6. Penjelasan

186 108 38
                                    

Yang berjarak bukan cuma tempat, tapi ada keyakinan yang ga bisa diganggu gugat.

"Masalah apa lagi ini tuhan?" batin Radhifa jengah.

"Mama, kakak." sapa Queen yang berjalan gontai ke arah mereka.

"Sayang mama udah bangun? Kok tidurnya bentar banget sih?" tanya Fifi lalu membelai rambut sang putri lembut.

"Queen tadi liat papa elus rambut Queen. Tapi, papa langsung pergi." jelas bocah SD itu membuat Radhifa terpaku.

"Jadi, perjodohan ini apa?" tanya Radhifa.

"Perjodohan? Kakak mau nikah?" beo Queen.

"Dhifa, papa kamu mengambil keputusan ini karena ga ingin liat kamu sedih karena kepergiannya." jelas Vero berusaha.

"Tapi Dhifa ga mau om! Dhifa masih mau bebas dengan semua keadaan ini. Dhifa masih 18 tahun, Dhifa belum mau nikah dan punya suami. Dhifa masih mau bebas melakukan apapun yang Dhifa mau." jelas Radhifa memberontak.

"Apa kamu masih ingin liat papa kamu bahagia disana?" tanya Vero. Radhifa terpaku mendengar pertanyaan yang dilontarkan Vero itu.
"Dhifa kebelakang dulu." ujar Radhifa lalu melangkahkan kakinya kebelakang.

"Permisi!" sapa seseorang lelaki gagah dengan tuxedo hitamnya didampingi seorang perempuan cantik. Mereka 'PASUTRI' Zidan dan Mona.

"Mona! Zidan!" sapa Fifi lalu memeluk Mona. Sementara tatapan Zidan menangkap Radhifa tengah berjalan ke arah pintu taman belakang.

"Apa itu Radhifa?" tanya Zidan. Lalu Fifi dan Mona melihat ke arah tatapan Zidan dan Fifi mengangguk singkat.

"Silahkan duduk." ujar Fifi dan mereka bercengkerama.

"Tante, Dhifa mana?" tanya Mauren dan diangguki Zarifah.

"Di taman belakang." jawab Fifi. Lalu, Mauren dan Zarifah menuju taman belakang.

"Semua kenangan punya ceritanya masing-masing, dari dulu ga pernah ngelupain semua yang udah ada dan pernah terjadi. Dendam atau tidaknya tergantung dari diri masing-masing apa sudah menerima kenyataan yang ada atau belum, kalo audah menerima kenyataan semua masalah yang terjadi sudah diikhlaskan karena begitulah adanya." lirih Radhifa terdengar oleh Mauren dan Zarifah.

"Kata-katamu itu sangat kukuh. Semoga hatimu tidak rapuh." ujar Mauren di belakang Radhifa. Mendengar ucapan itu refleks Radhifa menengok kebelakang dan mendapati Mauren dan Zarifah yang ingin mendatanginya.

"Gue paham betul, kadang hidup itu terkesan jahat dan egois. Tapi, if it helps you to grow then just let it be." ujar Zarifah. Radhifa tersenyum hangat ke arah mereka lalu memeluknya seperti teletubies.

"Makasih udah jadi sepupu yang baik buat gue." gumam Radhifa.

"Ayo kita duduk. Bicarakan baik-baik, jangan dengan emosi, redakan amarah yang menguasai mu saat ini, tenangkan pikiran agar bisa memutuskan sesuatu. Bisa?" tanya Mauren. Radhifa mengangguk pelan antara yakin dan tak yakin.

"Come on baby! Om Ronald ga minta hal yang muluk-muluk sama lo. Beliau cuman ingin lo laksanain permintaan beliau yang ini. Lo ga usah takut kalau smeuanya akan keder karena umur lo masih 18 tahun. Buka mata lo lebar-lebar, diluaran sana banyak banget yang nasibnya sama kayak lo. Om Ronald udah pergi ninggalin kita semua dan itu semua untuk selama-lamanya bukan hanya untuk sementara. Lo bayangin deh Fa, sebelum om Ronald pergi aja beliau udah mikirin apa-apa buat masa depan lo, masa depan Queen, dan kedepannya buat tante Fifi. Lo mungkin belum bisa ngebahagiain om Ronald di dunia, di saat beliau masih hidup. Seenggaknya lo bisa ngebahagiain beliau dengan cara ini." jelas Zarifah.

"Gini aja deh biar simpel yak, semasa om Ronald masih hidup aja lo bayangin gimana pengorbanan beliau buat lo. Bayangin semua yang udah di lakuin om Ronald buat lo. Mungkin dengan cara kek gini bisa bikin om Ronald bahagia kan disana." tambah Mauren.

"Tapi, jujur deh ya Fa. Gue ngebayangin lo kek di drama Korea tau ga sih HUWAAA!! Mantep gan jodoh-jodohan. Gini deh ya gua liat di drakor gitu, nikah di masa muda gitu tu ujiannya emang berat banget. Apalagi seusia kita masih marak pacar-pacaran tapi lo itu cewek. Lo harus berusaha buat pertahanin rumah tangga lo." cerocos Zarifah.

"Mulai nih titisan mimi leri nyerocos." gumam Mauren jengah.

"Gue takut gue ga bisa pertahanin rumah tangga gue, gue ga mau nikah berkali-kali. Gue cuman mau sekali seumur hidup gue." takut Radhifa.

"Lo perempuan strong mana mungkin lo bakalan gagal. Percaya deh om Ronald ga bakal nyariin cowok buat lu kalo yang ga dirasa ga bakal tanggung jawab sama lo." jelas Mauren membuat senyum Radhifa terbit.

"Mungkin benar kata Mauren sama Zarifah. Gue belum bisa bahagiain papa disaat papa masih ada disini, dan gue harus bisa bahagiain papa sekarang mungkin harus dengan cara kayak gini. Dan gue harus selalu inget pengorbanan papa disaat kata menyerah kerasa di hati gue. Satu hal yang membuatnya special adalah dia tidak akan pernah menyerah terhadapku. Jadi, gue juga ga boleh menyerah terhadap papa. Gue harus ngambil tindakan baik-baik ini semua demi Queen dan mama." batin Radhifa.

"Fa!" sapa Zarifah mengejutkan Radhifa dan membuatnya membuyarkan lamunannya secara paksa.

"Iya kenapa?" tanya Radhifa gagu.

"Ambil keputusan yang baik buat lo, Queen, dan juga tante Fifi. Karena semua keputusan ada di tangan lo. Baik akhirnya baik juga buat Queen dan tante Fifi. Buruk akhirnya buruk juga buat Queen dan tante Fifi. Okay?" ujar Mauren.

"Okey, thank you sayang-sayang ku!" ujar Radhifa lalu kembali merangkul kedua sepupunya.

"Aku belajar dari yang telah terlewatkan. Dimana malam itu adalah tawa terakhir papa dan aku ingin melihat tawa itu dari kejauhan saja. Mulai dari detik ini." batin Radhifa lalu tersenyum memandang langit cerah.

"Ternyata ini perintah tertulis yang diucapin papa sebelum papa menghembuskan nafas terakhirnya." gumam Radhifa. Mauren dan Zarifah hanya diam tak merespon apapun.

◻◻◻

Tbc!!!

Terima kasih sudah membaca RAYALA gimana komentar kalian di part ini? Mudah-mudahan kalian suka ya aamiin😊❤

Jangan lupa baca cerita Author yang lain juga ya dan yang baca jangan cuman jadi silent Readers.

Jangan lupa VOMMENT dan follow ig Author @chaca0513😇❤

Salam hangat,
Chaca❤

RAYALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang