13. Kepo

63 34 63
                                    

Tempat yang dulu selalu kita lewati, kini hanyalah saksi bisu betapa bahagianya kita dulu sebelum si 'dia' merebutmu.

Bel istirahat sudah berbunyi tanda jam pelajaran telah usai dan waktunya mengistirahatkan otak sejenak dan memberi cacing-cacing di dalam perutnya makanan.

"Si Radhifa emang kebo banget gila! Kayaknya tu anak bolos dah," omel Kejora di sepanjang jalan menuju kantin bersama Febbi.

"Engga deh, yakali tu anak bolos. Di grebek emak nya ntar," ujar Febbi.

"DUO JAMET!" teriak seseorang dari arah belakang Kejora dan Febbi. Rupanya, Radhifa tengah berlari dengan nafas memburu ke arah mereka berdua.

"Jamet jamet gue sumpel mulut lo pake boneka annabelle!" ketus Kejora. Mendengar boneka annabelle saja membuat Radhifa bergidik ngeri.

"Lo dari mana aja sih Fa?" tanya Febbi mengalihkan topik.

"Dihukum bego!" jawab Radhifa yang tengah menormalkan nafasnya.

"Lo ngapa dihukum?" tanya Kejora lagi.

"Mending kita ke kantin dulu, beli minum. Ginjal gue udah bergetar ini mau makan." ujar Radhifa lemah dengan keringat yang masih menyucur deras.

"Ginjal makan gimana sih?" tanya Kejora bingung lalu Febbi yang merasa dirinya paling waras pun dengan cepat menarik kedua sahabatnya itu untuk ke kantin.

"Bikin popularitas gue anjlok lu pada!" dumel Febbi di sepanjang jalan. Radhifa dan Kejora yang sudah ditarik seperti menarik dua orang anak kambing. Kejam. Begitulah kira-kira bayangan yang terlintas di otak kita jika melihat kejadian itu. Radhifa dan Kejora memberontak untuk dilepaskan, mencak-mencak tak jelas yang menguras tenaga Febbi untuk menahan tarikannya.

"LEPAS!" teriak Radhifa membuat tangannya terlepas dari Febbi. Radhifa memasang wajah kesalnya dan begitupun Kejora membuat bulu kuduk Febbi berdiri ketakutan.

"NGAPE LO NARIK GUE! SAKING GADA DOINYA YANG MAU LO GANDENG LO MILIH GANDENG GUE!" ujar Radhifa meracau tak lupa dengan nada tinggi. Febbi mengerjapkan matanya menetralisir ketakutannya.

"Dhipicut bikin mbak Febbi sadar ae kalau gada doi," ejek Kejora.

"ETDAAH BUSET DHIPICUT APAAN NJIR?!" tanya Radhifa dengan nada tinggi lagi.

"Budeg anjir, pelan-pelan aja napa. Malu diliatin orang!" dumel Febbi merasa parno dilihat banyak orang.

"Ya karena mereka punya mata!" koreksi Radhifa. Febbi menghela nafas gusar, lagi-lagi akan kalah debat dengan ratu bacot.

"Kejora ogeb nya setengah jiwa dan raga, arti Dhipicut apaan sayang?!" ujar Radhifa menggertak giginya.

"Dhifa pipi cute," jawab Kejora lalu menampilkan deretan gigi rapinya.

"Aaa sayang Dora selingkuhannya patrick!" girang Radhifa lalu menoyor jidat Kejora.

"Sayang sayang nama gue bukan Dora kimprit!! Malah noyor, gada akhlak!" umpat Kejora.

"Cakep lu nyerocos gitu? Udah lah biarkan queen seenaknya," ujar Febbi lalu menyusul Radhifa yang sudah duluan masuk ke dalam kantin yang sudah dipenuhi banyak umat manusia yang ingin memanjakan lidahnya.

Radhifa mengedarkan pandangannya pada seluruh sudut kantin, semuanya sudah penuh tak ada lagi yang tersisa.

"Kenapa Fa? Ada calon ayah dari anak-anak gue disini?" tanya Febbi ngasal.

"Gebleg nya natural! Mata lu ga liat banyak umat manusia gini ampe ga ada yang nyisihin meja sama kursi buat kita makan?!" kesal Radhifa.

"Sungguh terlalu kalian Rhoma!" ujar Kejora dramatis. Radhifa dan Febbi melirik bersamaan ke arah Kejora dengan tatapan dingin dan datar nya.

RAYALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang