Chapter 16.

536 33 0
                                    

Selamat membaca 😊🙏
Chapter ini aku persembahkan untuk kalian yang udah vote 🙏😊.
Terimakasih karna kalian dengan berbaik hati memberikan aku vote 😊🙏. Yang belum vote ttep bisa baca ko 😊

•••
Muhamad Anwar•

Subhanalloh...

Subhanalloh...

Subhanalloh...

Mulutku tak henti-hentinya bertasbih. Semua karna Alloh, semua kehendak Alloh. Masya alloh rasa bahagia ini belum juga hilang dari hati ini. Dua puluh sembilan hari lagi aku akan menyandang sebagai seorang suami.

Akan ada tanggung jawab baru yang harus aku tanggung nanti diakhirat. Jangan tanyakan perasaanku tentang itu, jika menyangkut akhirat rasanya merinding takut-takut aku gagal.

Setelah selesai solat duha aku langsung pergi ke dapur mencari sarapan. Karna dari dulu emang gak pernah sarapan nasi, sebagai gantinya aku selalu minum kopi.

"Anwar gimana udah nanya sama Icha soal mahar?" tanya Ibu. Aku mengambil segelas kopi yang sudah aku seduh lalu duduk di samping ibu. "Icha belum kasih tau" jawabku seadanya "kalo dari sekarang kan kamu bisa persiapin" tutur Ibu.

Aku paling gak bisa bantah ibu jadi langsung saja aku mengambil ponsel yang ada di saku celana. Mencari nama Habiby disana, setelah dapat aku langsung menelponnya.

"Assalamu'alaikum"

Duh ko suaranya lembut gitu ya? Biasanya makan apa sih? Masa ia makan kapas?.

"Akhmmm waalaikumussalam" jawab ku dengan suara gugup. Loh ko aku jadi gugup? Kalo sama Icha tuh ko bawaanya gugup.

"Ada apa?" tanyanya langsung. LANGSUNG gak ada basa-basinya sama sekali.

"Eh iya mau nanya soal mahar. Jadi apa?" jawabku sekalian bertanya.

"Oh itu, jadi mau tau sekaranga?"

"Iyalah Bii masa taun depan, aneh aja"

"Hehehe" eh? Dia malah ketawa.

"Jadi apa? Soalnya ibu udah nanyain"

"Mmm aku kirim deh fotonya ke WA yah?"

"Oh ada contonya ya?"

"Iya"

"Harus sama persis sama yang di foto?"

"Kalo ada sih iya. Kalo gak ada gak papa yang lain aja?"

"Emang apa sih de?"

"Nati aja kaka liat sendiri"

"Oke, kaka tutup ya?"

"Iya"

Aku langsung mematikan panggilan telfonnya,lalu menyimpan ponselku di atas meja. Ibu memandangku penuh tanya "katanya nanti dikirimin  fotonya lewat WA" Ibu mengangguk "ibu ke dapur dulu yah" pamit ibu. Aku pun mengangguk.

Annisa Dan Anwar *Cinta Dari Pesantren*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang