29. End

410 33 10
                                    

Enam bulan berlalu ...

Enam bulan terakhir ini Anwar benar-benar disibukan dengan pekerjaannya mengurusi tokonya. Anwar masih mengajar para santri dimalam hari. Kegiatannya masih sama namun tamggung jawabnya sudah berberda.

Akhir-akhir ini Anwar di sibukkan dengan pembangunan rumahnya untuk sang istri. Semuanya sudah selesai rumah dengan ukuran sedang satu ruang tamu, ruang nonton tv dua kamar dan dapur dan Anwar tidak lupa menanam banya bunga di halaman rumahnya karena Icha menyukai bunga.

Rumahnya tepat bersebelahan dengan sang Ibu. Anwar sudah pindah ke rumah barunya itu, meski pun sang ibu memohon agar Anwar tetap tinggal bersamanya namun dengan halus Anwar menolak.

Hubungannya dengan Icha baik-baik saja mereka masih bertukar kabar, bertukar cerita. Namun, Anwar atau pun Icha belum pernah bertemu selama enam bulan terakhir ini.

Anwar sangat senang kala mendengar kabar Icha sudah semakin membaik, Anwar juga tidak pernah lupa dengan kewajibannya menafkahi sang Istri.

•••

Icha tersenyum bahagia kala sang dokter mengatakan bahwa Icha sudah sembuh total. Enam bulan perjuangannya untuk bisa berjalan normal kembali kini sudah berakhir. Icha sudah bisa berjalan, berlari seperti sedia kala.

Sang mamah yang mendengar kabar itu pum tak kalah bahagianya dengan Icha.

"Mah, kalo besok aku nemuin ka Anwar gimana?" tanya Icha.

"Bagus dong. Mamah nanti kabari Anwar biar dia jemput".

"Jangan dong mah, Icha aja yang datang ke rumah Ka Anwar. Kan biar kejutan"

Mamah Icha tersenyum tipis "terserah kamu lah".

"Ini makan dulu. Kamu harus minum obat terakhirmu itu" Mamah Icha menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan lauknya.

"Makasih mah"

"Iya"

•••

"Mah makasih banyak, mamah udah sabar ngurusin aku" ucap Icha dengan tulus.

"Kamu itu ngomong apa sih Cha. Kamu kan anaknya mamah" tangan sang mamah mengusap lembut puncak kepala Icha.

"Icha masih aja banyak nyusahin mamah sama Ayah" jujur Icha.

"Nggak papa. Anak kan biasanya gitu" Canda Mamah Icha.

Tentu saja Icha sangat kesal dengan ucapan mamahnya itu "Icha serius mah" katanya jengkel.

Mamah Icha berdecak pelan "Mamah juga serius Icha".

"Terserah mamahlah" pasrah Icha akhirnya.

"Sini deh mamah peluk" tanwar mamah Icha.

Icha pun mendekat lalu memeluk tubuh sang mamah dengan erat. Tangan Mamah icha mengusap punggung anaknya lembut "Mamah nggak ngerasa direpotin sama Icha. Mamah seneng dibalik kecelakaan kamu ada hikmahnya. Mamah jadi punya waktu lebih buat sama kamu" tutur mamah Icha lembut.

"Mamaaahhh... Icha nggak kemana-mana ko. Cuma pindah rumah aja"

"Iya, itu maksud mamah. Kalo kamu pindah rumah kan kita jadi jarang ketemu".

Annisa Dan Anwar *Cinta Dari Pesantren*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang