13

1.6K 221 11
                                    

PERMATA BIRU itu dapat menangkap gambaran meski terlihat samar bagaimana mata merah pekat itu terbuka diambang kesadarannya yang perlahan menghilang. Jantungnya melemah menahan rasa sakit yang menusuknya bertubi-tubi karena efek samping dari ikatannya bersama Chan. Hyunjin terseyum lemah mendengar sayup-sayup Chan memanggil namanya berulang kali melalui telepati.

Manik rubi itu bergetar menyaksikan kelopak mata ratunya tertutup perlahan. Moncongnya dengan lembut mengusak-usak pipi Hyunjin, mencoba menyadarkan serigala perak itu.

Waktu seakan berhenti berjalan, semua mata tertuju pada kedua insan yang tengah berjuang melawan rasa sakit. Chan mengeluarkan suara rengekan pilu, lidah panjangnya menjilati wajah Hyunjin yang sedang tak sadarkan diri.

Geraman marah Chan layangkan begitu sengit mendengar langkah kaki mendekatinya. Tubuh penuh lukanya la paksakan untuk bangkit lalu memasang posisi untuk melindungi tubuh lemah Hyunjin.

“Jangan mendekat." desis Chan dengan tatapan bengis pada ketua klan timur itu yaang perlahan mendekat melalui telepati.

Manik darahnya masih bersinar, begitu menyeramkan bagi kedua pasukan klan itu. “Lihat. Ini alasanku mengapa kalian berdua tak boleh bersama. Nyawa anakku terancam, Chris." dengus Jaebeom sinis melihat anaknya tak sadarkan diri di dalam lindungan Chan.

Chan terdiam merenungkan setiap kata-kata yang terucap dari bibir Jaebeom. Ia menatap lamat wajah tenang sang kekasih, matanya menyendu melihat Hyunjinnya terkulai menahan sakit yang bahkan tak diterimanya secara langsung. Tubuh penuh luka Chan terpelanting jauh akibat serangan dari Jaebeom. Ketua klan timur itu menatapnya bengis. Chan mengerang kesakitan ketika punggungnya diinjak oleh ayah dari kekasih hatinya itu.

Kepalanya seakan berputar, pening menghantamnya begitu kuat. Tubuhnya terasa kian melemah, matanya berkunang, menatap samar-samar Hyunjin yang terbaring tak sadarkan diri tak jauh darinya.

"JAEBEOM HENTIKAN!"

Yongguk memberontak dari pasukan klan timur yang menahannya untuk tidak mendekati sang anak. Air matanya luruh perlahan menyaksikan sang anak sekarang di bawah kuasa teman kecilnya dulu. “Kumohon, Beom.” lirihnya tak kuasa melihat kematian sang anak di depan matanya sendiri.

Sinar terang berwarna biru terpancar menyilaukan semua pasang mata. “Hyunㅡjin?” Jaebeom menatap tak percaya jika anaknya akan menahan pedang tajamnya yang hendak Ia hunuskan pada jantung Chan.

Pedang indah itu hancur berkeping-keping hanya dengan satu hentakan kuat dari serigala perak itu. “Leave him alone." desisnya penuh penekanan dengan suara rendah yang begitu mendominasi.

Jaebeom dapat melihat kelereng indah kebiruan itu kini berubah menjadi ungu kehitaman yang mengkilat. Tubuh anak semata wayangnya pun berpendar sewarna dengan matanya. Ia jatuh berlutut, tatapan tajam Hyunjin membuat seluruh saraf tubuhnya melemah.

Jinyoung tak percaya dengan perubahan yang terjadi pada anak kesayangannya. Ia amat tahu jika kekuatan sang anak sedang dalam mode berbahaya, bisa saja tak terkendali. Tubuhnya menegang begitu Hyunjin menatapnya sengit saat la perlahan berjalan mendekat. “Hyunjin, ini Bunda." ujarnya dengan hati-hati melihat sang anak menggeram tak suka padanya.

Aura mencekam alpha mawar itu berkurang secara perlahan. Tatapan Hyunjin yang melembut membuat Jinyoung tersenyum kecil. Langkahnya dengan pasti terus mendekati sang rose alpha. “HYUNJIN!”

Jeritan Jinyoung yang terkejut beriringan dengan pekikan kesakitan itu. Cahaya biru bersinar terang terarah pada Yongguk yang tengah mencoba menyadarkan Chan, membuat tubuh kekar penuh seni tato itu terbanting cukup kuat. Hyunjin mengarahkan kekuatannya secara tak terkendali pada Yongguk.

novellium ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang