[Tatto]
Yejin membuka mata perlahan saat merasakan semilir angin menerpa wajahnya. Padang hijau luas dan seolah tanpa batas menjadi hal pertama yang dilihat Yejin begitu membuka mata. Yejin mendongak, menatap langit biru yang membentang luas tanpa awan sama sekali. Persis seperti tempat yang selalu dibayangkan Yejin. Tempat yang paling tepat untuk menengkan diri. Sendiri, tenang dan damai. Hanya ada Yejin dan semilir angin.
Untuk sesaat, Yejin mengira bahwa dirinya telah kembali, hingga sebuah suara menyapanya.
"Yejin? Kenapa di sini?"
Yejin tersentak, kepalanya lantas berbalik, dan untuk beberapa saat, Yejin merasa dunianya berhenti berputar, tubuhnya bahkan sempat membeku beberapa saat sebelum akhirnya berhambur menggapai entitas yang duduk di sampingnya, "Ibu, Yejin rindu!" Gumamnya parau. Nada suaranya bergetar pelan menahan tangis.
"Kenapa rindu? Ibu tidak ke mana-mana, kok." Ujar sang Ibu sambil mencoba menarik Yejin yang masih tidak mau melepaskan pelukannya. Wanita dewasa dengan setelan putih itu terkekeh pelan dan memilih menyerah, membiarkan Yejin tetap mendekapnya. "Tapi kenapa Yejin di sini? Ini bukan tempatmu sayang, perjalananmu masih jauh."
Yejin tidak menjawab, hanya saja pelukannya semakin erat. "Ibu, apa rasanya sakit?" Gumam Yejin tiba-tiba.
"Hm? Sakit?"
Perlahan gadis itu mengendurkan pelukannya dan menarik tubuhnya untuk tegap, menatap wajah sang Ibu yang masih sama persis dalam ingatannya, selalu cantik. Yejin mengangguk, "Saat ayah pergi, apa rasanya sakit sekali?"
Wanita dewasa itu tersenyum, merapikan helai rambut Yejin yang berantakan karena terpaan angin, "Memang sudah seharusnya 'kan? Tidak ada yang baik-baik saja saat seseorang kehilangan separuh jiwanya. Ibu juga begitu saat Ayah pergi."
"Apa kau takut?"
Yejin berbalik menatap sang Ibu, kepalanya menunduk menatap dua tangannya yang saling bertaut resah, "Sangat." Yejin tersenyum sendu, "Rasanya sangat menakutkan saat aku tahu bahwa ada orang lain yang akan merasakan sakit seperti yang kurasakan, Bu." Jawab Yejin sedih.
"Hanya karena dia takdirku, tidak berarti dia juga harus menderita bersamaku. Itu tidak adil." Lanjut Yejin sambil tersenyum getir.
"Lalu, jika kau mengabaikannya dan memilih menjauh, apa rasa sakit yang kalian bagi akan hilang? Bukankah lebih baik saling menghibur dan menguatkan daripada merasakan sakit sendiri-sendiri?"
Sang Ibu meraih jemari Yejin lalu menggenggamnya dengan lembut, "Ibu hanya tidak mau kau menyesal sayang, jangan hindari takdirmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] SOULMATE 《ft》 K-Idol
סיפור קצר[Imagine fourth series] (n) : a person ideally suited to another as a close friend or romantic partner Project by Ocidxx, 2020