“Wahai hati…, jadilah semurni air yang mengalir dalam surga milik Allah!.”
“Bagaimana caranya agar aku bisa menjadi semurni air yang mengalir di surga milik Allah?.”
“Berhentilah menginginkan apa yang orang lain miliki, berhentilah menjelek-jelekan orang lain, dan berhentilah mengumpat akan keberhasilan orang lain! Karena sesungguhnya Allah hanya mencintai hamba-hamba-Nya yang berserah diri.”* * *
HANYA DIAM
Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi ketika bel pergantian mata pelajaran bergema di seluruh lorong-lorong Madrasah. Pak Rahmat memasuki Kelas Unggulan yang berisi lima belas orang terpilih di kelas satu. Mereka – siswa dan siswi – menyambut kedatangan Guru Al-Qur’an dan Hadits itu dengan penuh suka cita.
“Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh anak-anak,” sapa Pak Rahmat.
“Wa’alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh,” jawab semuanya serempak.
“Bagaimana kabar kalian semua hari ini? Apakah masih bersemangat?,” tanya Pak Rahmat seraya tersenyum.
“Alhamdulillah Pak.”
“Baiklah, kita akan memulai pelajaran hari ini. Bagi yang pernah belajar di Madrasah Tsanawiyah, mata pelajaran Al-Qur’an Hadits mungkin sudah sangat tidak asing lagi di telinga kalian. Namun bagi yang berasal dari SMP Negeri ataupun SMP swasta, mata pelajaran ini pasti terasa asing. Maka dari itu, saya tidak akan langsung memberikan materi kepada kalian semua, namun akan memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang mata pelajaran ini. Bagi yang ingin mencatat, silahkan catat. Bagi yang merasa tidak perlu mencatat silahkan mendengarkan saja,” ujar Pak Rahmat.
Semua siswa dan siswi memperhatikan dengan seksama, beberapa di antara mereka pun mempersiapkan buku catatan dan alat tulis. Pak Rahmat pun bangkit dari kursinya dan berjalan perlahan ke tengah-tengah kelas dengan santai.
“Al-Qur’an dan Hadits…, dua hal ini adalah dasar dalam Agama Islam yang menjadi pegangan bagi umat muslim agar selalu berada di jalan Allah. Pengertian Al-Qur’an menurut para ulama dalam bidang ilmu ini telah mendefinisikan Al-Qur’an menurut pemahaman mereka masing-masing, baik secara etimologi maupun terminologi. Secara etimologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan Al-Qur’an*. Ada yang tahu ada berapa pendapat pengertian Al-Qur’an secara etimologi?,” tanya Pak Rahmat seraya menatap seluruh wajah siswa dan siswi di kelas unggulan itu.
Seseorang yang duduk paling belakang pun mengangkat tangannya. Pak Rahmat tersenyum antusias.
“Ya kamu yang di belakang, silahkan jawab,” ujar Pak Rahmat.
Semua mata berbalik ke arah belakang dan menatap orang itu.
“Pengertian Al-Qur’an menurut etimologi terbagi menjadi lima,” jawabnya.
“Sebutkan salah satunya dan jelaskan secara detail,” tantang Pak Rahmat.
“Menurut al-Lihyany dan segolongan ulama lain kata Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja atau fi’il dalam bahasa arab, qara’a artinya membaca, dengan perubahan bentuk kata atau tasrif yaitu qara’a – yuqra’u – qur’anaa. Dari tasrif tersebut, kata qur’anaa artinya bacaan yang bermakna isim maf’ul yaitu maqru’u, artinya yang dibaca. Karena al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan untuk kitab suci yang diturunkan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Pendapat ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an surat Al-Qiyamah ayat tujuh belas dan delapan belas, inna ‘alainaa jam’ahuu wa qur’aanah. Fa idza qoro’naahu fattabi’ qur’aanah**,” jelasnya dengan lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mujahid
SpiritualMeski jauh, aku akan terus mengejarmu Meski sulit, aku akan berusaha menggapaimu Meski sakit, aku akan tetap bertahan untukmu *** Sebuah ideologi yang berbeda menjadi tembok penghalang antara dirinya dan orang lain. Mampukah ia melewati semua aral y...