Pagi ini dimulainya bekerja dari rumah, tak ada kata buru-buru seperti biasanya, bahkan hingga pukul sembilan pagi ini aku masih nyaman di dalam pelukan Rifat berkelana dalam dunia mimpi.
"Ma enggak pingin bikinin suami mu kopi"
Rifat masih memeluk, dan meletakkan dagunya diatas kepalaku, begitu pun dengan ku yang semakin erat memejamkan mata memeluk guling yang menjadi penghalang antara aku dan Rifat.
"Enggak"
"Gak kerja memangnya?"
Suara Rifat begitu mengganggu rencanaku yang ingin menikmati berkencan dengan kasur hingga siang, pasalnya saat tak sholat dan tak masuk kantor itu terlalu langka ku alami.
"Libur"
"Enak banget libur, bekerja dirumah mama bukan libur"
Benar kata Rifat kalau hari ini tak libur melainkan bekerja dari rumah, bahkan pekerjaan ku pun sudah menunggu, yang harus membuat artikel kesehatan untuk nanti di unggah ke website perusahaan oleh tim marketing kantor.
"Gue ngantuk Fat, loe jangan ganggu deh bangunin entar jam sepuluh ya"
"Panggil suami lu-lu, kamu gitu loh ma atau aa', sayang, bebeb"
Samar kudengar Rifat mengomeliku lagi saat tanpa sadar aku memanggilnya loe, tapi mataku sangat berat untuk kubuka, bibirpun berat untuk sekedar menjawab ya, sehingga aku kembali tertidur pulas.
Hingga di pukul sepuluh lebih Rifat tak membangun kan ku, tetapi ponselku terus berdering saat kujawab ternyata atasanku yang memintaku segera absensi melalu video.
Aku segera bangkit menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar, kemudian menguncir rambut ku asal setelah mencuci muka dan berlari keluar kamar untuk segera menuju apartemen miliku.
"Fat, aku ke atas dulu ya, urgent"
"Kamu enggak makan?"
Masih kudengar pertanyaan Rifat, tetapi ini sedang buru-buru tak bisa lagi memikirkan soal perut.
Saat di dalam apartemen miliku, segera menuju kamar mengganti atasan bajuku, sambil menunggu laptop kunyalakan.
Menyisir rambut ku rapi, kemudian sedikit memoleskan lipstik pada bibir, tanpa mandi dan menaburkan bedak.
Lumayan cantik kalau hanya sekedar di lihat teman kantor melalui layar laptop.
'Rahma masih menikmati momen pengantin baru ya'
Absensi harusnya jam sepuluh, tetapi kini aku baru online di setengah sebelas, tentu semuanya sudah saling menyapa dan tak adanya diriku pasti membuat mereka membicarakan ku, apalagi sampai dokter Rinto menghubungi ku.
Kali ini berdiskusi pembagian artikel yang akan kami bahas, entah kebetulan atau memang di sengaja, aku mendapatkan tugas yang akan membahas persiapan wanita menjelang pernikahan.
Tahu sendiri persiapan wanita yang di maksud bukan tentang baju pengantin atau lainya, melainkan persiapan psikis, persiapan yang mana akan bergabung badan dengan sang suami, hingga nantinya dia akan hamil.
Layar laptop yang kini berisi diskusi dari teman-teman yang bertukar pikiran, aku pun santai menyimak mereka sambil meminum jus kemasan yang kuambil dari lemari es.
"Kamu udah mandi?"
Rifat tiba-tiba duduk di sampingku, diatas karpet bulu yang halus ini.
Tapi bukan hanya duduk, datang yang tiba-tiba sambil mengecup pipiku dengan kilat.
"Fatttt"
Bantal yang awalnya kubuat untuk menutupi pahaku agar tak terlihat jika bawahanku adalah celana pendek, seketika kubuat untuk memukul Rifat.
"Apasah ma, cium pipi doang lebay banget marahnya"
Bukan masalah lebay cium pipinya, misal tak sedang online mau di cipok pun ayuk.
Tentunya apa yang di lakukan Rifat itu membuat semua yang online itu melihatnya, dan teriak heboh bersorak.
Headset yang berada dalam telinga segera kulepas.
"Aku lagi kerja Fat, nih dengar"
Rifat yang kini sadar akan yang di lakukan dan kenapa aku berteriak saat dirinya mencium pipiku, kini tertawa, dan memohon maaf pada rekan kantor ku.
Ingin rasanya kuakhiri diskusi ini, karena kini bukan membahas tentang pekerjaan melainkan sedang membahas tentang dunia pengantin baru.
"Loh Rahma sudah nikah? Kapan? Kok saya enggak tahu"
Dokter Rinto, atasanku yang merupakan pria paruh baya yang selayaknya ayahku, sampai ikut membahas ku.
"Hamil si Rahma dok, makanya nikah dadakan"
Becandaan dari yang lain membuat semuanya tertawa terbahak.
"Hamil dari mana, orang kemarin mentruasi pasti belum malam pertama tuh"
"Wah belum pecah telur dong"
Nikmat sungguh nikmatnya menjadi objek bullyan orang sekantor.
"Ini mah rezeki si Rahma bekerja dirumah, pasti kerjanya diatas kasur terus"
Tuhkan tak berhenti, mungkin sudah seperti tomat kini wajahku sangking begitu malunya.
Nasibku yang di rumah di godain Rifat, bekerja pun di godain teman kantor.
Mengakhiri diskusi, aku segera menuju kamar mandi, sudah masuk waktu dhuhur karena tadi kulihat Rifat sudah sholat dhuhur dan aku belum juga mandi sedari pagi.
Keluar kamar mandi Rifat yang sedang menelepon dengan seseorang di sofa ruang tamu, ikut menyusulku kedalam kamar.
"Aku bikin steak daging, makan dulu ma"
Kujawab anggukan kemudian menuju almari untuk mengganti bajuku dengan dress rumahan.
Rifat kini sedang di dapur menyiapkan makanan di meja, yang sebelumnya telah di panaskan.
"Enak enggak?"
Pertanyaan Rifat saat kumulai menyuap daging yang telah kupotong.
"Lumayan obat lapar"
Aku masih jengkel karena Rifat membuat ku di tertawaan sekantor.
"Itu masih kecupan di pipi, coba besok kita ciuman bibir live , pasti lebih seru"
Dasar memang namanya Rifat, tak ada pekanya pada istri sendiri, bukanya minta maaf ini malah semakin membuatku jengkel.
"Enggak sekalian aja em_el"
Semakin berasa diawang-awang bisa membuatku marah, Karena kini Rifat semakin keras tertawa nya.
Tbc
Open PO
Suami Tak Terduga by Rahma Eko Agustin
(275 halaman)
Rp. 79.000
Sinopsis
Rahasia takdir memang tidak ada yang pernah tahu, dimana kita akan berjodoh dengan siapa tidak akan bisa tentukan, mungkin kita sebagai manusia bisa berencana tetapi apa yang Tuhan takdirkan kita tak bisa mengikarinya.Seperti kisah Rahma dan Rifat, yang mana teman sekelas di Sekolah Menengah Akhir yang tak pernah akur, akan tetapi takdir membawa mereka menjadi sepasang suami isteri.
#SuamiTakTerduga #RahmaEkoAgustin #Indie #Selfpublish #PrintOnDemand #Buku #Novel #NovelindoPublishing #Novelindo77 #Penerbit #Percetakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami tak Terduga (Tersedia Lengkap di Ebook Karya Karsa)
Romance21+ Rahasia takdir memang tidak ada yang pernah tahu, dimana kita akan berjodoh dengan siapa tidak akan bisa tentukan, mungkin kita sebagai manusia bisa berencana tetapi apa yang Tuhan takdirkan kita tak bisa mengikarinya. Seperti kisah Rahma dan Ri...