O1

2.3K 277 2
                                    

PERMATA BIRU LAUT miliknya memandang langit-langit kamarnya dengan pandangan menerawang. Pikirannya memikirkan kembali kejadian yang Ia alami siang tadi.

Hari itu pertama kalinya Ia berpergian cukup jauh dari kawasan packnya. Pagi-pagi sekali Ia merubah wujudnya menjadi seekor serigala berbulu abu perak dan berlari secepat yang Ia bisa menembus pepohonan hutan menuju tebing perbatasan wilayahnya dengan pack barat.

Mata biru tajamnya bergerak liar mencari mangsa untuk dimakan. Seekor kijang jantan berukuran cukup besar menjadi sasarannya kali itu. Kijang itu berhenti tepat tak jauh dari tempatnya mengintai dengan keadaan lengah. Ia segera menerkam tubuh kijang itu dan mengoyak leher kijang hingga tewas.

Geraman rendah mendominasi berasal dari serigala hitam, Ia dengan cepat menerjang serigala silver itu, mengukungnya dibawah tubuh besarnya. “ARHT!” pekik si serigala bermata biru terkejut akan pergerakan tiba-tiba lawannya, membuatnya balik menyerang, membalik keadaan.

Ia dapat merasakan aura serigala itu sungguh pekat, bahkan cukup membuatnya yang seorang alpha juga merinding dan tunduk. Ia yakin sekali jika serigala bermata merah itu seorang pure alpha. Ia merubah wujudnya menjadi bentuk manusianya, membuatnya terlihat jauh lebih kecil dibandingkan dengan serigala besar itu. Serigala hitam itu pun ikut merubah wujudnya, “Crescent?” katanya ketika melihat tatto teratai dengan bulan sabit di lengan atas lelaki yang mengukungnya.

Manik biru laut itu berkedip dua kali, Ia bangkit, melepas kukungannya. “Ya. Scute?” lambang perisai matahari dilengan atas lawannya itu sungguh khas, dalam sekali lihat pun Ia dapat menebak dengan akurat nama kelompok itu. Pertanyaannya dibalas angguka sebagai jawaban. “Haish. Kau merebut makan siangku sialan.” umpatnya sembari bangkit dan membersihkan tubuhnya dari tanah-tanah yang menempel.

Si mata biru merotasikan matanya malas. “Ya Aku mana tahu itu makan siangmu bodoh?!” balasnya tak kalah kasar. la dapat melihat serigala itu mengendus aromanya dan bangkit dengan raut marah yang memudar. “Aku tak tau jika klanmu memiliki omega sebesar Kau.” ujarnya memperhatikan lelaki bermata biru itu memakan santapannya –buruannya. Matanya menatap sengit lelaki bermata merah itu. “Sejak kapan seekor omega dapat berlari secepatku dan dapat memangsa huh?” gertaknya kesal merotasikan matanya malas.

Lelaki bertubuh kokoh itu mengedikan bahunya acuh, “Jadi Kau seorang alpha?” tanyanya yang segera diangguki oleh si mata biru yang masih asik memakan daging kijang yang terlihat menggiurkan. “Aku Chan. Kau?” lelaki bermata biru laut itu menoleh dan berkedip dua kali, “Hyunjin. Ambil saja jika ingin.” balasnya ketika melihat Chan memperhatikan dirinya yang memakan kijang itu.

Chan terkekeh, Ia mengoyak kaki kijang itu, Ia selalu suka bagian paha, lebih lembut dari bagian lainnya. “Kau salah satu alpha langka itu ya?” tanyanya disela kunyahannya. Hyunjin terdiam sesaat menggigit daging kijang itu. Bibirnya tersenyum kecut memikirkan perkataan alpha dari pack penguasa wilayah barat tersebut. Salah satu keanehan dirinya terungkap hanya dalam waktu beberapa menit saja. Itu waktu yang sangat cepat, bahkan kedua orang tuanya baru menyadari keunikannya setelah tiga bulan dirinya beranjak dewasa.

Chan dapat melihat jika raut wajah lelaki bermata biru itu berubah. “Aromaku tercium sekali ya?” tanya Hyunjin menatap hampa daging buruannya. Ia seketika kehilangan nafsu makannya. “Aku seorang pure alpha, meski aroma vanillamu tertutup aroma mint dan citrus, aku masih bisa menciumnya,” balasnya memberikan penjelasan pada Hyunjin. “–dan itu tercium sangat manis.” lanjutnya dengan senyuman guna menengkan alpha beraroma manis itu.

Manik Hyunjin membola mendengar perkataan lelaki bermata merah darah itu. “Kau seorang pure alpha?!” kagetnya, meskipun Ia dapat menebak jika lelaki itu seorang pure alpha, namun ketika mendengarnya secara langsung tetap membuatnya terkejut. Chan tertawa renyah melihat alpha manis itu terkejut dengan status dirinya yang seorang pure alpha yang langka. “Ya. Kita sama-sama langka, kan?” kekehnya berusaha mengembalikan suasana karena tadi Ia sempat membuat Hyunjin murung.

Hyunjin tersenyum tipis disela kunyahannya, kepalanya mengangguk membenarkan perkataan Chan. Ia terkadang meremehkan dirinya sendiri. Benar apa yang dikatakan Chan. Hanya satu dari sekian seribu alpha yang bisa memiliki aroma manis sepertinya. Ini suatu keunikan namun juga kelemahan bagi seorang alpha seperti dirinya. Ia menyukai aroma vanilla ditubuhnya, namun hal tersebut yang membuatnya diremehkan oleh kelompoknya. Bahkan oleh ayahnya sendiri. Ia merasa tak berguna.

Namun mendengar perkataan Chan sedikit membuat perasaannya lebih baik. “Kau benar.” balas Hyunjin menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Chan. “Kau- sering ke Blattea?” tanyanya penasaran. Kekehan pelan tercipta dari Chan. “Kau alpha yang cerewet ternyata. Ya, Aku cukup sering ke sini.” Hyunjin mendengus sebal tak terima dikatakan cerewet oleh Chan. Ia meninju bahu alpha pack lawannya dengan kesal. “Sialan.” umpatnya, menghasilkan tawa puas dari Chan. Tinjuan Hyunjin tak terlalu berarti, mereka sama-sama alpha, tentu saja satu tinjuan seperti itu tak akan membuat tubuhnya remuk ataupun terluka.

Chan melirik Hyunjin yang tengah menatap hamparan luas lautan dibawah, Ia baru menyadari jika side profile Hyunjin terlihat indah ketika diterpa sinar jingga mentari. Hyunjin berubah kembali menjadi wujud serigalanya, “Aku harus segera kembali. Sampai nanti.” pamitnya melalui telepati yang segera diangguki oleh Chan. Maniknya memperhatikan bagaimana serigala perak itu berlari cepat ke dalam hutan dan menghilang di balik rimbunnya pepohonan.

“Menarik.”

Notes:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Notes:

mini dictionary;
¹Crescent: nama klan Hyunjin
²Scute: nama klan Chan
³Blattea: tebing perbatasan Terra Barat & Terra Timur

novellium ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang