Bulan suci Ramadhan, menjalankan rukun Islam yang ketiga, dengan status baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelum nya.
Berpuasa dengan di temani seorang suami, selain perbedaan seseorang yang menemaniku dalam keseharian, perbedaan kali ini kami semua menjalankan semua ibadah dengan tetap dirumah.
Akhirnya aku mundur dari pendaftaran calon relawan tenaga medis di wisma atlet, karena tak mendapatkan izin dari Rifat, selain itu aku bersama teman-teman ikatan dokter Indonesia, juga bekerjasama dengan perusahaan masih bisa bekerja sosial kepada masyarakat, sebagai bukti abdi kami kepada masyarakat dan bentuk kemanusiaan dalam meraih pahala dari Tuhan, tanpa meninggalkan kewajiban ku sebagai istri.
Hari kelima puasa, membagi tugas dengan Rifat, pasalnya aku kembali ke kantor bukan untuk bekerja karena pekerjaan kantor kami kerjakan di rumah, kini aku sedang bersiap membagikan kebutuhan rumah sakit, kebutuhan para tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan memperangi sesuatu tak kasat mata yaitu virus.
Seorang dokter ingin menjadi relawan tak harus di rumah sakit merawat pasien, karena kami juga bisa membatu teman sejawat kami yang sedang berada di garda terdepan dengan menyalurkan bantuan alat peralatan untuk mereka.
Bersama para relawan lainya yang merupakan dari segala profesi, mulai dari artis, tokoh politik, mahasiswa, dan masih banyak lainya, kami kompak dengan satu tujuan, demi kesehatan masyarakat Indonesia.
Sejak pagi aku sudah keluar apartemen, di saat Rifat masih tertidur setelah kami jamaah subuh.
Kutinggalkan pesan, jika aku akan pulang nanti sebelum magrib jadi kami masih tetap bisa berbuka puasa bersama, memang kali ini aku tak ingin egois, aku sudah memiliki seseorang yang sebagai pelindung ku, seseorang yang harus ku hormati selain orang tua, dan tentunya ridho nya adalah ridho Allah.
Rifat kuminta membersihkan apartemen saja, karena nanti akan berbelanja kebutuhan dapur hingga dua minggu kedepan dan akan memasak untuknya.
Tetapi sore ini tak sesuai prediksi ku, saat aku akan menuju tempat parkir mobilku, tiga relawan yang bekerjasama sama dengan perusahaan memintaku menolong mereka untuk di antarkan menuju salah satu rumah sakit, karena ada laporan yang tak singkron, jadi kita harus kesana demi memperjelas laporan kami kepada para donatur.
Hingga akhirnya saat adzan magrib berkumandang aku masih di perjalanan dari rumah sakit dan mengantarkan teman relawanku kembali ke basecamp.
Rifat sudah ada dua jam kuhubungi tetapi tak juga ada respon, pasalnya aku kini tak jadi belanja bahkan hanya membeli paket makanan siap saji untuk kami berdua.
Saat aku tiba di apartemen, sudah hampir masuk isya', segera aku menuju kamar mandi, disana sudah tersedia baju gantiku yang sengaja kusiapkan tadi pagi sebelum aku keluar dari apartemen.
Mandi dan mencuci rambut, serta berganti baju tak lupa merendam baju kotor ku kedalam ember, segera menjalankan sholat magrib yang sudah sangat terlambat.
Suara Rifat sedang mengaji di sebelah ku, tak merespon kedatanganku karena dia sedang fokus mengaji.
Kuakhiri salamku di rakaat ketiga, kemudian kulanjutkan doa-doa ku, Rifat mengakhiri membaca Alquran nya saat aku menoleh kearah nya.
Mencium tangan nya, dan di balas kecupan di kening seperti saat kami selesai berjamaah berdua selama ini.
"Sudah buka? Maaf ya telat"
Cuuppp
Cuppp
Kecupan lembut di bibirku oleh Rifat dan kubalas juga dengan kecupan di tempat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami tak Terduga (Tersedia Lengkap di Ebook Karya Karsa)
Romansa21+ Rahasia takdir memang tidak ada yang pernah tahu, dimana kita akan berjodoh dengan siapa tidak akan bisa tentukan, mungkin kita sebagai manusia bisa berencana tetapi apa yang Tuhan takdirkan kita tak bisa mengikarinya. Seperti kisah Rahma dan Ri...