Hanya ada satu orang yang ada di area kolam renang saat ini, dan orang itu adalah Haru. Ia menolak ajakan Nagisa dan memilih untuk menghabiskan sisa waktunya di sini.
Alasannya?
Entahlah. Ia hanya tidak ingin pergi saja.
Sekarang Haru terlihat mengambang di atas air. Tidak, Haru tidak mati. Ia hanya sedang tidak berselera untuk berenang sekarang. Itu sesuatu yang langka, tentu saja, mengingat Haru tidak pernah bisa lepas dari kegiatan yang satu itu.
Air selalu membawa ketenangan bagi Haru. Jadi, anggaplah sekarang ia tengah menenangkan diri dari segala macam pemikiran yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Semua ini tentangmu. Ya, tentang dirimu yang entah kenapa seolah menghindarinya akhir-akhir ini. Apakah Haru melakukan kesalahan padamu? Haru tidak ingat pernah membuatmu kesal. Atau mungkin pernah? Bahkan sering, tapi ia tidak menyadarinya? Entahlah, Haru tidak tau. Yang ia tau, sekarang ia merasa kesepian. Kesepian tanpamu di sampingnya. Mungkin Haru terbiasa denganmu yang selalu menempel padanya, hingga ia merasa ada yang hilang ketika kau tidak ada di dekatnya.
Otaknya menolak untuk memikirkanmu, namun perasaan tidak bisa dibohongi. Pada akhirnya, pikiran Haru kini dipenuhi oleh dirimu.
Kamu dimana?
Dengan siapa?
Sekarang berbuat apa?
Haru tidak sedang bernyanyi, ia sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"[Name] itu cantik, jadi tidak heran kalau sekarang dia mulai berkencan dan akhirnya nanti akan punya pacar."
Untaian kalimat yang dikatakan Makoto sebelum temannya itu pergi bersama Nagisa dan yang lain tiba-tiba melintas di otaknya.
Apakah kau benar-benar berkencan?
Kalau memang iya, lalu kenapa?
Kalian kan hanya teman masa kecil, tidak lebih. Kenapa Haru harus merasa keberatan jika kau memang sedang berkencan?
Aneh. Haru tidak mengerti dengan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Semua itu membuatnya bingung. Sungguh.
.
.
.
.Matahari mulai turun mengikuti arah, sang kuning terang telah menghilang tergantikan pekatnya jingga ketika Haru berjalan pulang melalui gerbang sekolah.
"Haru."
Yang empunya nama mengerjap begitu menangkap eksistensimu yang kini berdiri tak jauh di depannya.
"[Name]..."
--Kenapa kau masih ada di sini?
Kalimat terakhir itu tersangkut di tenggorokan tanpa bisa Haru utarakan.
"Bisa bicara sebentar?" tanyamu serius.
Haru hanya mengangguk sebelum ia mulai mengikutimu yang sudah berjalan lebih dulu di depannya.
Tak ada satu pun di antara kau dan Haru yang berniat untuk memulai percakapan hingga kalian tiba di sebuah taman yang terletak tak jauh dari area sekolah.
Kau menghela napas sejenak sebelum membalikkan tubuhmu hingga kini kau berhadapan dengan pemuda bermata sebiru lautan itu.
"Aku menyukaimu, Haru."
Kalimat yang selama ini kau pendam, kini terucap juga pada akhirnya.
"Perasaanku ini, aku tidak bisa menahannya lagi. Maaf jika selama ini sikapku membuatmu bingung atau semacamnya. Aku hanya mencoba menunjukkan bahwa aku menyukaimu, tapi kau tidak pernah menyadarinya. Makoto benar, harusnya aku tidak main kode-mengkode seperti itu mengingat sifatmu yang kurang peka bahkan pada perasaanmu sendiri. Jadi, sekarang aku katakan bahwa aku menyukaimu. Bukan sebagai saudara ataupun teman masa kecil, aku menyukaimu sebagaimana perempuan menyukai laki-laki."
Kalimatmu terjeda ketika matamu menatap Haru yang ternyata juga tengah menatapmu.
Menghela napas sejenak, kau kembali berkata, "Apapun jawabanmu, aku akan menerimanya."
Hening bebarapa saat.
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Haru ketika kau selesai dengan pernyataanmu.
Aksi diamnya Haru membuat kepalamu seketika tertunduk lesu. Entah kenapa hatimu tiba-tiba terasa sakit.
Kenapa Haru diam saja? Apakah itu berarti Haru tidak menyukaimu seperti kau menyukainya? Apakah Haru menolakmu? Apakah setelah ini Haru tidak ingin berteman denganmu lagi? Apakah...
Segala pertanyaan itu terjawab ketika kau merasakan sepasang lengan kuat kini melingkari punggungmu.
Haru memelukmu.
"Maaf. Aku memang tidak mengerti perasaanmu, bahkan mungkin perasaanku sendiri. Aku belum pernah merasakan perasaan yang membingungkan seperti ini sebelumnya. Tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa aku membutuhkanmu, [Name]. Sama seperti aku membutuhkan air. Jadi, apakah aku bisa mengatakan bahwa mungkin aku juga memiliki perasaan yang sama denganmu?"
.
.****
FIN
OMAKE
"Nah kan, sudah kubilang mereka itu sama-sama suka!"
"Ssttt... suaramu terlalu keras! Nanti kita bisa ketahuan."
"Gou-san benar, Nagisa-kun. Pelankan suaramu."
"Meh! Haru bener-bener lelet kalo urusan cewek!"
"A-ano, apa tidak apa-apa kita mengintip mereka seperti ini?"
"Pokoknya kita harus minta PJ sama Haru-chan dan [Name]-chan besok! Harus!"
Kalimat Nagisa disetujui oleh Rin, Gou, dan juga Rei.
Makoto hanya menghela napas pasrah ketika perkataannya tidak didengarkan sedikitpun oleh teman-temannya yang dari tadi sibuk mengintip aksi pernyataan cintamu dari balik semak-semak.
Words : 713
Senin, 11 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Peka dong! || Nanase Haruka [✓]
FanfictionKau tau dari dulu Haru selalu terpaku pada air. Bahkan ketika ditanya siapa cinta pertamanya, dengan yakin Haru menjawab ... itu adalah air terjun. Miris. Cinta pertamamu adalah Haru, tapi cinta pertamanya malah air terjun. Tapi di sisi lain kau ber...