PEMUDA ASING

289 51 19
                                    

Jirayut mendudukkan pantatnya di sofa ruang kerja kakak sepupunya dengan wajah cemberut. Tangannya menyilang di depan dada, matanya memandang lurus keluar jendela kaca besar. Si empunya ruangan sangat bingung melihat adiknya yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan dan langsung menerobos ruangannya.

Melihat ekspresi sang adik, dia berpikir jika adiknya itu sedang kesal tapi entah karena apa. Dia juga tidak mau langsung bertanya karena takut akan mendapat celoteh panjang. Jadi dia membiarkan emosinya reda dan berbicara sendiri tanpa di minta.

"Jiya kesal sama Yaya.."

Nah kan,

Pemuda yang baru saja menginjak usia duapuluh tahun itu tersenyum tipis dari balik meja kerjanya saat melihat sang adik yang akhirnya angkat bicara.

"Ada apa?"tanyanya Lembut.

"Yaya tadi di sekolah ngeselin kak, masa' dia nyuekin Jiya dan malah asyik sama cowok Filipina itu.."adu Jirayut.

"Cowok  Filipina?"

"Lotus itu organisasi mafia besar di Filipina.."

Mendengar kata Filipina membuat antusiasme dan kewaspadaan pemuda itu bertambah. Dia bangkit dan menghampiri adiknya untuk mendengar cerita yang lebih jauh tentang cowok Filipina yang dia maksudkan.

"Kak Fildan kok malah ikutan Yaya sih, ngefans sama cowok Filipina itu!"gerutu Jirayut.

"Kakak bukan ngefans, kakak cuma pengen tau siapa-siapa aja yang lagi deket sama adik-adik kakak.."ucap Fildan.

Fildan mengamati gestur ketidaksukaan diwajah Jirayut, terlihat adik sepupunya itu sangat tidak suka dengan pembahasan mereka. Fildan memutar otaknya untuk mencari cara agar kekesalan sang adik segera hilang.

"Jiya, mau makan es krim bersama?"tawar Fildan.

Raut sumringah terlihat jelas diwajah Jirayut, dia menatap dengan binar wajah Fildan dan bergegas bangkit seraya menarik tangan Fildan untuk bergegas ke kedai es krim favorit mereka.

"Tunggu Jiya, aku bereskan dulu berkasku.."ucap Fildan menahan pergerakan Jirayut.

"Waktumu lima menit untuk bersiap kak.."sahut Jirayut lalu keluar meninggalkan ruangan Fildan. 

"Yak, disini aku yang jadi presdir Jiyaa.."teriak Fildan kesal.

Fildan menghela nafas berat lalu membereskan beberapa berkasnya yang masih berserakan di meja dan menghubungi sekretarisnya untuk mempersiapkan mobil.

"Pemuda itu.. apa maksudnya tiba-tiba muncul di sekolah si kembar?"batin Fildan.

Liontin yang ditemukan Fildan kemarin kini telah bertengger dengan indah di leher jenjang Fildan, tersembunyi rapi dibalik kemeja yang dipakainya. entah sampai kapan Fildan akan memakainya tapi jika memang benar liontin itu milik salah satu anggota mafia terkejam dunia, maka dia tidak akan membiarkan orang tersebut menyentuh keluarganya.

***

Rara nampak canggung pada latihannya kali ini di sanggar, bukan karena dia tidak bisa melakukan setiap gerakan yang diajarkan oleh guru tarinya tapi karena ada pemuda asing yang menemaninya berlatih -lebih tepatnya menonton Rara berlatih. Suara tepuk tangan yang sangat nyaring selalu terdengar setiap Rara berhasil melakukan gerakannya dan itu sangat membuatnya malu karena semua orang jadi mempehatikannya.

"Astaga, dia lebih berisik daripada kak Fildan.."batin Rara.

Ada sedikit penyesalan dibenak Rara kenapa tadi mengijinkan pemuda yang tiba-tiba datang ke sekolahnya itu untuk ikut menemaninya berlatih teater di sanggar dan lebih bodohnya lagi dia mengijinkan kembarannya untuk pulang terlebih dahulu membiarkannya sendirian.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang