Bunga terakhir, Camelia.
Chapter IV : Am I?
Semenjak pertemuan perdana malam minggu kemarin, aku semakin dekat dengan Camelia. Hampir setiap waktu kita saling berkomunikasi satu sama lain, berkirim pesan mulai dari kegiatan sehari-hari hingga sesuatu hal yang tidak penting sekaligus.
Entahlah, aku hanya merasa cocok dengannya. Camelia tidak seperti wanita kebanyakan yang pernah ku temui, ia sungguh sangat berbeda. Tidak ada canggung diantara kita walaupun aku baru mengenalnya belum genap sebulan. Sampai pada akhirnya tibalah hari dimana aku melihat hal darinya yang dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia.
Sore itu aku masih berada di kampus, sebenarnya jam pelajaranku telah usai sedari siang namun aku malas untuk pulang ke rumah, sehingga aku mengirimkan pesan pada Camelia dan menanyakan keberadaannya.
Setelah sepakat untuk bertemu, aku pergi ke sebuah café yang berada tidak jauh dari tempatku berkuliah, Camelia sudah menungguku disana. Dari kejauhan, kulihat ia tidak sendiri melainkan bersama seorang wanita disebelahnya.
"Udah lama?" Tanyaku begitu sampai di meja yang ditempatinya. Camelia memilih tempat yang di lantai dua dan berada di luar bangunan, lebih tepatnya di bagian balkon.
"Barusan aja kok, Nan." Jawabnya sembari memperbaiki posisi duduk. "Oh iya, dia sahabat gue sejak SMP, namanya Dinda." Lanjut Camelia menunjuk temannya.
"Gue Kennan." Aku menjulurkan tangan pada seseorang yang tidak kalah cantik dari Camelia.
"Dinda." Jawab Dinda menerima uluran tanganku.
Mataku membulat tatkala melihat sebuah rokok putih1 yang tergeletak di atas meja, membuatku berfikir siapa gerangan yang merokok?
Apakah Camelia dan Dinda datang bersama teman laki-lakinya? Batinku.
Memang sejak aku masuk ke ruangan ini, bau rokok sudah tercium oleh hidungku. Tidak begitu mengherankan karena ruangan ini bebas rokok, tidak seperti bagian dalam bangunan yang ber-AC.
Lamunanku terhenti saat melihat Dinda mengambil satu batang dan menyulutnya. Camelia bermain mata dengan Dinda ketika Dinda memberikan bungkus rokok itu kepadanya. Camelia meliriku sekilas dan meringis lalu kembali melihat sahabatnya dan melototinya.
Aku yang melihat kode antar wanita itu tertawa dalam hati kemudian tersenyum, "Ngerokok aja, Mel. Gue tau lo ngerokok kok." Ucapku. Camelia hanya termangu mendengar ucapanku, seakan ia bertanya bagaimana aku bisa tahu.
Sebenarnya aku tidak tahu jika Camelia merokok sebelumnya tetapi aku melihat sebuah benda yang berada di dalam tas miliknya yang terbuka.
Aku menunjuk tasnya, "Itu lo ada rokok, rasa blueberry lagi."
Beberapa teman wanita di kampusku juga ada yang perokok, makanya aku tidak heran saat melihat Dinda merokok. Toh, di luar sana juga banyak wanita yang merokok, kan?
"Iya, Mel. Selow aja sih, udah dapet lampu hijau noh." Celetuk Dinda.
"Gak ngerokok?" Tanyaku begitu melihat Camelia hanya diam, mungkin ia sedang menimang-nimang perkataanku.
Aku mengambil rokok miliknya yang berada di dalam tas, lalu menyulutnya satu batang dan memberikan kepada Camelia, "Nih!" Ucapku sembari menyodorkan putung rokok tersebut.
"Selow aja, Mel. Temen cewek gue banyak yang ngerokok kok, jadi gue udah enggak heran." Lanjutku kembali karena Camelia masih tidak bergeming dari diamnya.
"Iya, gausah sok jaim elah!" Kali ini Dinda ikut berkomentar, memanas-manasi Camelia.
Camelia mengambil rokok yang berada di tanganku dan saat itulah aku pertama kali melihatnya merokok. Sebenarnya aku sedikit kecewa ketika mengetahui Camelia merokok namun tidak ku pedulikan, anggap saja aku masih penasaran dengan sosoknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/224529148-288-k90973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga terakhir, Camelia
Romance[Based on true story] "Kalo gue boleh milih itu udah pasti lo!" Camelia menyenderkan kepalanya di bahuku. "Andai aja gue belom dilamar sama dia, gue pasti masih menunggu sampai lo siap." Lanjutnya. "Iya gue percaya." Sahutku sembari membelai surai h...