01 - Hari Pertama Sekolah

485 43 0
                                    

"Pada akhirnya kita kembali menjadi Detektif yang begitu payah"

Di gudang ini, aku melihat dan mendengar Yudha mengatakan kalimat penyesalan berulang-ulang tanpa henti. Aku tahu, kesuksesan kami sebagai Tim Detektif di sekolah ini kini menemui titik ujungnya. Kami kehilangan banyak kepercayaan dari orang-orang di sekolah ini. Kami kembali menjadi siswa yang akan selalu diremehkan dan dianggap lemah. Bagaimana tidak setelah kejadian dipenghujung semester lalu, aku masih benar-benar tidak percaya semudah itu kami mendapat penolakan, terutama pembentukan klub Detektif oleh ketua OSIS yang baru, namanya Lany, juniorku yang merupakan salah satu sosok paling disegani oleh teman-teman satu angkatannya.

Dia adalah keponakan dari Pak Ilyas, kepala sekolah kami yang baru, yang seketika mengubah sistem pendidikan dan menerapkan kebijakan tanpa memperhatikan kondisi dari masyarakat sekolah. Sifatnya yang begitu keras melarang berbagai aktivitas di sekolah yang menurutnya sangat tidak penting, klub Detektif bukanlah satu-satunya klub yang dibubarkan. Aku benar-benar masih penasaran mengapa klub KIR (Karya Ilmiah Remaja) juga dibubarkan? Sangat tidak masuk akal, untuk sekelas klub KIR yang membantu meningkatkan prestasi akademik dibubarkan tanpa alasan yang jelas begitu saja. Aku masih ingat betapa sedihnya Axel sebagai ketua klub KIR yang menerima kenyataan bahwa klubnya tidak boleh beraktivitas lagi di sekolah.

"Yud, udahlah! berhenti menyesali semua ini!" - ucapku sembari berdiri menghampirinya yang memojokkan diri.

"Tapi, Pan. Ini bener-bener kesalahan gua, kalau aja waktu itu gua nggak..."

"Yud, kita disini korban yang tidak bersalah." ucapku memotong.

Seketika aku berdiam sejenak untuk mengambil napas dan menghembuskannya dengan tenang.

"Semua ini karena si Lany dan Pak Ilyas yang berengsek itu!" ucapku kesal.

....

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, pertama kali menginjakkan kaki sebagai anak kelas 12 membuatku sedikit merasa bangga. Bagaimana tidak, tahun ini sekolahku mendapatkan peringkat 1 dengan rata-rata nilai Ujian Nasional tertinggi di Jakarta. Aku masih tidak begitu percaya bahwa sekolah ini menjadi sangat favorit dan populer sekarang. Hari pertama sekolah membuatku sedikit kaget dengan banyaknya perubahan di sekolah dari mulai fasilitas, kini sekolahku memiliki kolam renang dan GOR sendiri, peralatan laboratorium dan komputer semakin canggih dan lengkap. Peraturan siswa semakin ketat, termasuk seragam wajib dimasukkan ke dalam celana, rambut potong rapih dan tidak boleh datang terlambat.

Aku melihat ini adalah suatu perubahan yang cukup bagus untuk sekolahku. Tapi apa yang semua ku pikirkan tadi tiba-tiba menjadi tidak masuk akal ketika Aenun datang dengan napas yang ngos-ngosan dan berkata,

"Gue punya 2 kabar buruk hari ini"

Aku dan Yudha langsung menghampiri Aenun yang seketika duduk meletakkan tasnya dilantai gudang ini.

"Pertama?" tanyaku harap cemas

"Tahun ini sistem pembagian kelas diurut berdasarkan nilai raport semester lalu."

"Kok bisa?" tanya Yudha kaget

"Gue gak tau, ini mungkin kebijakan kepala sekolah yang baru itu " jawab Aenun

"Loh bukannya bagus kalau begitu, Nun?"

"Kita tidak akan sekelas dengan anak-anak nakal lagi di sekolah ini, termasuk Ambon dan Sandro" lanjutku

"Pan, Ambon kan pernah jadi bagian dari kita"

"Iya gua tau, Yud. Tapi dia udah jahat sama tim detektif kita kan" jawabku.

"Masalahnya, Pan. Kita nggak sekelas lagi, Lo 12 IPS 1, gue dan Yudha 12 IPS 2"

"Hah?" ucapku dan Yudha yang seketika kaget berbarengan.

5 DETEKTIF PE'A [SEKUEL(PART2)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang