Bab 15

11.5K 778 32
                                    

Selama bulan Ramadhan dalam masa pendemi, menjalani ibadah tetap harus dengan semangat.

Jika aku bekerja sebagai relawan yang hanya ikut di saat siang hari, dan malam hari aku izin ingin mengabdikan diri sebagi seorang istri.

Kini semuanya sudah mengetahui jika aku sudah menikah, bahkan berita pernikahan ku pun sudah di terima para temanku kuliah, dan juga sang mantan.

Pertama kali menjalani bulan puasa bersama suami, mulai dari sahur bareng, buka puasa bareng, terawih bareng, dan kadang kalanya mandi bareng sebelum masuk imsyak.

Rifat yang bisa bekerja dari rumah lebih banyak dirumah, membuatku semakin sering untuk keluar rumah saat siang hari, karena suasana pengantin baru itu masih panas bagi kita berdua.

Meskipun kadang kalanya Rifat ke kantor miliknya jika ada sesuatu yang dia perlukan.

Kali ini lebaran kurang satu minggu, sungguh tak terasa berjalan begitu cepat, mungkin dikarenakan kita menjalani dengan ikhlas, dan menikmati segala yang terjadi.

Aku bergabung menjadi relawan atas nama dokter dari perusahaan tempat ku bekerja, sehingga aku telah di izinkan untuk berlibur dan tanpa harus bekerja tetapi jika ingin menjadi relawan atas nama sosial dan pribadi di persilahkan.

Setelah menjalani test kesehatan dan hasil yang kudapatkan negatif, dengan permintaan Rifat juga akhirnya aku memutuskan untuk tak melanjutkan menjadi relawan.

Satu minggu menuju lebaran yang seharusnya aku bisa pulang kampung halaman, kini harus bersabar karena memang keadaan ini tak memungkinkan.

Rencana untuk resepsi pernikahan ku dengan Rifat pun harus kembali tertunda, tapi kini bagi kami tak lagi penting karena yang paling penting bagi kami adalah buku nikah yang kini sudah berada di tangan kami.

Bukan lagi kegiatan ku selama di luar menjadi relawan yang ku bagikan pada sosial mediaku, kini kegiatan ku di rumah bersama Rifat yang mulai menghiasi feed Instagram miliku.

[Enggak nyangka mama nikah sama papa]

[Kucing nikah sama tikus, anaknya jadi ikan asin]

[Wujud cinta kalian dari kebencian yang mengakar ya]

[Rahma jaga tekanan darah ya]

[Kali ini jeritan Rahma karena ulah Rifat yang lainya]

Itulah beberapa komentar dari teman-teman kelas kami, dan memang semuanya seakan tak percaya dengan pernikahan kami berdua.

Jangan kan mereka, aku pun masih merasa seperti mimpi, tetapi bukan lagi mimpi buruk, meskipun tingkat Rifat yang selalu bikin jengkel, tetapi kurasa itu adalah bentuk ungkapan cinta nya.

Kini kami telah berada di atas ranjang di kamar milik Rifat, baru saja menyelesaikan ronde kedua malam ini, tetapi kini Rifat sudah masuk ke alam mimpi, sedangkan aku tak bisa kembali tertidur setelah tadi di bangunkan oleh suami tercinta ku.

Tercinta, dan akhirnya aku jatuh cinta pada Rifat setelah setiap hari kami bersama, dan cinta itu datang di satu bulan kedua kami menikah karena keterbiasaan, lebih tepatnya aku jatuh cinta pada Rifat karena terbiasa menjadi makmum sholatnya.

Suara Rifat ketika mengucapkan takbir, membaca surat pendek yang mampu menggetarkan hatiku, perasaan nyaman ketika mendengarkan suara bacaannya, terasa sejuk di lapisan kulitku, dan aku selalu menantikan lima waktu bersama nya.

"Kok main hape sih?"

Kuletakan ponselku pada nakas samping ranjang, berbalik menghadap kearah Rifat, mengusap pipinya kemudian turun hingga dada menjadi kan ku kesenangan tersendiri.

Suami tak Terduga (Tersedia Lengkap di Ebook Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang