TAMU TAK DIUNDANG

635 66 23
                                    

Rara memasuki kamar Jirayut seraya membawakan nampan berisi roti lapis dan segelas susu. Sesampainya di rumah kemarin malam, saudara kembarnya itu lagsung tertidur pulas dikamarnya. Rara cukup lega karena Jirayut tidak sampai mengalami demam karena jika itu terjadi dia tidak bisa membayangkan betapa marahnya sang papa pada dirinya.

"Hah, cepat sembuh Jiya.. aku rindu celotehmu.."gumam Rara lirih seraya mengusap wajah tampan Jirayut.

Terdengar lenguhan lirih dari bibir Jirayut, Rara tersenyum senang melihat saudaranya sudah bangun dari tidur pulasnya.

"Selamat pagi Jiya.."salam Rara.

Jirayut tersenyum melihat wajah adik kembarnya di kali pertama dia membuka mata pagi ini. Dia menyingkap selimutnya, bangkit dan mencium kening Rara sekilas lalu kembali berbaring.

"Selamat pagi juga ginger.."balas Jirayut.

"Sudah enakan badannya?"tanya Rara.

"Jauh lebih baik.. maaf ya ngerepotin kamu.."ucap Jirayut.

"Nggak masalah, ini kan juga salahku.. maaf aku ninggalin kamu tanpa pamit, kamu tau kan aku sangat suka memiliki teman dari luar negeri dan kemarin.."

Perkataan Rara tertahan oleh telunjuk Jirayut yang menempel di bibirnya.

"Sudahlah, aku memang ingin mendengar penjelasan tapi tidak sekarang, pagi ini terlalu indah untuk diawali dengan sebuah penjelasan.."ucap Jirayut

"Maaf.."beo Rara tertunduk.

Jirayut kesal harus melihat wajah murung Rara di pagi hari. Dia pun menarik tangan Rara untuk ikut berbaring dengannya, diciuminya puncak kepala Rara dengan penuh kasih sayang.

"Aku cuma khawatir Ra, kita belum kenal betul dengan dia, wajarkan kalo aku kesal?"

Rara mengangguk dalam diam, dia semakin menenggelamkan wajahnya kedalam pelukan Jirayut.

"Aku tidak melarangmu memiliki teman darimanapun tapi kita tetap harus waspada apalagi beberapa bulan lalu kita baru saja melewati masa yang sangat sulit.."

"Iya, Yaya ingat.. maaf ya Jiya.. lain kali janji akan pamit dulu sama Jiya.."ucap Rara.

Jirayut mengusap lembut kepala Rara sampai dia merasakan tubuh adiknya semakin ringan. Jirayut mengintip sekilas dan ternyata adiknya itu jatuh tertidur dengan gaya khasnya, ibu jari di dalam mulut.

"Dasar empeng.. tidur yang nyenyak Yaya.."ucap Jirayut.

Jirayut membingkai tubuh kungil Rara dengan tangannya dan ikut kembali terlelap ke alam mimpi.

***

Fildan duduk termenung di teras rumah Lesti sembari menggenggan erat liontin yang semalam dia temukan. Jika ada yang bertanya kenapa pagi-pagi Fildan sudah berada di rumah Lesti, itu karena semalam perempuan manis itu merajuk pada Fildan yang tiba-tiba pulang tanpa memberitahunya. Fildan yang merasa bersalahpun akhirnya menuju rumah Lesti namun sang kekasih masih marah dan tak mau menemuinya. Tenang, Fildan tidak dikunci diluar dia hanya tidak dibukakan pintu kamar, eh.

Dua bulan menjalin kasih dan sudah mendapat restu dari kedua orang mereka membuat Fildan 'sedikit' bebas keluar masuk rumah Lesti. Bahkan dia memiliki beberapa kunci cadangan rumah Lesti termasuk kamar sang kekasih namun dia tak berniat membuka pintu itu semalam dan membiarkan kekasihnya larut dalam kesendiriannya.

CHUP!

Sebuah kecupan mendarat dipipi Fildan membuat dia sedikit tersentak kaget. Ditolehnya si pelaku yang kini hanya tersenyum sangat lebar. Fildan merentangkan tangannya dan secepat kilat tubuh mungil kekasihnya sudah berada dalam pangkuannya.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang