Singgah sebentar untuk menepi.
"Kamu harus pamit sama pak Dirga, sama pak Bambang, sama pak Gol---" henti Ronald.
"Intinya semua guru-guru kan pa?" tanya Radhifa dengan wajah datarnya. Ronald dibuat malu dengan pertanyaan sang putri dan Fifi hanya geleng-geleng kepala melihat semua itu.
"Pa! Ayo kita berangkat nanti Queen telat!" rengek Queen menarik ujung baju Ronald.
"Eh bocah! Papa masih mau ngomong sama gue!" tegas Radhifa pada Queen.
"Heh yang bocah elu apa Queen sih hah?!" datar Mauren jengah. Radhifa hanya menampilkan wajah datarnya."Yaudah pokonya kamu harus bener-bener ninggalin kesan baik ya disana karena ini adalah saat-saat terakhir kamu buat bisa kesana." jelas Ronald menatap Radhifa.
"Saat-saat terakhir? Ck, kita ga bakal pindah rumah atau pindah keluar kota pa. Otomatis Dhifa bakalan tetep bisa dong kesana lagipun di sana juga masih ada Mauren sama Zarifah kok." ujar Dhifa.
"Sayang, kamu akan tau nanti apa arti saat-saat terakhir ya." ujar Fifi lembut dan membelai rambut Radhifa. Radhifa semakin dibuat bingung akan semuanya semoga seluruh kebingungan ini cepat terjawabkan.
"Yaudah om, tante, Queen. Aku sama Dhifa berangkat dulu ya takut telat." ujar Mauren lalu menyalami Ronald dan Fifi.
"Hati-hati ya Mauren." nasehat Fifi dan diangguki Mauren. Lalu mobilnya mulai meninggalkan area mansion mewah itu.
"Mudah-mudahan semuanya berjalan baik-baik aja ya ma." gumam Ronald pada Fifi.
Mobil yang dikendarai Mauren mulai membelah keramaian di pagi hari.
"Kira-kira apa ya Mau arti saat-saat terakhir yang dimaksud mama sama papa tadi?" bingung Radhifa yang masih merecoki pembahasan tadi.
"Aduuh kayanya tante Fifi salah lahirin anak dah. Harusnya si Queen duluan yang keluar. Bacotnya melebihi Queen tau ga sih!" jengah Mauren.
"Ya gue ga bakal recokin masalah ini terus kalo gue ga penasaran banget. Soalnya semuanya kayak aneh tau ga sih Mau, gue tiba-tiba disuruh pindah ke Artico tanpa alasan yang jelas. Terus, tadi papa malah bilang kalau hari ini saat-saat terakhir gua di sekolahan. Aagh pusing tau ga sih gue!" kesal Radhifa lalu menyenderkan punggungnya di jok mobil Mauren. Mauren hanya mengedikkan bahu acuh.
Setelah pembicaraan tanpa jawaban itu berlangsung hanya kesunyian yang menyelimuti mereka berdua sampai akhirnya mobil yang dikendarai Mauren pun tiba di parkiran sekolah mereka, lebih tepatnya calon mantan sekolah Radhifa.
"HALLO SYULALA BEYBEH!!" teriak Zarifah menuju mereka berdua. Radhifa hanya memandangi datar sepupunya itu sedangkan Mauren memegangi kedua telinganya.
"Anjer makin somplak aja lu Zar, kemana aja sih lu ga ke rumah gue? Skype juga ga di angkat. Sok sibuk tau ga!" sebal Radhifa pada Zarifah.
"Ulala lo ga tau apa drakor yang ada Li Xian nya huwaa itu tu nampol banget uuh! Ya jadi gue harus anggurin kalian dulu. Lah tau ga sih masa deketan sama si cewe it---" henti Zarifah.
"Gue kesini bukan mau denger bacotan feedbackan lo setelah nonton drakor oke?" ujar Radhifa dan berjalan menuju kelasnya.
"Utututu kasihan bebeb gue di anggurin bhahaha." kini tawa Mauren berhamburan dan meninggalkan Zarifah seorang diri terpaku dengan bibir maju secenti.
"Huft, selalu begini." gumam Zarifah lalu berbalik badan dan menyusul kedua sepupunya tadi.
Teng teng teng
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYALA
RandomSeorang gadis yang menerima perjodohan karena ingin membahagiakan orangtua. Namun, seorang gadis sebayanya datang membawa kebingungan dan ketakutan. Entah Physicopath atau mafia yang datang. Apa menjemput kebahagiaan harus semenyakitkan ini? Dont CO...