18.

486 28 2
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa votenya 😉

•••

Merenung. Itulah yang dilakukan Anwar kali ini. Entah apa yang membuat dirinya gusar,sampai-sampai harus merenungkan apa yang ada dipikirannya. Sesekali Anwar menghembuskan nafas frustasinya,menyugar rambutnya kebelakang.

Terdengar suara pintu diketuk dari luar, Anwar bangkit dari tempatnya duduk,berjalan kearah pintu lalu membukanya. Nampaklah perempuan paruh baya yaitu ibunya. Awalnya Anwar tampak bingung dengan kedatangan sang ibu.

"Boleh ibu masuk?" tanya Ibu Anwar dengan nada ragu.

"Boleh bu,ayo" ajak Anwar. Anwar kembali menutup pintu kamarnya,lalu menghampiri sang ibu yang sudah duduk di tepian ranjang,Anwar pun ikut duduk di sampingnya.

"Ibu mau tanya sama kamu" Anwar menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Mau tanya apa bu?"

"Dari kemarin Ibu lihat ko kayanya kamu itu melamun terus. Ada apa?" tanya sang Ibu lembut.

Benar, Anwar tau akan hal itu dan apa yang di rasakan ibunya benar akhir-akhir ini Anwar lebih sering diam dan melamun. Anwar menghembuskan nafas beratnya, ditatap sang ibu yang kini sedang menatap lembut sang anak.

"Ibu menurut ibu mahar yang mahal itu bagaimana?" tanya Anwar.

"Maksudnya Anwar?" tanya balik ibu karena tak mengerti dengan jawaban putranya. Anwar tak menjawab ia langsung menunduk.

"Icha minta Anwar mahar yang mahal?" tebak Sang Ibu. Anwar hanya bisa mengangguk.

Ibunya hanya tersenyum penuh dengan kelembutan, "memangnya Icha minta apa?" Anwar mendongak melihat sang ibu "Icha minta kalung emas putih. Masalahnya harganya mahal bu" jawab Anwar jujur.

"Anwar ada uang buat beli?" Anwar mengangguk menjawab pertanyaan ibunya.

"Lalu apa lagi kalau Anwar mampu?"

"Ibu gak marah kalo Anwar beli kalung itu buat Icha?" Ibu Anwar tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Menurut ibu,mahar yang diminta calon istrimu itu wajar. Atau mungkin dia nggak tau harganya, kalau kamu mampu beli kenapa gak dibelikan? Uangkan bisa dicari lagi. Mahar untuk calon istri itu satu kali seumur hidup. Akan tercatat di buku nikah kalian berdua. Jadi gak masalah kalo Anwar belikan Icha kalung itu walau harganya  mahal" jelas sang ibu.

Anwar tersenyum menatap ibunya "jadi nggak masalah kalo Anwar beli mahar Icha kalung itu?" tanya Anwar dengan mata berbinarnya.

"Ibu rasa kamu lebih tau jawabannya"

Ya,Anwar memang tau jawabannya tapi hatinya ragu dengan tanggapan sang ibu. Setelah mendengar apa yang dilontarkan ibunya hatinya menghangat,seakan ada cahaya yang masuk kedalam hatinya yang mulai meredup.

"Jadi? Sekarang masalah putra ibu sudah terselsaikan?" goda Ibu Anwar.

Anwar mengangguk "terima kasih bu"
Anwar langsung memeluk ibunya dengan erat. Tangan sang Ibu terulur menyentuh rambut putranya dengan lembut syarat akan kasih sayang dan cinta seorang ibu untuk putra semata wayangnya.

Anwar mengurai pelukan dengan ibunya "Ibu bikinin kopi buat bapak mu dulu yah"  Anwar mengangguk.

Setelah kepergian sang Ibu Anwar mengambil ponselnya yang sedari tadi ia simpan didalam saku celana. Anwar mulai mencari toko perhiasan online yang dulu pernah ia cari bersama Raka. Setelah mendapatkan apa yang di cari Anwar mulai menelusuri foto-foto perhiasan.

Annisa Dan Anwar *Cinta Dari Pesantren*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang