Bunga terakhir, Camelia.
Chapter I : Lebaran pertama.
Kini aku telah beranjak dewasa dan kuliah semester dua di sebuah perguruan tinggi swasta di Bekasi. Pada awal semester satu aku sempat punya pacar tapi kandas di pertengahan jalan karena adanya orang ketiga.
Sebenarnya aku tidak sepenuhnya menjomblo karena aku punya beberapa teman dekat, bisa dibilang 'gebetan' tapi tidak ada niat untuk berpacaran. Lagipula menurutku, lebih enak menjomblo jadi bebas untuk melakukan apa saja.
"Ke rumah Tama yuk, Nan."1 Ucap Faris, salah satu temanku di kampung. Sudah lebih dari seminggu aku berada di kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga besar.
"Mau kesana gak?" Lanjutnya kembali tanpa menoleh padaku, ia sedang sibuk mengetikkan sesuatu di layar gawainya.
Aku menimang tawarannya, sebenarnya aku malas untuk keluar rumah karena sudah merasa posisi enak tiduran di sofa ruang tamu. Apalagi cuaca siang ini begitu panas.
"Mager dah. Lagian panas diluar." Keluhku.
"Ayolah, Nan. Lagian anak-anak lagi ada disana semua." Jelasnya kembali mencoba untuk terus membujukku.
"Loh emang lagi ada acara apaan?" Tanyaku penasaran, karena biasanya siang-siang begini teman-temanku masih tidur.
"Gatau, tapi ini ada si Camelia."
Camelia?
Siapa gerangan Camelia? Jujur saja aku tidak mengenal siapa itu Camelia karena teman-temanku di kampung rata-rata laki-laki. Jarang aku punya teman wanita di kampung.
"Camelia siapa dah?"
Faris menoleh, "Seriusan gatau?"
Aku menggeleng.
"Lo kira gue gede di kampung kali ya? Dari orok kan gue di Bogor." Aku mengingatkan Faris tentang asal usulku. Memang aku lahir di kampung, namun sejak sekolah dasar aku sudah pindah ke Bogor untuk ikut bersama kedua orang tuaku.
"Oh iya." Faris hanya cengar-cengir, kemudian memperlihatkan sebuah foto di ponselnya, "Noh si Camelia." Lanjutnya.
Aku melihat foto yang terpampang dari layar ponsel. Seseorang wanita berambut panjang, cantik dan tengah tersenyum sedang duduk di sebuah kursi. Ada juga beberapa temanku disana. Ah iya, dari fotonya bisa kutebak jika mereka sedang berkumpul di rumah Tama.
"Kok lo ada fotonya, kayaknya foto barusan ya?" Tanyaku.
"Buka grup makanya! Jangan maenan game mulu!" Jawabnya sembari mengertak kepalaku.
"Yaudah ayok kesana." Ucapku lalu berdiri dan mengambil kunci motor, tak lupa juga memakai jaket untuk menutupi tubuhku dari sengatnya sinar matahari.
*****
Satu menit kemudian kami sudah berada di rumah Tama, beberapa motor telah terparkir di halaman rumahnya yang luas. Riuh suara terdengar dari dalam, heboh sekali mereka, pikirku.
"Assalamualaikum...."
Begitu masuk rumah, aku menyapa teman-temanku dan tak lupa untuk bersalaman dengan wanita yang tadi aku lihat di foto. Setelah itu aku duduk di sebelah Bagas yang bersebrangan tempat duduk dengan wanita tersebut.
Mereka, teman-temanku dan Camelia kembali melanjutkan pembicaraan yang sebelumnya tertunda karena kedatanganku. Awalnya aku ikut menimbrung obrolan mereka. Aku tidak sedang mencari perhatiannya, namun lebih ke arah ingin menambah teman baru.
Kesan pertama yang aku dapat adalah rasa ketidaksukaan Camelia terhadaku, sebab ia berperilaku seolah-olah cuek dan tak menganggap aku ada. Entah itu hanya perasaanku saja atau memang dia tidak tertarik berteman denganku?
![](https://img.wattpad.com/cover/224529148-288-k90973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga terakhir, Camelia
Romance[Based on true story] "Kalo gue boleh milih itu udah pasti lo!" Camelia menyenderkan kepalanya di bahuku. "Andai aja gue belom dilamar sama dia, gue pasti masih menunggu sampai lo siap." Lanjutnya. "Iya gue percaya." Sahutku sembari membelai surai h...