. Yang jelas, sampai saat ini kau belum bisa mengubah status pertemanan kalian menjadi sepasang kekasih seperti yang kau impikan selama ini.

"Haru, kau sudah sarapan?" Kau bertanya ketika kau dan Haru mulai berjalan beriringan menuju sekolah kalian.

"Sudah." Jawab Haru datar. Tapi tak apa, kau sudah biasa dengan nada bosan hidupnya itu.

"Sarapan pake apa?" Kau bertanya lagi.

"Pake mulut."

"Maksudku menunyaaaaaa." Ucapmu gemas. Ingin rasanya kau menciu- memukul kepala Haru dengan segenap cinta yang kau punya begitu mendengar jawabannya.

Untung sayang. Jika tidak, mungkin kau sudah mendorong Haru ke selokan sekarang.

"Ikan kembung."

"Lagi?" Kau menghela napas lelah sebelum kembali berkata, "Biar kutebak, bekal makan siangmu hari ini juga pasti ikan kembung. Iya 'kan?"

Haru hanya bergumam mengiyakan pertanyaanmu.

Hmmm sudah kuduga

"Harusnya kau mencari pacar, Haru. Agar ada yang membawakanmu bento setiap hari. Terus-terusan makan ikan kembung itu tidak baik. Tidak perlu jauh-jauh mencarinya, mungkin di sekitarmu pun ada seseorang yang menyukai dan menyayangimu dengan sepenuh hatinya." Kau melirik Haru dari ujung matamu. Sementara yang dilirik kini menghentikan langkahnya. Iris biru Haru menatapmu dengan serius, alisnya pun bertaut seolah pemuda itu tengah berpikir dengan keras.

"Kau membicarakan Makoto ya?"

Kau seketika melongo mendengar pertanyaan itu.

- What?!

"Hah?! Kok Makoto?!" tanyamu bingung sekaligus kesal.

Kenapa malah nyambung ke Makoto?!

"Kau bilang tidak perlu jauh-jauh mencari pacar, karena di sekitarku juga ada orang yang suka dan menyayangiku dengan tulus. Orang itu Makoto 'kan? Kau menyuruhku pacaran dengan Makoto?" ucap Haru dengan wajah tanpa ekspresi. Seolah kalimat terakhir yang dia katakan adalah hal yang wajar dan patut untuk diperbincangkan.

Ya Gustiiiiiiiiiiiii

Ingin rasanya kau berteriak di depan wajah Haru dan mengatakan padanya bahwa orang yang kau maksud itu bukan Makoto atau orang lain, tapi KAU. Kau yang masih saja setia dengan kebucinanmu padanya yang tidak pernah menyadari perasaanmu.

"AU AH GELAP!"

Setelah kau berteriak kesal padanya, kakimu segera berjalan dengan cepat, meninggalkan Haruka yang kini hanya mampu memandang punggungmu dengan iris biru lautnya.

"Dia kenapa?"

Words : 509Kamis, 7 Mei 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Words : 509
Kamis, 7 Mei 2020

Words : 509Kamis, 7 Mei 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Peka dong! || Nanase Haruka [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang