11

1.2K 191 5
                                    

TERIK MATAHARI PAGI menghangatkan kedua tubuh pasangan serigala itu. Punggung polos mereka menghangat terpapar sinar mentari. Si mata rubi bangun lebih dulu karena terusik dengan semakin menghangatnya tubuhnya.

Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis begitu menyadari objek yang maniknya lihat pertama kali saat terbangun dari tidur merupakan wajah rupawan pasangan tercintanya. Aroma bekas percintaan mereka membuat senyumannya semakin mengembang bangga karena berhasil menemukan dan memiliki pujaannya seutuhnya.

"Selamat pagi, Ratu." sapanya dengan suara rendahnya saat melihat kelopak mata cantik itu perlahan terbuka terusik akan silaunya cahaya. Hyunjin tersenyum lembut, kepalanya mengadah untuk memberikan kecupan selamat pagi di bibir sang Alpha.

Chan tersenyum hangat ketika ratunya kembali menyamankan kepalanya di dada bidangnya, bersandar di sana untuk mendengarkan melodi yang tercipta dari dentuman jatungnya. Jemarinya dengan telaten menyisir surai halus itu begitu hati-hati.

Rengkuhan pada pinggangnya mengerat, membuatnya mengerutkan keningnya keheranan, “Ada apa?” Hyunjin tak langsung menjawab, namun Chan dapat merasakan jika aura sang alpha cantik itu menggelap.

Seperti ada sesuatu hal buruk yang terjadi.

“Aku takut. Kumohon bertahan. Perasaanku buruk sekali.” lirihnya dengan manik kosong yang terselimuti kristal bening mengarah padanya. Chan bisa merasakan ketakutan yang besar dari pasangan jiwanya itu.

Jiwa mereka sudah bersatu setelah mereka melakukan prosesi mating kala itu. Semua pasangan mate pasti bisa merasakan apapun yang dirasakan oleh sang pasangannya. Sedih, senang, sakit, amarah, dendam dan sebagainya. Begitu juga dengan Chan yang dengan jelas sekali dapat merasakan apapun yang dirasakan oleh Hyunjin.

Tubuh ramping Hyunjin Ia dekap erat, kecupan terus la bubuhkan di pucuk kepala Hyunjin dengan lembut. “Semua akan baik-baik saja. Percaya padaku ya? Aku akan selalu bersamamu.” bisiknya mencoba menenangkan kekasih hatinya itu.

Hyunjin menangis dalam diam, semua gambaran menyeramkan terus terputar di kepalanya, begitu memilukan. Tangannya meremat punggung Chan erat sebagai pelampiasan rasa takutnya.

 Tangannya meremat punggung Chan erat sebagai pelampiasan rasa takutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara gelas terjatuh dari atas meja menggema di dalam rumah itu. Jaebeom memandang hampa gelas kacanya yang sudah hancur berantakan di lantai. Jantungnya berdegup cukup cepat, membuatnya tertawa sangat irih.

“Astaga, Kau ini kenapa? Kok bisa jatuh begini?” Jinyoung bertanya keheranan melihat keadaan meja makan yang cukup berantakan.

Kehadiran Jinyoung menarik atensinya, Ia memandang istrinya dengan tatapan yang tak terdefinisikan. “Merekaㅡ mereka bersatu, Jie.” ujarnya tanpa nyawa.

Perkataan Jaebeom cukup membuat Jinyoung semakin kebingungan dengan apa yang terjadi. “Mereka? Siapa?” tanyanya penuh akan rasa bingung pada sang suami.

Air mata Jaebeom menitik, dengan senyuman tipis tak bernyawa, Ia menjawab begitu lirih.

"Hyunjin, dan Chris.”

Alpha paruh baya itu terdiam di atas ranjang besarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alpha paruh baya itu terdiam di atas ranjang besarnya. Tangannya perlahan meraih bandul kalung yang tersemat di balik bajunya. Ia memandang kalung berbandul perisai itu dengan senyuman yang sarat akan perasaan rindu yang mendalam.

Sebuah foto usang tersemat pada bagian belakang bandul itu. Foto seseorang dengan paras yang begitu menawan. Ia mengusap foto itu dengan hati-hati, senyuman bahagia sama sekali tak luntur dari wajahnya.

Bahkan hingga tangisnya luruh sekalipun, senyumannya tak memudar. “Chris tumbuh begitu cepat, Hime. Ia- benar-benar mengikuti jejakku.” lirihnya dengan tawa geli di akhir yang sedikit tersendat karena tangisannya.

"Maaf, Aku gagal merawatnya. Aku memang tak bisa hidup dengan baik tanpamu, Him.” lirihnya lagi memandang wajah cantik itu dengan tatapan yang bergetar.

Bandul itu Ia genggam erat, la bawa menuju dadanya, “Seharusnya Ia tahu dengan fakta bahwa Ibunya juga seorang rose alpha yang memiliki mate alpha murni tak memiliki nasib yang bagus. Maaf, Aku terlambat memberi tahunya. Maafkan Aku, Himchan.” lirihnya penuh penyesalan.

Dewi Bulan, tolong jangan buat nasib anak-anakku berakhir sepertiku.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
novellium ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang