Seharian ini benar-benar kugunakan untuk istirahat, tidur sepanjang hari dengan maksimal hingga saat suara adzan dari ponselku, pertanda waktu dhuhur.
Turun dari ranjang segera menuju kamar mandi, sejak pagi memang belum kuguyur badanku dengan air.
Selesai mandi dan sholat, bersiap untuk membeli makanan karena perut terasa keroncongan, dan juga ingin berbelanja kebutuhan rumah yang mana isi lemari es pun hanya ada botol air mineral.
Hampir dua jam belanja, karena antrian kasir yang mengular, banyak orang-orang yang memborong kebutuhan dapur seperti sembako.
Saat kubawa belanjaan ke mobil, dan mendengarkan obrolan orang-orang aku menjadi teringat akan perkataan Rifat, apa benar jika akan ada lockdown.
Membeli pizza di salah satu gerai pizza, dan setelahnya kubawa pulang pesananku yang akan menemaniku menonton drama korea hari ini.
Sabtu sore, menjelang malam jalanan menuju apartemen begitu padat kendaraan pribadi.
Menikmati macet jalanan, kuselingi dengan menikmati pizza yang kubeli tadi.
Hidup sewajarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan, terpenting adalah rasa nyaman dan tenang, bukankah itu yang namanya syukur akan nikmat Tuhan.
"Assalamualaikum"
Salamku, ketika ponselku berbunyi panggilan dari Ayah.
Ayah menanyakan kabarku saat beliau sudah menjawab salamku, dan di samping ayah terdengar ibu yang berbicara, menasehati ku untuk jangan telat makan.
"Rifat itu bukanya yang sering bikin kamu nangis waktu SMA ya, yang papanya jaksa, dan mamanya yang cantik itu"
"Ayah"
Suara ibu di samping ayah terdengar geram, dan ayah hanya terkekeh menyikapi sang isteri.
"Kenapa yah kok tiba-tiba tanya Rifat?"
"Tadi siang telpon ayah, besok mau datang kerumah"
Bukan hanya terkejut, sungguh sangat kejutan luar biasa, anak itu benar-benar nekat ternyata, tentunya aku tahu maksudnya menemui ayah.
Suara ibu dan ayah terdengar memberiku nasehat, dan tentunya orang tuaku mengerti akan kunjungan Rifat besok.
Sungguh tak kuduga dia nekat pergi ke Malang demi menemui ayah, untuk membuktikan keseriusan nya.
Pantas saja, Ajeng teman sebangku SMA, tadi mengirimkan pesan padaku yang membahas Rifat bertanya padanya nomor ponsel ayah, jadi ini tujuannya.
Setelah satu jam lebih berhasil melewati macet, kini aku telah sampai di apartemen membawa belanjaan ku ke dalam apartemen.
Menghubungi Rifat tetapi ponselnya sedang tak aktif.
Hingga malam larut ponsel Rifat masih juga belum aktif ketika kuhubungi berkali-kali, tetapi sebuah unggahan foto dalam group kelas dari nomor salah satu teman laki-laki, yaitu Bagus, dia sedang berkumpul di salah satu cafe dan disitu juga ada Rifat yang ikut berkumpul bersama para teman laki-laki.
Menyimak obrolan pada group, yang kini kutahu jika Rifat sudah berada di Malang.
[Wah papa jauh-jauh ke Malang buat cari mama, tapi mama malah di Jakarta]
Komentar dari Dimas membuat yang lain ikut berkomentar, dengan objek obrolan adalah diriku dan Rifat.
Semoga saja mereka tak diberi tahu oleh Rifat tujuan nya berkunjung ke Malang, bisa semakin habis diriku di goda satu kelas.
Sepertinya malam ini aku akan kembali sulit tidur, dan kurasa besok akan ada sesuatu yang lebih mengejutkan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami tak Terduga (Tersedia Lengkap di Ebook Karya Karsa)
Romance21+ Rahasia takdir memang tidak ada yang pernah tahu, dimana kita akan berjodoh dengan siapa tidak akan bisa tentukan, mungkin kita sebagai manusia bisa berencana tetapi apa yang Tuhan takdirkan kita tak bisa mengikarinya. Seperti kisah Rahma dan Ri...