Batu keras di bawah tungkai keladi, riak-riak air di muka dipan
Elok paras tak elok budi, sia-sia segala pengharapan* * *
MEMPERTANYAKAN DIRI SENDIRI
Duduk terdiam di sudut belakang perpustakaan untuk merenung adalah hal yang selalu dipilih oleh Aris ketika dirinya sedang banyak masalah. Berusaha membaca sesuatu, namun pikirannya selalu melayang kemana-mana memikirkan sebuah penyelesaian yang tak kunjung ia dapatkan. Hatinya kembali diterpa rasa gelisah dan terbebani setelah kejadian kemarin di depan Masjid Madrasah.
“Mau sampai kapan kamu begini terus Akh? Bukankah kamu sendiri sudah tahu, bahwa Adam memang penyebab keributan kemarin? Apakah kamu masih mau terus menyalahkan dirimu sendiri atas keburukannya?,” tanya Fajar.
Aris tetap terdiam.
“Akh Aris…, Allah tidak menyukai hamba-Nya yang selalu menyalahkan diri sendiri, jadi tolonglah Akh, berhenti menyalahkan dirimu atas apa yang menimpa Adam,” pinta Harun.
“Adam mungkin saat ini hanya bisa mengutuki dirinya sendiri, karena perbuatannya itu sudah membuat dia di skors selama dua minggu,” tambah Saiful.
“Bukan itu yang sedang saya pikirkan Akh…,” ujar Aris, pada akhirnya.
“Lalu apa yang kamu pikirkan sejak kemarin hingga selalu membuatmu melamun seperti sedang kasmaran Akh Aris?,” tanya Fajar, seraya bergurau.
Harun dan Saiful pun tertawa mendengar pertanyaan itu, bahkan Aris pun ikut terkekeh beberapa saat secara refleks.
“Saya hanya tidak habis pikir, mengapa Adam sampai mendendam seperti itu terhadap saya, padahal saya bahkan tak pernah mengganggunya,” jawab Aris.
Fajar mengubah arah duduknya menjadi menyamping, tepat ke arah Aris.
“Begini Akh Aris, bibit dari dendam adalah kemarahan yang meluap-luap dan tidak mampu dilenyapkan karena hawa nafsu. Jika terus menerus bergejolak dalam hati, maka akan terus timbul dendam dan hanya bisa dilenyapkan oleh orang itu sendiri*. Jadi tidak perlu Akh Aris mencari tahu apa sabab musababnya Adam begitu mendendam padamu, karena sudah sangat jelas bahwa hawa nafsu dan bisikan setan telah menguasai hatinya,” jelas Fajar.
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun pernah bersabda, bahwa orang yang paling di benci Allah adalah orang yang menaruh dendam**. Jadi saat ini, Adam tengah berkubang dalam kebencian Allah akibat rasa dendamnya dan jika dia tidak berusaha memperbaiki hatinya sendiri, maka dia termasuk hamba Allah yang paling sia-sia hidupnya,” ujar Saiful.
“Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terlihat di kelas, bahkan saya adalah orang yang paling awal keluar dari kelas jika jam istirahat tiba ataupun saat jam pulang sekolah. Rasanya saya benar-benar tidak mempercayai kalau Adam masih saja mendendam pada saya,” Aris mengungkapkan kerisauannya.
Harun merangkulnya setelah meletetakkan buku yang sedang ia baca di atas meja.
“Akh, namanya bisikan setan tidak bisa kita halau meskipun kita mencoba semaksimal mungkin. Setan selalu mendapatkan jalan untuk mempengaruhi pikiran dan hati manusia agar tergelincir dari jalan Allah. Karena itulah, bagaimana pun Akh Aris mencoba untuk menghindari Adam, tetap saja dia akan merasakan kobaran dendam itu dalam hatinya,” terang Harun.
“Jujur saja Akh Aris, ciri-ciri orang yang pendendam itu sangat sederhana sekali. Pertama, orang pendendam itu tidak senang melihat kebahagiaan orang lain,” ujar Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mujahid
SpiritualMeski jauh, aku akan terus mengejarmu Meski sulit, aku akan berusaha menggapaimu Meski sakit, aku akan tetap bertahan untukmu *** Sebuah ideologi yang berbeda menjadi tembok penghalang antara dirinya dan orang lain. Mampukah ia melewati semua aral y...