O9

923 203 12
                                    

CHAN TERSENYUM pada omega cantik yang tengah tersenyum tipis padanya. Mina terlihat begitu cantik dengan gaun indah berwarna putih yang membalut tubuhnya dengan begitu sempurna.

Lelaki mana yang tidak jatuh pada pesona omega cantik yang sebentar lagi akan menjadi pendampingnya. Ia pun sama halnya dengan lelaki lain, la terpesona dengan keanggunan pribadi Mina yang begitu memikat. Hanya sebatas kekaguman, hatinya tetap berlabuh pada alpha cantik yang mungkin saja tidak akan bisa bertemu dengannya lagi.

Mengingat alpha vanila itu membuatnya berpikir, akankah Ia akan terlihat sama menakjubkannya dengan Mina jika memakai gaun pengantin itu, atau Ia akan terlihat begitu menawan di balik balutan jas putih yang begitu apik di tubuhnya.

Memikirkannya saja sudah membuatnya tersenyum layaknya orang tak waras. Chan menggerutu dalam hati, merutuki dirinya yang sudah jatuh begitu dalam untuk serigala perak itu.

Ia menghela nafas berat begitu menyadari bahwa kenyataannya Ia tidak dapat bersama kembali dengan ratunya. Bahkan mungkin untuk sekedar bertemu pun mereka tak bisa. Semesta mungkin saja akan murka jika mereka nekat bersatu kembali.

"Chris?”

Chan berbalik begitu suara lembut itu memanggilnya begitu merdu. “Sudah siap? Ayahmu sudah menunggu.” Ia tersenyum, la kini dapat melihat bagaimana Mina tampak begitu menawan dengan jelas. Perempuan cantik itu terlihat jauh lebih indah dari biasanya. Jujur, feromon Mina menguar begitu memikatnya.

Kepalanya mengangguk dengan senyuman yang tak luntur sekalipun. Ia menyodorkan tangannya untuk digandeng oleh wanita cantik itu, dan tentu saja disambut dengan baik oleh Mina. "Mina, Aku minta maaf jika nanti Aku lama untuk mencoba mencintaimu." ujarnya tanpa menatap wanita itu.

Mina tersenyum, kepalanya Ia tolehkan pada alpha murni yang dijodohkan dengannya itu. Chan membeku untuk beberapa saat, Mina baru saja mengecup pipinya begitu lembut. "Tak apa, Aku mengerti. Aku juga sama halnya denganmu, Chris.” balasnya dengan senyuman yang membuatnya semakin cantik.

Chan balas tersenyum, Ia bersyukur, setidaknya calon pasangan yang dipilihkan oleh sang Ayah dapat mengerti dirinya dengan cukup baik. “Baiklah, mari mulai semuanya.” ujarnya sebelum perlahan melangkah menuju altar, yang tentu saja, mendapat balasan sebuah anggukan pasti oleh Mina yang mengikutinya berjalan beriringan.

” ujarnya sebelum perlahan melangkah menuju altar, yang tentu saja, mendapat balasan sebuah anggukan pasti oleh Mina yang mengikutinya berjalan beriringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sam, Kau menyakiti tanganku.”

Hyunjin tersadar, Ia menatap genggaman tangan mereka. Ia meremat jemari cantik gadis manis itu terlalu erat, dengan cepat la pun melonggarkan genggamannya. “Maaf, dadaku berdenyut lebih kencang dari biasanya.” ujarnya penuh penyesalan.

Shuhua menatap kasihan teman kecilnya itu, Ia dapat merasakan kesedihan lelaki berparas manis itu. Ia merentangkan tangannya, menawarkan dekapannya pada lelaki tinggi itu. Hyunjin tersenyum tipis, la tentu saja menerima tawaran tersebut.

Punggunggnya diusap-usap perlahan oleh gadis cantik itu. “Kau tidak ingin jujur pada Paman? Pernikahan ini menyakitimu, Sam.” bisiknya lembut dengan tepukan-tepukan menenangkan.

Hyunjin terkekeh remeh, “Ayah tidak akan mau mendengarkanku, Shu." ujarnya begitu pelan sarat akan keputus asaan. Tangannya meremat pinggang kecil gadis itu ketika denyutan di dadanya kembali menyerang, jauh lebih sakit dari sebelumnya.

“Chris pasti sudah memulai pernikahannya. Denyutan di dadaku kini bertempo cepat, Kau merasakannya kan?” lanjutnya lagi dengan kepala tertunduk. Entahlah, Ia hanya merasa jika kepalanya terasa memberat.

Shuhua melepas pelukannya, Ia sedikit khawatir dengan penampilan kusut teman kecilnya itu. Ia dapat menyadari jika kulit alpha itu memucat, rona wajahnya memudar perlahan. “Sam, Kau tak baik-baik saja. Lihat tubuhmu, ini sangat buruk.” ujarnya begitu cemas.

Hyunjin menatap pantulannya di cermin yang tak jauh dari mereka. Shuhua benar, penampilannya jauh dari kata baik. Semakin denyutan itu terasa, semakin memburuk keadaannya. Ayah mungkin memang berencana membunuhku secara perlahan.

Hyunjin tersenyum tipis, Ia menggenggam tangan Shuhua. “Aku tak apa. Percaya padaku ya? Ayo. Mereka pasti sudah menunggu lama.” ajaknya dengan senyuman terbaiknya. Mencoba menenangkan Shuhua yang tak begitu yakin dengan kondisi temannya.

“Kau yakin?” tanyanya sekali lagi untuk menyakinkan diri jika pilihan ini adalah pilihan terbaik. Hyunjin mengangguk pelan, Ia dengan perlahan menggandeng lengan kecil Shuhua dan melangkah menuju altar, membuat Shuhua mau tak mau mengikuti langkah kaki jenjang Hyunjin beriringan.

 Hyunjin mengangguk pelan, Ia dengan perlahan menggandeng lengan kecil Shuhua dan melangkah menuju altar, membuat Shuhua mau tak mau mengikuti langkah kaki jenjang Hyunjin beriringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Atas nama Dewi Bulan Biru, kami ikat kedua pasang anak dewi dalam sebuah ikatan suci yang diberkati keharmonisan sang dewi, apa kalian bersedia?"

Peluh bercucur cukup banyak di keduanya. Wajah mereka pucat pasi menahan denyutan di dada mereka yang begitu menyiksa. Di setiap kata yang terucap oleh kepala kepercayaan denyutan itu semakin terasa meremas dada mereka. Tangan mereka mengepal menahan rasa sakit itu hingga buku-buku jemari mereka memutih. Nafas mereka pun perlahan tak teratur.

Chan menghela nafasnya, berusaha untuk mengalihkan rasa sakit yang menggerogoti dirinya. Kakinya gemetar tak mampu mempertahankan tubuhnya untuk waktu yang lebih lama. "A-akuㅡbersedia,”

"CHRIS!”

Mina berjengit kaget bersama dengan para tamu undangan yang menghadiri acara sakral itu ketika tubuhnya merosot jatuh bersamaan dengan suaranya yang menghilang ketika mengucapkan kalimat itu.

Acara pernikahan itu berubah menjadi bencana. Semua panik dengan tumbangnya salah satu pemeran utama acara hari itu, Chan meremas dadanya yang berdenyut lemah namun menyakitkan. Matanya mengunang, tak kuasa menahan rasa sakit yang melemahkan tubuhnya.

Hyunjin."

Hanya nama itu yang la pikirkan sebelum kesadarannya direnggut seutuhnya.

Hanya nama itu yang la pikirkan sebelum kesadarannya direnggut seutuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


novellium ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang