MURID BARU

208 36 6
                                    

Awal tahun ajaran baru telah di mulai, Rara dan Jirayut kini telah duduk di bangku kelas 3. Tak terasa waktu cepat berlalu, setahun kebelakang banyak sekali moment yang sulit dilupakan oleh keduanya. Dan moment yang paling membuat mereka sangat-sangat bahagia adalah ketika mereka bisa secara terang-terangan mendapatkan Fildan sebagai kakak mereka. Sejak kecil mereka tak pernah mengenal sosok Fildan sampai pada saat dimana kakek mereka mengumpulkan semua calon pewaris perusahaan.

Meski banyak kejadian menegangkan yang datang secara bersamaan, tapi mereka tetap senang karena Fildan selalu ada disaat mereka membutuhkan pertolongan. Selain pertemuan mereka dengan Fildan, masih banyak kebahagiaan-kebahagiaan lainnya yang juga turut berdatangan di keluarga besar mereka. Seperti pernikahan tiga kakak sepupu mereka yang hanya berjarak bulan.

Sebagai cucu paling kecil dan selalu menerima perlakuan istimewa dari kakak-kakaknya. Rasa kehilangan kadang menghinggapi perasaan mereka karena kini mereka bukanlah prioritas utama bagi kakak mereka yang telah memiliki pasangan. Walau banyak orang baru mereka temui dan memberikan warna baru dikehidupan mereka tapi tetap saja kehampaan itu ada.

"Ra, nanti pulang sekolah sendiri nggak papa, Jiya harus ke kantor kak Fildan.."tanya Jirayut.

Rara menatap kembarannya dengan puppy eyes andalannya.

"Nggak bisa Ra, nanti ada meeting.."tegas Jirayut yabg mengerti keinginan Rara.

"Janji deh nggak bikin ribut.."ucap Rara seraya mengangkat dua jarinya.

"Terakhir kali kamu juga bilang gitu tapi ternyata..."

"Yang ini beneran, Yaya janji nggak bikin ribut.. boleh ya, ya.."

Rara terus merengek agar diijinkan ikut Jirayut ke kantor. Sebenarnya dia juga tidak tau harus berbuat apa jika ikut karena dia sama sekali tidak tertarik dengan dunia bisnis. Tapi rasanya bosan juga jika harus di rumah sendiri terlebih jika ada orang tua terutama papa-nya di rumah. Jujur saja, Rara selalu menghindari berada satu ruangan hanya berdua dengan papa-nya. Dia selalu merasa tak nyaman jika hal tersebut terjadi. Seolah ada sesuatu yang tidak dia ketahui dan tertutupi dengan rapi hingga membuat dadanya sesak tak berarti.

"Lihat nanti saja, atau coba kamu minta langsung sama kak Fildan kalau berani.."putus Jirayut seraya memberikan pilihan.

Ujung bibir Jirayut sedikit terangkat ketika melihat ekspresi Rara yang langsung menciut saat dia membicarakan kakak sepupu mereka. Sebenarnya kakak sepupunya itu sangat sabar menghadapi kelakuan Rara dan tak jarang menunda meetingnya beberapa saat hanya untuk menuruti keinginan Rara. Tapi justru sikapnya tersebut membuat Rara tak enak hati. Berdasarkan curahan Rara pada Jirayut, gadis itu malah ingin sekali Fildan memarahinya dan memintanya untuk diam dan menjaga sikap tapi kenyataan justru sebaliknya.

"Yaya bingung deh, kak Fildan tuh manusia apa malaikat sih.. kenapa nggak pernah marah?"gerutu Rara kepada Rani saat dia berkunjung ke kafe setelah berhasil membuat keributan lagi di kantor kakaknya.

Rani tersenyum tipis melihat tingkah ABG dihadapannya itu.

"Dia manusia kok tapi hatinya terbagi jadi malaikat dan iblis.."sahut Rani seraya meletakkan semangkok es krim kesukaan Rara.

"Iblis darimananya coba, murah senyum dan ngk pernah marah gitu.. yah walau Yaya pernah liat tatapan tajamnya beberapa kali..."jawab Rara.

"Nona belum tau saja kalau Fildan marah..."ucap Rani yang langsung membuatnya teringat kejadian dimana Fildan menghajar habis-habisan mantan dari sahabat mereka yang bejat.

Rara menatap Rani dengan penuh selidik membuat gadis berambut panjang itu terusik dan tulidak fokus pada pekerjaannya. Rani menyerahkan tugasnya pada pekerja yang lain lalu duduk di kursi sebelah Rara.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang