V. Past

51 10 0
                                    

Bunga terakhir, Camelia.

Chapter V : Masa lalu

Jam pelajaranku telah usai, namun seperti biasa aku masih betah nongkrong di teras gedung fakultasku. Keadaan sekitar sudah mulai sepi, mengingat kini sudah hampir waktu magrib. Teman-temanku saja sudah pulang sejak setengah jam yang lalu.

"Nan!"

Sebuah teriakan yang tidak begitu keras terdengar, aku mendongak dan dari kejauhan kudapati Camelia sedang berjalan menuju ke arahku.

Eh, kok dia ada disini, batinku.

"Lo kok disini?" Tanyaku begitu ia sampai di depanku.

"Lah? Gak boleh ya?" Camelia balik bertanya, kemudian ia duduk di sebelahku mengambil air mineral milikku dan meneguknya hingga habis.

"Boleh sih, tapi kok lo bisa tau gue ada disini?"

"Status lo."

Oh pantas saja ia mengetahui dari statusku yang aku unggah beberapa menit yang lalu.

"Lo kenapa belom balik?"Lagi Camelia bertanya.

"Males balik, Mel."

"Deh, kebiasaan lo ya." Ucapnya. Aku hanya nyengir saat ia sudah tahu kebiasaanku yang malas untuk langsung pulang ke rumah begitu perkuliahan selesai. 

"Itu dia siapa, Nan?" Tanyanya lagi sembari menunjuk ponselku.

Aku melihat layar gawaiku, terpampang sebuah foto seseorang dari masa laluku, "Ngopi yuk, nanti gue ceritain siapa dia." Ajakku menarik tangannya dan pergi.

*****

"Jadi dia siapa?" Tanya Camelia begitu sampai di dalam sebuah café yang tidak begitu ramai.

Aku sedikit ragu untuk bercerita, masalahnya itu adalah sebuah kisah yang aku simpan rapat-rapat dan hanya aku dan teman-teman tongkronganku saja yang tahu. Tapi apakah kini harus ada orang lain yang mengetahui rahasia terbesarku selain teman-temanku terdekatku di SMA?

Tapi aku juga berfikir, cepat atau lambat aku pasti butuh seseorang untuk mendengarkan kisahku, tentang masa laluku yang mungkin menurut sebagian orang tidak wajar. Aku saja dulu selalu mengelaknya.

Aku menatap Camelia dan tersenyum, "Jadi dia itu Mawar."

"Mawar yang waktu itu pernah lo bilang?"

Aku mengangguk, "Jadi... Gini ceritanya." Aku menghela nafas dalam, "Dulu gue waktu SMA punya beberapa temen deket, bisa dibilang kita itu satu geng."

"Setiap pulang sekolah kita pasti nongkrong dulu di salah satu rumah temen gue. Selain rumahnya paling deket sama sekolah, rumahnya itu juga deket lapangan bulu tangkis, disana ada balai warga dan warung."

Ceritaku terhenti saat seorang pelayan memberikan pesanan kami berdua, tak lupa aku dan Camelia mengucapkan terimakasih padanya.

"Terusin ceritanya!" Titah Camelia begitu pelayan tersebut pergi.

Aku berdecak, "Ck, sabar napa. Cerita sambil ngerokok dan ngopi itu enak." Jawabku sembari mengambil satu putung rokok dan menyulutnya. Camelia juga ikut-ikutan.

"Jadi gue nongkrong di rumah temen gue, kadang di balai warga atau di warung deket lapangan, tergantung sama mood kita aja. Nah karena keseringan nongkrong disana, otomatis kita kenal sama beberapa tetangganya temen gue itu, salah satunya si Mawar."

Aku memberi jeda sebentar, menyeruput kopi hitam pahit kesukaanku. Sementara Camelia terus mendengarkan semua ceritaku.

"Semenjak itu Mawar jadi sering ikut nongkrong bareng kita dan lama-lama gue jadi deket sama dia. Mawar itu perhatian sama gue, kayak dia itu ngasih semua yang gue butuhkan pada saat itu, perhatian sih yang paling penting."

Bunga terakhir, CameliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang